Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
I. Identitas Film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini"
“Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” merupakan sebuah film bergenre drama keluarga asal Indonesia yang rilis pada tanggal 2 Januari 2020 lalu. Film ini merupakan adaptasi dari buku berjudul sama karya Marchella FP yang kemudian diangkat ke dalam layar lebar oleh Sutradara Angga Dwimas Sasongko, di bawah naungan rumah produksi Visinema Pictures. Film yang biasa disebut NKCTHI berdurasi 121 menit dan dapat ditonton di beberapa layanan streaming seperti Netflix. Dalam film ini, terdapat beberapa aktor dan aktris hebat asal Indonesia yang ikut memerankan setiap tokoh dalam cerita, antara lain Donny Damara yang memerankan Narendra, Susan Bachtiar yang memerankan Ajeng, Rio Dewanto yang memerankan Angkasa, Sheila Dara Aisha yang memerankan Aurora, dan Rachel Amanda yang memerahkan Awan.
II. Sinopsis Film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini"
Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” menceritakan tentang kehidupan rumit dari sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah bernama Narendra, Ibu bernama Ajeng, beserta dengan ketiga anak-anak mereka yaitu Angkasa, Aurora, dan Awan. Kisah dari keluarga ini tidak sederhana, masa lalu terus menghantui pikiran Narendra dan Ajeng sebagai orang tua, belum lagi dengan hutang penjelasan kepada ketiga anaknya. Kisah “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” bermula saat Awan, anak bungsu dari keluarga tersebut mengalami kecelakaan saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Hal tersebut meninggalkan trauma dan ketakutan besar bagi kedua orang tuanya. Demi menghindari agar kejadian tersebut tidak terulang lagi, Narendra sebagai Ayah memberikan tanggung jawab kepada Angkasa, anak sulungnya, untuk melindungi Awan. Waktu terus berjalan hingga ketiganya sudah menjadi pribadi yang dewasa. Awan pun mulai jengkel dengan sikap orang tuanya yang terlalu protektif kepada dirinya. Ia pun bertemu dengan seorang laki-laki, teman dari kakaknya Angkasa yang bernama Kale. Sejak saat itulah Awan mulai belajar untuk mengenali dirinya.
Namun sikap Awan yang berubah membuat Ayahnya menjadi murka. Ia menganggap Awan sudah berubah menjadi anak yang pembangkang dan tidak mau menuruti perintah dari orang tua. Awan yang semakin tidak terima untuk dibatasi akhirnya mengatakan isi hatinya kepada Ayahnya, bahwa ia ingin mandiri dan bisa mengandalkan dirinya sendiri. Walaupun merasa frustasi dengan perubahan sikap anak bungsunya, Narendra tetap memberikan batasan dan larangan yang semakin ketat untuk anaknya itu. Hingga pada puncaknya, saat keduanya itu berdebat di pameran seni milik Aurora. Kondisi keluarga tersebut semakin berantakan dan tidak kondusif yang membuat sebuah rahasia besar dari masa lalu kembali terbongkar. Awan sebenarnya memiliki saudara kembar yang meninggal pada hari kelahirannya. Ayah mereka merasa bahwa keputusan untuk menutupi seluruh kebenaran adalah yang terbaik untuk hari-hari kedepan keluarganya. Namun hal tersebut justru membuat anak-anaknya hidup dalam tekanan yang berasal dari emosi dan batinnya yang belum terobati dari masa lalu. Pada akhirnya Ibu menjadi penengah dari konflik antara Ayah dan ketiga anaknya itu, memohon agar Ayah mereka diberikan kesempatan yang kedua kalinya untuk memperbaiki kesalahan yang selama ini dia perbuat.
III. Pembedahan Tokoh Menarik Dalam Film
Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” menampilkan beberapa tokoh menarik yang saling terikat dalam satu keluarga. Keluarga tersebut pada awalnya terlihat tidak harmonis karena terdapat kebenaran yang ditutupi selama bertahun-tahunnya. Namun takdir tetaplah hal yang harus dihadapi dan tidak dapat dihindari. Dalam menghadapi takdir, saya paling tertarik dengan 2 tokoh dari keluarga tersebut, yaitu Aurora dan Awan. Ketidakadilan memang dihadapi oleh seluruh anggota dari keluarga tersebut, namun kedua tokoh ini memberikan reaksi paling unik selama saya menonton film emosional tersebut. Kedua reaksi yang saling bertolak belakang karena perbedaan keduanya dalam menjalani hidup di dalam lingkup keluarga tersebut.
Aurora menurut pandangan saya adalah sebuah karakter yang menunjukan bahwa seseorang yang terlihat kuat di luar dapat memiliki hati yang paling rapuh di dalam. Saya merasa selama hidupnya, Aurora tidak pernah memiliki kesempatan untuk menunjukan bagaimana perasaan yang dialaminya secara langsung. Semua perasaan itu dia tuangkan ke dalam seni yang dia kerjakan sehari-hari di dalam studionya. Miris rasanya melihat perasaan seseorang yang tidak dapat terungkapkan dengan baik melalui dirinya sendiri sebagaimana yang seharusnya dilakukan. Dalam film, Aurora memang tidak banyak menunjukan perasaannya melalui kata-kata, melainkan ekspresi datar yang menunjukan betapa lelah dirinya menghadapi segala perilaku keluarganya yang selama ini selalu menjadi titik beban untuk setiap hal yang dilakukannya.
Perlu diketahui bahwa setiap orang memerlukan validasi perasaan atau emosi dalam dirinya. Secara definisi, validasi emosi adalah kemampuan mengakui emosi yang dirasakan. Menyadari emosi yang dirasakan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh Aurora. Perempuan itu sudah lama menyimpan perasaannya untuk seorang diri, tidak ditujukan kepada siapapun, sehingga segala macam perasaan tertumpuk di dalam hatinya sampai-sampai ia tidak mengetahui bagaimana cara mengekspresikannya. Menurut definisi dari salah satu ahli psikologi, validasi emosi merupakan sebuah proses untuk mempelajari, memahami, dan mengekspresikan penerimaan terhadap pengalaman emosional seseorang (Salters-Pedneault, 2021). Validasi perasaan atau emosi ini penting untuk dimiliki oleh setiap orang, karena dapat membuat seseorang merasa dipahami dan diterima apa adanya. Pada akhirnya pemilik perasaan tersebut juga dapat secara perlahan menyadari dan menerima segala emosi yang ditunjukan oleh dirinya sendiri. Orang tersebut tidak lagi menolak atau mengabaikan segala emosi yang dirasakannya, sehingga ia dapat dengan stabil mengatur segala emosi dan perasaan yang dikeluarkannya, sebab dia merasa hal tersebut valid untuk dirasakan.
Lainnya halnya dengan Awan, dia cukup baik dalam mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Namun dibalik itu semua, ada perjuangan besar yang dia lakukan untuk menemukan jati dirinya dan segala hal yang dia sebenarnya inginkan. Hal ini dikarenakan sejak kecil, Awan sangat dijaga oleh setiap anggota keluarganya, terlebih Ayahnya. “Aku emang cuman anak bontot, tapi aku juga pengen kayak kakak-kakakku tuh, yang bisa kerja dengan hasil jerih payahnya sendiri. Bangga dengan dirinya sendiri. Aku juga pengen!” Setiap permasalahan yang Awan hadapi, selalu didiskusikan dengan keluarganya, Awan tidak pernah membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Pada akhirnya Awan merasa ia tidak mengenali dirinya sendiri, tidak tahu apa yang sebenarnya dia harus lakukan karena dirinya tidak mempunyai pengalaman untuk menghadapi hal sejenis itu. Ia berharap bahwa suatu saat nanti, dirinya dapat menjadi seseorang yang bisa diandalkan, tanpa bantuan dari keluarganya.
Walaupun perilaku Awan terlihat membangkang, namun tindakan yang dia lakukan sepadan dengan bagaimana Ayahnya memperlakukannya selama ini. Perilaku inilah yang dihasilkan ketika orang tua terlalu membatasi anak dengan tujuan perlindungan, atau yang biasa disebut dengan overprotective parenting. Orang tua yang terlalu protektif dapat memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan karakter anak. Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Cambridge University Press, seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua yang overprotektif akan tumbuh menjadi pribadi yang berkecil hati, takut mengambil resiko, tidak percaya diri dan tidak punya inisiatif. Hal ini persis seperti yang Awan alami, namun untungnya ia menyadari dampak buruk dari pola asuh Ayahnya yang selama ini membuat dirinya terkurung dalam berbagai macam batasan dan larangan. Meskipun Ayahnya berbuat demikian karena ingin melindungi Awan dari segala mara bahaya, tindakannya sudah dapat dikatakan berlebihan melihat umur Awan yang sudah beranjak dewasa, sudah sepantasnya anak bungsu dalam keluarga itu diberikan kebebasan dalam bertindak dan membuat keputusan.
IV. Kesimpulan dan Rekomendasi Mengenai Film
Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” pantas untuk dijadikan tontonan bersama keluarga karena pesan yang disampaikan melalui film ini sangat mencerminkan realitas yang terjadi di dalam kehidupan berkeluarga. Film ini dapat membuka kesadaran masyarakat untuk mengingat betapa pentingnya keterbukaan di dalam suatu keluarga. Cerita yang terdapat di dalam film ini juga dibawakan dengan menarik dan rapi melalui cinematography dan cara pengambilan video atau shooting setiap adegan. Meskipun film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” memiliki pergantian alur maju-mundur yang cukup cepat, namun justru hal tersebutlah yang menguatkan keutuhan cerita dari film ini.
Saya pribadi sangat menikmati film yang penuh haru ini, emosi yang dibawakan oleh setiap karakter sangat beragam yang membuat penonton juga terbawa dengan suasana. Sampai saat ini Industri Perfilman Indonesia masih membutuhkan dukungan dari masyarakat agar kualitas produksi film-film Indonesia semakin meningkat. Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” menjadi salah satu wujud dari keberhasilan Industri Perfilman Indonesia karena berhasil menginspirasi dan mengedukasi para penontonnya mengenai hubungan dan penyelesaian konflik dalam keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H