Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Negeri Junjungan, Bikin Film Tak Perlu Anggaran Besar

27 September 2017   13:04 Diperbarui: 27 September 2017   13:11 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Komunitas Pembuat Film BB Plus Managemen

Dulu, untuk membuat sebuah film, diperlukan anggaran yang tidak sedikit. Bahkan bisa mencapai angka miliaran rupiah. Sangat mahal. Tapi kini, dengan teknologi yang semakin canggih, membuat film bagi kalangan yang pas-pasan tidak lagi menjadi mimpi di siang bolong.

Kenyataan itulah yang kami temui di Desa Sungai Alam, Kabupaten Bengkalis, Riau. Di desa seluas lebih kurang 1.500 hektar itu, tumbuh berbagai komunitas kreatif. Tidak saja Komunitas Pembuat Film. Ada juga Komunitas Pemain Gambus, Kampung Cerita untuk Anak-anak hingga Komunitas Magrib Mengaji.

Banyaknya komunitas kreatif yang tumbuh dan berkembang di Desa Sungai Alam, menjadi magnet tersendiri bagi kami dari Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Kominfotik) Provinsi Riau untuk datang berkunjung. Bertolak dari Pekanbaru ibukota Provinsi Riau menuju Kabupaten Bengkalis yang berjuluk Negeri Junjungan itu -kalau di penyeberangan roro Pakning-Bengkalis tidak terjadi antrian panjang- hanya memakan waktu lebih-kurang 5 s/d 6 jam saja.

Sampai di Desa Sungai Alam, kami pun disambut hangat oleh Kepala Desa Pak Ahmadi bersama tokoh penggerak komunitas-komunitas kreatif yang akrab dipanggil Ustad Andri. Komunitas pertama yang kami temui adalah Komunitas Pembuat Film. Komunitas ini dikomandoi Zulkifli yang sekaligus adalah seorang sutradara. Zulkifli bersama para artis dan krunya sudah menunggu kami di sebuah panggung berukuran lebih-kurang 4 x 5 meter. Nampak wajah-wajah ceria menyambut kehadiran kami.

Zulkifli yang akrab disapa Bang Zul itupun memulai ceritanya. Menurut pria yang terlihat sangat paham tentang teknologi dan dunia perfilman ini, semua berawal dari hobi dan kecintaan terhadap dunia peran. Dengan modal seadanya, Bang Zul mengajak rekan-rekannya yang juga tertarik dengan dunia peran untuk membuat film. Lalu, setengah nekad, Bang Zul dan rekan-rekannya yang bergerak di bawah BB Plus Managemen pada tahun 2013 berhasil memproduksi sebuah film berjudul "Kain Buruk Pusaka Emak".

Keberhasilan itu membuat mereka semakin bersemangat hingga sampai tahun 2017 sudah empat judul film yang berhasil mereka produksi. Tiga lainnya adalah "Surut Menyambut Pasang", "Bunga Tak Sekuntum" dan "Lukisan Cinta di Negeri Junjungan."

"Film-film ini lebih banyak mengangkat budaya dan tradisi masyarakat Melayu Bengkalis era 70-an. Kita selipkan juga pesan-pesan moral terutama untuk para generasi muda," ungkap Bang Zul, yang hari itu berseragam hitam bersama para artis dan kru-nya.

Bang Zul mengakui, meski hingga kini belum ada satupun sponsor yang melirik, tapi semangat untuk tetap berkarya terus menggelora. Apalagi, paparnya, beberapa film yang sempat diunggah di media sosial seperti facebook, ternyata mendapat sambutan yang luar biasa. Ini ditandai dengan puluhan ribu penonton. "Alhamdulillah baru-baru ini juga ada bioskop yang tertarik bekerja sama dengan kami," tambah Bang Zul sembari berharap karya-karyanya semakin diminati masyarakat.

Kehadiran kami di Negeri Junjungan semakin bermakna karena juga didampingi oleh salah seorang anggota DPRD Bengkalis Bapak H Azmi R Fatwa. Aktivis dan politisi yang punya jaringan dimana-mana itu bahkan bertekad mempromosikan film-film karya BB Plus Managemen hingga ke luar negeri. (Bersambung)         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun