'Dhug!!!"
"Aduuuh!!!"
"Meu!!! Meu!!! Meeeuuuuu...uuu!!!"Â
"Maaf! Maaf! ... Mari saya bantu berdiri," cowok berseragam sekolah SMK tetangga itu mengulurkan tangannya.
"Bodoh! Jadi lari ke mana juga kucing kecilnya!" Riana seperti kerasukan setan di siang bolong #eh ... sore itu meneriaki si cowok yang masih berdiri bingung di depannya, sambil mengucek-ucek puncak kepalanya sendiri, yang tadi berbenturan dengan kepala Riana.
Cowok itu cuma tersenyum ... #eh ... manis juga batin Riana yang akhirnya dengan susah payah bangkit dari posisi terjatuhnya sendiri, karena cowok itu sudah tidak mengulurkan tangannya lagi.
"Kasihan kucing kecil itu... tau!" Riana masih nyolot, tapi mungkin bukan karena kehilangan jejak si anak kucing berwarna kuning terang itu.
"He... eh... iyaaa...," sahutan ragu cowok itu nyaris tidak terdengar.
---
"Meu! Meu! Meeeuuu... uuu...!" suara itu menyentakkan Riana yang sedang asyik melahap semangkuk bakso campur dengan sambal persis seukuran satu sendok makan.
"Hei! Kamu! Yaaa... kamuuu!!!" Riana secepatnya bangkit dari duduknya sambil berkacak pinggang memanggil seorang cowok yang tak jauh berdiri dari warung bakso di depan sekolah mereka yang saling bertetangga itu, sambil tampak menggendong seekor anak kucing berbulu kuning terang.