Terinspirasi dari tontonan pagi hari tadi di Arirang TV. Acara berjudul Biznews dengan Presenter English native speaker. Kemudian dalam acara tersebut hadir pula seorang profesor dari Soongkyung Women's University. Saya tertegun dan sekaligus tergelitik untuk segera menulis saat melihat berita tersebut. Kebetulan topik yang dibahas tadi adalah perkembangan ekonomi Korea Selatan yang pesat dari dekade ke dekade, melewati Korea Utara yang dahulu berkedudukan sebaliknya. Selain itu, disebutkan juga tentang kebijakan pemerintah, prediksi nilai won terhadap nilai yen yang mengalami depresiasi, dan juga inovasi terbaru daru ICT. Saya akan memaparkan satu per satu. 1. Perkembangan Ekonomi Seperti yang kita ketahui saat ini Korsel adalah salah satu negara maju di benua Asia yang memiliki nilai perkembangan industri jasa paling tinggi di dunia, melebihi Amerika, Jepang, dan lainnya. Di balik keraguan akan berbagai pihak yang merasa sangsi bahwa bantuan besar dari pemerintah akan memicu timbulnya huge government debt seperti yang terjadi di Eropa ini, profesor tersebut dengan yakin menjawab bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Menurutnya, presentase dari bonds and equity yang dikeluarkan hanyalah sedikit. Selain itu dengan semakin berkembangnya sektor swasta, secara tidak langsung mengukuhkan ekonomi dengan menjaga cash flow negara. 2. Depresiasi Yen terhadap nilai tukar Won Profesor tersebut berpendapat, won dirasa akan tetap stabil meskipun Yen terus menerus mengalami depresiasi. Jepang sebagai mitra dagang utama Korea yang notabene juga sedang mengalami banyak konflik dengan negeri ginseng ini, melemah kekuatannya karena pertumbuhan industri tidak didukung dengan kesejahteraan masyarakat. 3. Information, Communication, Technology Berita terbaru dari Korean Sport Research Centre ini membuat saya gemas. Pasalnya, organisasi tersebut merupakan sebuah tempat untuk pengembangan atlet yang didukung dengan teknologi tercanggih masa kini. Pertama, alat untuk uji coba keceptan shuttlecock dari olahraga bulutangkis. Dengan alat itu, para atlet bisa memprediksi ke arah mana sebaiknya mereka menyerang. Kedua, alat uji kekuatan serangan Anggar. Lawan buatan yang dipakaikan rompi yang tersambung dengan listrik, membuat pemain dapat merasakan kekuatan serangannya dan berlatih untuk membuat prediksi yang lebih baik. Ketiga, eye sensor untuk semua. Selain untuk pemain bulutangkis, Korea juga mencobanya untuk penelitian dunia pemasaran. Untuk mengetahui perilaku konsumen saat berbelanja di supermarket/ retailer lainnya. 4. Smart Hospital dan Security untuk warga Daerah percontohan di Mapo-gu yang di desain khusus oleh agen pemerintah dan bertujuan untuk membuat nyaman siapa pun yang tinggal di sekitarnya. Konon katanya daerah tersebut gelap dan banyak warga merasa tidak aman, namun pemerintah dengan sukarela mendukung dan mendapatkan bantuan untuk mengubahnya, didukung dengan partner lainnya. Selain itu sistem terbaru di rumah sakit dengan teknologi digital yang membuat pasien hanya menunggu sepuluh menit dari kemungkinan sebelumnya yang 60 menit. Dan juga dengan fasilitas-fasilitas ruang tunggu yang nyaman. Jadi, apa kesimpulannya? Menurut saya, saya selalu percaya dan yakin bahwa ada banyak warga negara Indonesia yang mampu menghasikan teknologi-teknologi dan kebijakan seperti itu. Jika mereka semua berada di Indonesia, mendapat dukungan dari pemerintah, dan sektor industri lainnya Indonesia mungkin sudah menjadi negara adidaya. Kenyataannya mereka semua kebanyakan berada di luar. Saya teringat teman saya yang sedang melakukan riset di lab-nya di Korea Selatan, yang mungkin saja merupaka cikal bakal dari penciptaan alat-alat hebat tersebut. Saya sebenarnya tahu alasannya, saya punya pemikiran saya sendiri. Namun, bagi siapa pun yang membaca tulisan saya ini, apalagi yang bisa mempunyai pengaruh terhadap instansi-instansi terkait dengan masalah yang sudah saya sebutkan di atas, saya harap bisa segera "bergerak". Saya hanya ingin seluruh teman-teman tanah airku memiliki nasionalisme yang tinggi, cinta tanah air. Bukan berarti tidak boleh kerja di luar atau sekedar menyukai produk luar negeri, tapi untuk selalu menularkan semangat ke-Indonesia-an kepada siapapun yang ditemui. Saat commercial break selama sepuluh menit saja, iklan mereka tentang national heritage-nya yang sudah masuk sebagai world heritage. Intinya "so proud to be Korean" lah.. Semoga di tv swasta dan nasional Indonesia pengaruh seperti ini juga bisa ditingkatkan, bukan acara yang kurang berbobot dan merusak moral generasi muda. Pelajaran ini saya tuiskan agar saya ingat juga, jika nanti suatu hari, siapa tahu saya benar-benar bisa mengharumkan nama Indonesia. I also like this quote:
Nasional.is.me
book title by Pandji Prakoso
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H