Etika dan dakwah dapat didefinisikan secara etimologis maupun terminologis. Dimulai dari pengertian etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos (; dalam bentuk tunggal) atau ta etha ( ; dalam bentuk jamak). Ethos memiliki arti tempat tinggal, padang rumput, kandang, adat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Sedangkan ta etha memiliki arti adat kebiasaan. Menurut Achmad Charis Zubair, istilah etika identik dengan kata susila (dalam bahasa Sansekerta) yang berarti prinsip, dasar, atau aturan hidup yang lebih baik. Kemudian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral, (2) kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Kemudian, dalam bahasa Arab etika dikenal dengan istilah akhlak ( ). Berdasarkan keempat definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa etika adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan baik atau tumbuh yang tumbuh selama kehidupan manusia dan harus dipenuhi dalam kontek kehidupan bermasyarakat.Â
Etika dakwah menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh da'i (penceramah) maupun mad'u (pendengar). Etika sebagai dasar bagi keberlangsungan masyarakat, membutuhkan arahan dan adaptasi sesuai dengan kemajuan manusia. Masyarakat akan mengalami ketidakseimbangan jika nilai-nilai etika yang dipegang bersama menjadi lemah, tidak jelas, dan tidak lagi dijadikan pedoman3.Â
Secara umum etika dakwah dapat dibagi menjadi dua macam:
1) Etika dakwah bagi da'i (menurut Tutty Alawiyah), terdiri atas ash-shidiq (tidak dusta), ash-shabr (bersabar), ar-rahmah (berkasih sayang), tawadu' (rendah hati), suka bergaul, amanah (terpercaya), dan sifat-sifat baik lainnya.
2) Etika dakwah bagi mad'u, terdiri atas menghormati da'i sebagai gurunya, memperhatikan apa yang disampaikan da'i, sabar dalam proses memperoleh ilmu yang disampaikan, menjaga etika di dalam majelis, dan mengkritik secara etis.
Implikasi Moral dan Etis dalam Teori dan Praktik Dakwah
Implikasi adalah efek yang ditimbulkan di masa depan atau dampak ketika melakukan sesuatu. Sedangkan dalam konteks keilmuan, implikasi merujuk pada konsekuensi yang ditimbulkan langsung dari suatu hasil penelitian ilmiah. Maka etika dakwah yang implikatif diterapkan melalui adanya pemahaman dan pembelajaran. Mempelajari etika dakwah adalah langkah penting menuju penyebaran ajaran agama yang bermakna dan bermanfaat. Dengan menjalankan etika dakwah yang penuh integritas, akhlak, dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat, seorang da'i dapat menciptakan dampak positif yang lebih luas, mempromosikan pemahaman saling menghormati, serta berperan dalam membentuk masyarakat yang lebih baik secara moral dan sosial.Â
Terkait dari hal tersebut, etika dakwah dapat berimplikasi kepada beberapa aspek kehidupan sebagai berikut:
1) Etika dalam keteladanan.Â
Seorang da'i diharapkan mampu memberikan kontribusi dan menjadi teladan bagi umat. Seorang da'i hendaknya dapat beristiqamah, memiliki prinsip yang teguh dalam kebenaran, dan terus menguatkan pemahaman keagamannya. Keteladanan tersebut dapat tercermin dalam lingkup pribadi, keluarga, teman, maupun masyarakat.
2) Etika dalam keikhlasan.
 Seorang da'i diharapkan dapat menanamkan keikhlasan dalam berdakwah semata-mata karena Allah ta'ala. Keikhlasan pada diri seseorang terasa sebagai rasa tulus terhadap Sang Pencipta dan diwujudkan dengan bersikap baik terhadap sesama. Seorang da'i berjiwa ikhlas dengan tidak mengharapkan upah dan lebih berjiwa itsar (mementingkan orang lain dibanding dirinya).
3) Etika dalam pluralisme agama.Â
Seorang da'i memahami kemerdekaan dalam beragama dan berdakwah dengan cara persuasif serta menyusun strategi yang andal guna mencapai misi agama. Adapun cara persuasif atau uslub seperti qaulan baligha (tepat sasaran), qaulan layyina (pembicaraan yang lembut), qaulan maisura (ucapan yang mudah), qaulan karima (perkataan yang mulia), qaulan syadida (perkataan yang adil dan benar), dan qaulan ma'rufa (perkataan yang baik).