Mohon tunggu...
Erin Dee Zaenal
Erin Dee Zaenal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ironi Pendidikan di SD Neger Pingit Yogyakarta

17 September 2013   21:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:45 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Yogyakarta yang merupakan ikon kota pendidikan menjadi cermin untuk bahwa pendidikan yang berbudi pekerti yang harus diejawantahkan dalam dunia pendidikan serta peran tenaga pengajar yang disebut Guru seharusnya menjadi panutan bagi generasi bangsa serta anak didiknya, hal ini justru berbanding terbalik dengan fakta dilapangan dengan adanya guru muda honorer yang menjadi wali kelas dan pengajar di salah satu SD di Yogyakarta yaitu di SD N Pingit Tegalrejo. Beberapa kejadian berdasarkan beberapa statement beberapa siswa kelas 2 di sekolah tersebut yang sangat tidak seharusnya tidak diucapkan dan dilakukan dari seorang wali kelas dari kelas 2 SD Pingit Tegalrejo (tenaga honorer) bernama Fadilah Nur Mahera atau yang disapa HERA, keterangan tersebut diperoleh dari kejadian bahwa guru tersebut sering melakukan tindakan berikut
1. Bahwa jika murid terlambat dalam menulis maka siswa tersebut disuruh duduk dilantai.
2. Jika ada siswa yang mendapat nilai 100 dalam mata pelajarannya maka siswa tersebut boleh memilih teman dan duduk didepan hal ini menyebabkan anak-anak membedakan yang kaya dan yang miskin serta kaya dan miskin, jika ada siswa yang mendapat nilai nol (0) maka anak tersebut disuruh duduk diluar , salah satu siswa yang disuruh duduk diluar seorang siswi bernama ria.
3. Bagi siswa yang tidak mau dipindah tempat duduknya didalam kelas maka siswa tersebut disuruh duduk diluar kelas (diusir)
4. Guru wali kelas tersebut ketika ditanya oleh salah seorang wali murid tentang buku pelajaran apa yang digunakan guru tersebut tidak mengetahui buku sekolah pelajaran dan karangan siapa yang dipakai dalam pelajaran.
5. Setiap guru hera memarahi peserta didiknya bernama fatih selalu dipepet di tembok kelas sehingga kalau dimarahin dadanya merasa sakit dan tidak mau sekolah.
6. Kalau ada anak yang saling pukulan bukannya dilerai malah diadu dan yang dipukul tidak boleh memukul dan disaksikan oleh banyak seluruh siswa.Hal ini dilaporkan dari seluruh siswa kelas dua dimana ini terbukti adanya kasus antar felix dan fatih.

Fakta dilapangan pada tanggal 04 September 2013 pukul 10 pagi
1. Bahwa didalam kelas bu hera marah-marah terhadap murid didiknya yang bernama fatih dengan sikap dan tutur kata yang sangat tidak beretika dan tidak mencerminkan seorang pendidik (guru) sehingga anak tersebut menunduk dan menangis sehingga merasakan dada yang sakit sehingga anak tersebut langsung pulang dengan berlari. Dengan panjang lebar guru tersebut berceloteh dan salah satu statementnya yang paling keras dengan nada lantang adalah ‘ Dasar Tidak Punya Tatanan’. Guru tersebut yang seharusnya bisa menegur secara bijak dan santun, dan sontak membuat anak tersebut menangis serta orang tua yang mendengar menjadi tidak terima.
2. Adanya ancaman yang selalu dikeluarkan oleh guru tersebut kepada siswa didiknya
Dengan berucap “ AWAS KOWE YO” , “DASAR BODOH”
3. Banyak fakta dari siswa-siswi kelas dua di sekolah tersebut yang menyatakan bahwa sikap dan kelakuan bu hera selalu marah-marah kepada siswanya ketika sebelum mata pelajaran dimulai.
4. Statement dari wali murid dan siswa yang selama ini tidak dipublikasi karena merasa takut anaknya di intimidasi dari guru-guru muda lainnya yang mengajar di SD N Pingit Yogyakarta
5. Adanya sikap menantang dari guru tersebut bahwa ia berani dilaporkan kepada siapapun.

Anak-anak yang berusia 8 tahun yang menduduki kelas 2 SD menjadi wajar ketika anak tersebut hiperaktif, kreatif dan masih suka bermain didalam kelas, ketika anak diperlakukan dengan cara yang tidak santun maka sontak anak tersebut akan memiliki rasa dendam dan memberikan doktrin kata-kata yang tidak sepantasnya membuat anak akan meniru kata tersebut dan akan ditiru diseluruh tatanan lingkungan tempat tinggalnya. Adanya beberapa fakta yang selalu mendeskritkan salah seorang anak didik bernama fatih dan ria , maka guru tersebut tidak melandaskan karakter seorang guru melainkan melandaskan kebencian terhadap seorang siswa dimana kejadian tersebut terulang beberapa kali selama siswa tersebut , hal ini sungguh tak elok dilakukan seorang guru apalagi seorang wali kelas, menyikapi hal ini maka seharusnya adanya SIKAP TEGAS DARI PIHAK SEKOLAH UNTUK MENDISKUALIFIKASI GURU TERSEBUT UNTUK TIDAK LAGI MENGAJAR. Hal ini menjadi koreksi oleh seluruh pihak bahwa banyak beberapa guru muda yang menjadi tenaga guru secara honorer tidak mampu mencerminkan karakter seorang pendidik serta TIDAK adanya tahap kualifikasi dari pihak sekolah yang memperkejakan seorang tenaga honorer yang seharusnya memiliki budi pekerti dan tatanan sosial yang ikut mencerdaskan anak bangsa. salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun