Mohon tunggu...
Eril Sadewa
Eril Sadewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Analis Sejarah

Selamat datang, tulisan-tulisan disini adalah hasil pembacaan saya atas Sejarah Nusantara yang begitu kaya, semoga bisa menjadi jembatan untuk menyelami kekayaan sejarah negeri kita yang indah ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilang Atau Terlupakan: Nasib Sejarah Kerajaan Banten Girang

8 Juni 2024   23:28 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:39 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerajaan Banten, terkenal sebagai salah satu kerajaan Islam populer di Jawa Bagian Barat. Namun, ternyata sebelum eksisnya Kerajaan Islam Banten, sudah berdiri Kerajaan Banten Girang di Wilayah Banten. Penguasa Banten Girang bahkan juga dikenal dengan sebutan Raja Sunda.  Eksistensi Kerajaan Banten Girang ini bisa dibilang cukup kuat, sayangnya belum lengkap narasi sejarah yang dapat disusun dari Kerajaan Banten Girang tersebut. Kerajaan Banten Girang, mungkin kalah populer dari Kerajaan Sunda dan Galuh alias Kerajaan Padjajaran sebagai sebuah etintas politik di Jawa Barat.

Naskah Sunda abad ke-16 M, Carita Parahyangan menegaskan adanya serangan Prabu Surawisesa, Raja Sunda Pajajaran ke Kerajaan Banten / Wahanten Girang. Carita Parahyangan tidak menyebutkan secara spesifik siapa nama pemimpin dari Kerajaan Banten Girang. Akan tetapi, menyebutkan terjadinya serangan militer tersebut.

Penelitian Sejarawan Paul Munoz atas situs-situs di Banten Girang, menyimpulkan bahwa di sana memang pernah berdiri sebuah kerajaan Pra Islam yang cukup besar. Penemuan situs kota kuno bergaya Melayu di Selatan Banten, Paul Munoz memperkirakan bahwasannya sekelompok imigran Jawa dari wilayah Jawa Tengah , yang karena kekacauan di Dinasti Sailendra, telah bermigrasi ke Banten Girang. Mereka membangun kerajaan disana dan dilindungi oleh Kerajaan Sriwijaya.

Pada  awal abad ke-15 M, menurut penelitian arkeologis yang dilakukan Claude Guillot dan Paul Munoz, Kerajaan Sunda yang beribukota di Pakuan melakukan ekspansi militer dan menguasai Banten Girang. Hal ini diteliti dari sisa-sisa keruntuhan Banten Girang. Antara 1512-1515 M, Tome Pires, seorang penjelajah Portugis mengunjungi Kerajaan Sunda yang saat itu dikuasai Sam Briamg ( Sri Baduga Maharaja/ Jayadewata) dan mencatat bahwa sang Raja Sunda tersebut menguasai Pelabuhan Bantan ( Banten). Tome Pires juga tidak mencatat eksistensi negeri Banten Girang. Maka, bisa diartikan bahwasannya Tome Pires datang ketika Kerajaan Banten Girang telah diluluh lantakkan oleh Kerajaan  Sunda Padjajaran yang beribukota di Pakuan.

Jika demikian, maka bisa di tafsirkan, bahwa di masa penerus Sri Baduga Maharaja yaitu Prabu Surawisesa telah terjadi pemberontakan oleh Penguasa Banten Girang sehingga menyebabkan Surawisesa melakukan serangan ke Banten Girang. Kerajaan Banten Girang, bisa jadi adalah negeri bawahan Pajajaran. Mengingat, menurut Sejarawan Hanafi Wibowo, Kerajaan Sunda merupakan sebuah federasi negeri-negeri di Jawa Barat yang bernaung di bawah Penguasa pusat di Pakuan.

Kita mungkin tidak tahu siapa raja pertama yang berkuasa di Banten Girang. Namun, catatan-catatan Eropa setelah masa Sri Baduga Maharaja, memberitakan kepada kita bahwasannya di sebelah barat Kerajaan Sunda Padjajaran , tentunya di Wilayah Banten, masih terdapat penguasa yang kuat. Naskah Sajarah Banten , yang menurut Sejarawan Devan Firmansyah ditulis pada 1631 M, memberitakan juga tentang adanya penguasa yang mandiri dari kekuasaan Pajajaran di Banten yaitu Pucuk Umum. Analisis Sejarawan Claude Guillot menyatakan bahwa Kerajaan Sunda Pajajaran tak lebih dari federasi beberapa negeri. Dan salah satunya adalah Banten Girang. Kemerosotan kekuasaan Pakuan, memungkinkan Kerajaan Banten Girang merebut kembali kemerdekaannya. Catatan Francisco De Sa mencatat Penguasa Sunda di Banten adalah seorang Keling bernama Moleiquer.

Catatan  Portugis dari Diogo De Couto juga mencatat peristiwa abad ke-16 M yaitu runtuhnya Banten Girang dikarenakan serangan Pasukan Islam. De Couto mencatat bahwa Raja Sunda ( ditafsirkan Claude Guillot sebagai Penguasa Banten Girang)  meminta bantuan pada Portugis untuk menghadapi serangan orang-orang Islam, Portugis datang untuk membantu dan membangun benteng di teritorialnya, namun Raja Sunda  tersebut wafat. Pasukan Islam lalu menyerang Wilayah Banten Girang  yang menurut De Couto adalah wilayah terpenting di Sunda . Naskah Sajarah Banten mencatat bahwa Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati lah yang menakukkan Banten Girang.

Jika demikian, maka bisa ditafsirkan bahwasannya Surawisesa bersekutu dengan orang-orang Islam dari Demak, Jepara dan sekitarnya untuk menghadapi gerakan separatis Banten Girang. Sementara Banten Girang meminta bantuan Portugis guna menghadapi serangan Pakuan dan orang-orang Islam.

Eksistensi Banten Girang sebagai sebuah kerajaan cukup kuat. Arsip Nasional Portugis mencatat bahwa posisi Ragee Mulidyar / Molequier adalah sebagai Raja Sunda. Sementara itu, Catatan De Barros memberitakan adanya Raja Sunda bernama Samiam ( Surawisesa) yang berkuasa di Daro/ Dayo ( Pakuan). Bisa ditafsirkan bahwa telah terjadi rivalitas politik antara Kerajaan Sunda Pakuan melawan Kerajaan Sunda Banten Girang, yang membuat Pakuan kemudian meminta bantuan orang-orang Islam. Meskipun sebelumnya Surawisesa pernah diutus sang ayah, Prabu Siliwangi/ Sri Baduga Maharaja pada 1512 M untuk meminta bantuan Portugis di Malaka menghadapi gempuran orang-orang Islam ke Wilayah Kerajaan Sunda Pakuan. Perlu diketahui, ini jika dilihat dari tafsiran Claude Guillot. Untuk lebih rincinya mengenai Perjanjian Sunda Portugis, akan saya bahas di artikel lainnya.

Demikianlah, Kerajaan Banten Girang yang runtuh sebelum Kerajaan Sunda yang beribukota di Pakuan, karena pusaran politik, membuat terlupakannya kerajaan ini, yang hingga saat ini belum dapat ditemukan sejarah lengkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun