Mohon tunggu...
Eri Kurniawan
Eri Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya pelajar, pengajar dan orang yang akan senantiasa 'kurang ajar' (dalam makna positif). Sekarang sedang belajar di kota Iowa, negerinya Bang Obama. Motto: "Teruslah merasa kurang ajar, karena kalau merasa terpelajar, kamu akan berhenti belajar."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tips Dapat Makan Gratis

19 Juni 2011   20:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan gratis pastinya menjadi incaran sebagian besar orang--kalau tidak semua orang. Siapa juga yang mau melewatkan mendapatkan sesuatu yang gratis? Dalam peribahasa Sunda dikatakan bahwa barang siapa yang menolak tawaran (sesuatu yang gratis semisal makanan), maka dia laiknya menolak rizki. Repot kan kalau sudah begitu?

Dalam konteks di AS, makanan gratis bisa diperoleh dalam acara-acara khusus misalnya perayaan ulang tahun, pernikahan dan hal-hal lain yang juga lumrah di tanah air. Di luar itu, makanan gratis agak sulit didapati. Ada lembaga sosial khusus yang menampung makanan tak terjual dari restoran untuk disalurkan kepada para gelandangan atau homeless people. Ada juga lembaga sosial yang menerima donasi bahan makanan, makanan dan uang dari individu dan toko swalayan untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Yang terakhir ini biasanya menjadi incaran kaum minoritas semisal orang Amerika latin dan orang kulit hitam.

Belakangan, saya menyaksikan peristiwa janggal yang biasanya hanya saya saksikan di acara televisi. Ketika kecil, saya pernah menonton sebuah film komedi dimana untuk mendapatkan makanan gratis, seseorang memasukkan rambutnya sendiri ke dalam makanan yang sedang disantapnya di sebuah restoran. Setelah komplain, akhirnya makanannya digratiskan. Baru-baru ini, saya menyaksikan sebilangan peristiwa serupa di salah satu restoran di kota Iowa, AS.

Pertama, sekelompok orang memesan sushi. Setelah sushi disajikan dan sebagian mereka makan, mereka mengeluhkan bahwa ada rambut (panjang) di salah satu sushi yang hendak mereka makan. Dengan penuh keyakinan, mereka menuduh bahwa rambut itu bersumber dari salah satu sushi chef. Padahal, tidak ada yang berambut panjang. Akhirnya, makanan mereka pun digratiskan.

Kedua, masih mirip dengan peristiwa pertama, sekelompok orang memesan sushi. Karena kebetulan restoran sedang ramai, butuh waktu agak lama untuk mempersiapkan pesanan mereka, tapi masih dalam batas tunggu normal. Sekitar 45 menit. Setelah pesanan tiba dan mereka makan, mereka komplain kepada manajer restoran bahwa mereka harus menunggu satu jam setengah untuk mendapatkan makanannya. Padahal, mereka hanya menunggu 45 menit. Lucunya, waktu pesanan itu terekam dalam tiket pesanannya dan terbukti orang-orang ini berbohong. Akhirnya, demi pelayanan pelanggan karena tidak mungkin mengkonfrontasi, manajer memberikan diskon besar-besaran.

Ketiga, seorang ibu memesan Pho Soup, sup seperti mie dari Vietnam yang begitu terkenal di AS. Setelah disajikan ibu tersebut langsung menyantap sup tadi. Baru setelah habis setengahnya dia sadar (entah dari mana kesadaran itu muncul) bahwa terdapat banyak minyak dalam sup itu. Komplainlah dia sama pelayan dan koki dapur. Ujung-ujungnya, dia meminta makanannya digratiskan.

Yang terakhir, seseorang memesan Yose Nabe, sejenis sup dari Jepang yang isinya mie, udang, kerang, sayuran dan lainnya. Sup pun dibuat dan disajikan. Setelah beberapa lama, dia komplain karena tidak ada kerang dalam sup. Sup pun dibawa lagi ke dapur. Si koki marah karena dia yakin dia memasukkan kerang ke dalam sup itu. Dan, betul apa yang dikatakan koki. Kerangnya ada dalam sup. Sup pun kembali diberikan kepada pelanggan. Kali ini dia komplain karena sayurannya kurang. Ujung-ujungnya, dia meminta sayurannya dibungkus dan digratiskan.

Kejadian di atas semuanya nyata terjadi dalam beberapa minggu ke belakang. Cukup aneh dan mengejutkan. Tidak sangka di kota kecil yang terkenal dengan keramahan orangnya, ada saja orang-orang yang memanfaatkan slogan "Pelanggan adalah Raja" dengan mengeluhkan makanan yang mereka makan hanya untuk digratiskan. Sekalipun, dalam banyak kasus, keluhan mereka tidak berdasar dan tidak masuk akal. Tapi, pemilik restoran tidak punya pilihan lain kecuali menuruti apa yang mereka inginkan. Karena kalau tidak, mereka bisa membuat reviu negatif dalam website atau berbicara buruk mengenai restoran dalam media lainnya.

Hal-hal seperti ini tentunya bisa dijadikan tips jitu untuk mendapat makanan gratis tapi sebagai manusia bernorma dan beragama, hal semacam di atas nyata-nyata adalah perbuatan curang. Ya, dimanapun pasti ada saja orang curang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun