Surabaya, 19 November 2024 – Kesempatan emas bagi Universitas Airlangga (UNAIR) untuk menjadi tuan rumah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 sehingga mendorong pihak universitas untuk menciptakan lingkungan kampus yang tidak hanya nyaman tetapi juga estetik dan inspiratif.Â
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, UNAIR menghadirkan kreasi unik berupa instalasi payung-payung yang digantung di sepanjang jalan Malioboro, Kampus MERR C Universitas Airlangga, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya. Payung-payung ini bukan sekadar hiasan, melainkan hasil karya kreatif mahasiswa baru UNAIR yang melukisnya dengan sentuhan seni dan imajinasi masing-masing.
 Selain sebagai elemen dekorasi, pameran payung ini juga mengusung pesan keberagaman dan kolaborasi, mencerminkan semangat gotong royong dalam menghadirkan estetika yang bermakna. Tidak hanya itu, instalasi ini juga menjadi simbol dari inovasi dan kreativitas mahasiswa UNAIR, yang sejalan dengan visi kampus sebagai pusat pendidikan unggul.Â
Dengan adanya payung-payung ini, suasana kampus menjadi lebih hidup, memberikan pengalaman visual yang menarik, serta menciptakan spot sempurna untuk berfoto dan membangun interaksi sosial yang lebih hangat di antara mahasiswa dan pengunjung. Pameran ini sekaligus memperkuat identitas UNAIR sebagai institusi yang mendukung pengembangan bakat seni dan kreativitas generasi muda.
Namun, seiring berjalannya waktu, instalasi payung-payung tersebut mulai kehilangan fungsinya sebagai elemen estetika lingkungan kampus. Payung yang terpapar kondisi luar ruangan sepanjang waktu, seperti panas terik, hujan deras, hingga angin kencang, tak mampu bertahan lama. Dalam hitungan hari setelah pemasangannya, kerusakan mulai terlihat.Â
Beberapa payung bengkok, robek, hingga patah akibat terpaan cuaca ekstrem. Pada Selasa, 19 November 2024, payung-payung yang sudah rusak terpaksa dilepas dan ditumpuk dalam kondisi lusuh, kotor, dan tidak lagi layak digunakan.
Nasib akhirnya pun jelas, payung-payung itu berubah menjadi limbah yang dibuang begitu saja. Ironisnya, tindakan ini membawa dampak lingkungan yang signifikan, mengingat sebagian besar material payung terbuat dari plastik, bahan yang memerlukan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai.Â
Akumulasi sampah plastik seperti ini tidak hanya mencemari lingkungan sekitar, tetapi juga berpotensi merusak ekosistem, termasuk mencemari tanah dan air. Selain itu, pembuangan limbah dalam jumlah besar juga mencerminkan kurangnya perencanaan dalam memitigasi dampak lingkungan dari instalasi sementara ini.
Situasi ini seharusnya menjadi pembelajaran penting bagi pihak kampus untuk mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam setiap proyek dekorasi atau instalasi di masa mendatang. Dengan menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan atau mendaur ulang elemen instalasi setelah masa pakainya habis, Universitas Airlangga dapat memberikan contoh nyata tentang pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan, sekaligus menjaga estetika kampus tanpa mengorbankan keberlanjutan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan memastikan keberlanjutan estetika kampus, berbagai inovasi hiasan ruangan yang ramah lingkungan dapat diimplementasikan. Salah satunya adalah memanfaatkan bahan daur ulang seperti kertas, botol kaca bekas, atau kardus yang dapat diubah menjadi dekorasi artistik dengan sentuhan kreatif.Â