Kasus seorang guru perempuan di Grobogan yang diduga mengajak muridnya untuk melakukan tindakan asusila mengungkapkan adanya persoalan mendasar dalam sistem pendidikan dan pengawasan. Sebagai sosok yang semestinya menjadi teladan moral, tindakan tersebut mencoreng integritas dunia pendidikan. Hal ini tidak hanya menjadi keprihatinan bagi keluarga korban, tetapi juga memicu kegelisahan di masyarakat. Peristiwa ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap kualitas pendidikan, moralitas, dan integritas guru sebagai pendidik. Guru memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendidik bagi siswa, bukan sebaliknya. Dugaan kasus ini mengindikasikan adanya kekurangan dalam pengawasan terhadap perilaku guru di sekolah serta kurangnya pembinaan karakter atau evaluasi moral selama proses rekrutmen tenaga pengajar. Kasus ini juga menyoroti pentingnya memberikan edukasi tentang kesadaran hukum dan pendidikan seks bagi siswa, sehingga mereka memahami batasan dalam interaksi sosial, termasuk dengan guru. Minimnya keberanian siswa untuk melapor atau rasa tertekan menunjukkan bahwa mekanisme pelaporan kasus serupa masih kurang efektif. Untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang, berikut beberapa langkah yang dapat diambil: 1. Pengawasan Ketat terhadap Guru Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memperketat pengawasan terhadap perilaku guru di lingkungan sekolah. Evaluasi rutin terhadap kompetensi, moralitas, dan karakter guru sangat penting dilakukan. 2. Perbaikan Proses Rekrutmen Guru Seleksi guru harus melibatkan evaluasi psikologis dan moral yang menyeluruh untuk memastikan bahwa kandidat yang terpilih memiliki komitmen tinggi terhadap tugas mereka sebagai pendidik. 3. Edukasi Seksual untuk Siswa Siswa perlu diberikan pemahaman tentang batasan yang sehat dalam hubungan sosial, termasuk dengan guru. Edukasi ini juga mencakup pengetahuan tentang hak mereka dan keberanian untuk melaporkan jika terjadi pelecehan. 4. Penguatan Sistem Pelaporan Sekolah harus menyediakan sistem pelaporan yang aman, rahasia, dan mudah diakses oleh siswa yang menjadi korban atau saksi tindak asusila. Petugas sekolah perlu dilatih untuk menangani laporan ini secara profesional. 5. Pendampingan Psikologis bagi Korban Korban memerlukan dukungan psikologis untuk memulihkan trauma. Pemerintah dan sekolah harus bekerja sama dengan psikolog atau lembaga sosial untuk menyediakan layanan pendampingan bagi korban. 6. Penegakan Hukum yang Tegas Penegakan hukum yang adil dan tegas terhadap pelaku sangat penting untuk memberikan efek jera sekaligus memastikan keadilan bagi korban. Langkah ini juga dapat memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan kasus semacam ini tidak akan terulang di masa depan, sehingga dunia pendidikan menjadi tempat yang aman dan kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI