Mohon tunggu...
erindanurmj
erindanurmj Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S 1 Universitas Mulawarman

INFP yang sedang berjuang untuk lulus kuliah dengan lancar. Penyuka petang, rinai hujan, dan kelembutan kasur. Penikmat kopi, coklat, dan berbagai sastra.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Generasi Muda Tak Minat Menjadi Guru

11 Desember 2024   22:29 Diperbarui: 11 Desember 2024   22:29 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru (Sumber: Perpustakaan Sumptegal)

Dalam beberapa tahun terakhir, minat generasi muda untuk menjadi guru kian merosot. Profesi yang dulu dipandang mulia dan menjadi pilihan utama banyak orang kini menghadapi krisis popularitas di tengah perubahan zaman. Mengapa pekerjaan ini semakin kehilangan daya tarik di mata generasi muda?

Statistik yang Memprihatinkan Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan signifikan jumlah pendaftar di jurusan pendidikan dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2018, jumlah mahasiswa baru di program studi keguruan mencapai 15% dari total pendaftar perguruan tinggi. Namun, angka ini menyusut menjadi hanya 9% pada tahun 2023. Tren ini mengindikasikan semakin berkurangnya minat generasi muda untuk meniti karier sebagai pendidik.

Gaji dan Beban Kerja Jadi Sorotan Salah satu alasan utama adalah ketimpangan antara beban kerja dan kesejahteraan yang diterima. Rini (26), seorang guru honorer di Bekasi, mengungkapkan pengalamannya: “Saya bekerja lebih dari delapan jam sehari, mempersiapkan materi hingga larut malam, tapi gaji saya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar.”

Cerita seperti Rini bukanlah hal baru. Guru honorer sering kali digaji jauh di bawah standar layak, sementara guru tetap pun menghadapi tantangan administrasi yang berat di samping tugas mengajar.

Tekanan dari Era DigitalEra digital juga membawa tantangan baru. Generasi muda yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi lebih tertarik pada pekerjaan yang dianggap modern, fleksibel, dan berpenghasilan tinggi. Profesi seperti content creator, programmer, atau startup founder lebih menggoda dibandingkan menjadi guru yang identik dengan rutinitas dan birokrasi yang kaku.

“Guru itu pekerjaan mulia, tapi di zaman sekarang kita perlu realistis. Pilihan karier lain menawarkan lebih banyak kebebasan dan penghasilan,” ujar Fadil (22), seorang mahasiswa semester akhir.

Kita Perlu Mengembalikan Martabat Profesi Guru Meski menghadapi banyak tantangan, profesi guru tetap menjadi fondasi utama pendidikan. Jika pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan bekerja sama untuk meningkatkan daya tarik dan kesejahteraan guru, profesi ini masih memiliki peluang besar untuk kembali diminati oleh generasi muda.

“Guru bukan hanya pekerjaan, tapi kunci masa depan bangsa. Jika generasi muda tidak mau lagi menjadi guru, apa yang akan terjadi dengan masa depan pendidikan kita?” tanya Dr. Andini Kusuma, seorang pengamat pendidikan.

Masa depan profesi guru ada di tangan kita bersama. Akankah kita membiarkannya terus terpinggirkan, atau justru mengembalikannya ke tempat yang selayaknya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun