Mohon tunggu...
Eri Kurniawan
Eri Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya pelajar, pengajar dan orang yang akan senantiasa 'kurang ajar' (dalam makna positif). Sekarang sedang belajar di kota Iowa, negerinya Bang Obama. Motto: "Teruslah merasa kurang ajar, karena kalau merasa terpelajar, kamu akan berhenti belajar."

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menilik Bahasa Na'vi (Bahasa dalam Film Avatar)

27 Januari 2011   07:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:08 2817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Paul Frommer (sumber: http://wiki.learnnavi.org)

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Avatar (sumber: http://c1.planetsave.com)"][/caption] Salah satu mata kuliah yang saya ambil semester ini bertajuk First Language Acquisition (Pemerolehan Bahasa Pertama). Matkul ini ditujukan untuk menggali pelbagai teori yang menjelaskan bagaimana seorang anak memeroleh bahasa pertama tanpa mengenal kata gagal, padahal tidak ada istilahnya kurikulum, sks, UN, guru bahasa dan semua tektek bengek yang identik dengan pengajaran formal. Itulah salah satu misteri yang sudah banyak menyedot perhatian banyak linguis untuk memecahkannya. [caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Dr. Paul Frommer (sumber: http://wiki.learnnavi.org)"][/caption] Tugas pertama yang mesti saya kerjakan beberapa hari ke belakang yaitu membedah bahasa Na'vi--bahasa yang dipakai oleh orang Pandora dalam film fenomenal "Avatar" yang disutradarai oleh James Cameron. Bahasa Na'vi ini diciptakan oleh Dr. Paul Frommer, seorang profesor emeritus jurusan Clinical Management Communications di University of South Carolina. Sebagai bahasa buatan, sebagian kita tentunya akan skeptis, karena kita tahu betul bahasa manusia itu kompleksnya luar biasa. Aturan menjadi ruhnya tapi pengecualian menjadi nadinya. Saya selalu ingat salah satu pepatah profesor saya, "Jika kamu mengajukan analisis fenomena kebahasaan dan semuanya tampak rapih, teratur, sistematis, maka ada yang salah dengan analisis kamu, karena bahasa selalu menyimpang anomali." Makanya, saya pun berangkat dari sikap skeptis ketika mengunjungi situs bahasa Na'vi yang menyajikan referensi tata bahasa dan kamus. Reaksi saya ketika melihat sistem pelafalannya (fonetik) biasa-biasa saja. Tidak ada yang benar-benar unik. Sebagian besar bunyi nampaknya diambil dari bahasa Inggris dengan penambahan satu set konsonan ejektif, yang sepertinya diadopsi dari sistem bahasa asli Amerika utara dan selatan atau bahasa-bahasa Afrika timur. Yang cukup unik adalah sistem vokalnya yang memuat bunyi /l/ dan /r/. Inilah kali pertama saya melihat sebuah bahasa yang menjadikan /l/ dan /r/ sebagai vokal. Istilah pengarangnya sih "pseudo vokal". Aneh-aneh saja. Uniknya lagi, contoh yang diberikan untuk bunyi /r/ ini adalah kata "surat" dalam bahasa Indonesia. Sebagai orang Indonesia, bangga rasanya bahasa sendiri mendapatkan tempat dalam buku referensi sebuah bahasa buatan orang Amerika. Dari segi sistem pembentukan kata (morfologi), Na'vi cukup kompleks. Terdapat banyak awalan, sisipan dan akhiran untuk membentuk kata baru atau mengungkapkan fungsi gramatikal. Sekilas sistem ini tidak jauh dengan sistem yang berlaku di bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa daerah dimana imbuhan memegang peranan sentral dalam pembentukan kata. Namun, untuk urusan posisi, Na'vi ini seenaknya sendiri. Posisi kata sifat, misalnya, bisa di depan atau di belakang kata benda yang disifatinya. Pun, dengan 'kata depan' yang bisa disimpan di depan atau di belakang kata benda. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Contoh kalimat dalam bahasa Na"][/caption] Sistem yang saya dapati cukup janggal adalah sistem penjamakan dalam kata benda. Di dalam bahasa Indonesia, kata benda tinggal diulang untuk menjadi jamak. Semisal orang menjadi orang-orang. Artinya, Indonesia hanya memiliki dua paradigma: tunggal dan jamak. Beda halnya dengan Indonesia, Na'vi memiliki empat paradigma: tunggal, dual, trial, dan jamak. Terdapat imbuhan yang disisipkan ke dalam kata benda yang membuat kata benda itu bermakna satu, dua, tiga dan banyak. Janggal memang karena sistem trial ini baru saya dengar. Kalau sistem dual ada dalam bahasa Arab, tapi trial entah dari bahasa mana. Posisi subjek, kata kerja dan objek pun tidak baku. Subjek bisa di depan, di tengah atau di belakang. Begitupun objek dan kata kerja. Sempat terbersit dalam benak saya, "Seenaknya saja ini orang membuat bahasa sampai tidak mengindahkan aturan posisi." Tapi ya namanya juga bahasa jadi-jadian. Anggapan saya ini salah rupanya. Teman Korea saya menyebutkan bahwa sistem penempatan kata yang bebas seperti ini mirip dengan bahasa Korea. Ternyata, si pengarang bahasa ini bukan orang sembarangan. Mana mungkin juga sih film selevel Avatar menyewa seorang ahli bahasa gadungan untuk mengarang bahasa jadi-jadian. Sekalipun bisa jadi terlalu simplistik, bahasa Na'vi ini terbilang eksotik. Sistem tata bunyi, pembentukan kata dan kalimat diramu sedemikian rupa dengan mengambil resep-resep bahasa-bahasa yang sudah ada. Uniknya, bahasa ini tidak lantas mati setelah proyek film berhenti. Ditilik dari situsnya, sepertinya ada tim pengembang dan forum kajian yang secara khusus berusaha mengembangkan bahasa ini. Siapa tahu suatu saat bahasa ini menjadi alternatif bahasa global, menggeser posisi bahasa Inggris (melamun dot com =).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun