[caption id="" align="aligncenter" width="592" caption="Polisi tidur sungguhan (sumber: http://2.bp.blogspot.com/)"][/caption] Polisi tidur merupakan salah satu marka jalan berupa semen atau aspal yang ditinggikan dan dipasang melintang. Tujuannya satu yakni untuk membatasi atau memperlambat kecepatan pengguna jalan, dalam hal ini pengendara kendaraan bermotor. Laiknya polisi sesungguhnya, 'polisi' yang satu ini berkeliaran di mana-mana, terutama di wilayah pemukiman dan perkampungan. Jenisnya secara umum terbagi dua: resmi dan gadungan (baca: tak resmi). Yang resmi yang dibuat oleh pemerintah (dinas bina marga atau dinas perhubungan). Biasanya dibuat di atas jalan pemerintah. Yang gadungan dibuat atas inisiatif masyarakat sekitar untuk menjaga keselamatan warga, utamanya anak-anak yang doyan main di luar rumah atau di jalanan. Polisi tidur jenis kedua ini dilaporkan sering menjadi penyebab kecelakaan bermotor karena ketinggian (atau kelandaian)-nya sering berlebihan. Sebenarnya, kalau mau objektif, pengendara pun patut disalahkan dalam kasus semisal ini karena selain sering mengebut, motor yang dipakainya pun kadang tidak standar. Bayangkan saja motor yang suspensinya sengaja dipotong demi gaya dan mode sehingga mesin motor dekat dengan tanah harus melewati jalan penuh dengan polisi tidur. Pasti sengsara si pemilik motor seperti ini. Di perkampungan, bertebarannya polisi tidur ditenggarai disebabkan karena banyaknya ojeg yang kerap mengebut. Demi mengejar setoran, tukang ojeg ini tidak mengindahkan keselamatan warga sekitar. Di kampung saya, tidak jarang terdengar warga tersenggol bahkan tertabrak ojeg yang selain ngebut, juga mematikan mesin dalam pudunan. Katanya untuk menghemat bensin. Padahal resikonya besar. Warga yang akan menyebrang tidak tahu bahkan ada motor mendekat sehingga tabrakan tidak terelakkan. Akhirnya, untuk mengantisipasi kejadian ini, warga kampung saya membuat polisi tidur (gadungan). Ketinggiannya proporsional, hanya memang tidak ada izin. Saya juga tidak paham apa ada perizinan soal pembuatan marka jalan seperti ini. Efek dari polisi tidur ini bisa terasakan dengan cepat. Para pengendara motor teristimewa tukang ojeg mulai memperlambat laju motornya, sekalipun mesin tetap tidak mereka nyalakan. Lambat laun, si tukang ojeg ini yang nota bene orang kampung seberang, jadi berang karena kebebasan mereka untuk mengebut merasa terenggut dengan adana polisi tidur. Mereka memprovokasi warga kampungnya untuk berdemo. Tidak tanggung-tanggung, hampir seluruh warganya turun ke jalan dengan membawa senjata seperti parang, golok, pentungan. Apapun yang bisa mereka pegang. Mereka mendatangi kampung saya untuk menghancurkan semua polisi tidur. Untuk menghindari konflik, warga kampung saya berdiam di rumah. Kami sadar betul, tidak ada gunanya melayani orang yang sedang mengamuk. Celakanya, polisi sungguhan tak pernah datang untuk menertibkan, mungkin mereka juga tidur. Sampai detik ini, konflik semacam ini tidak pernah tuntas. Ugal-ugalan pengguna jalan, tidak jelasnya aturan pemarkaan, tidak rasionalnya warga dalam mereaksi, semuanya mewarnai dinamika kehidupan kehidupan kita. [caption id="" align="alignleft" width="400" caption="Polisi tidur di Amrik (sumber; http://farm2.static.flickr.com/)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H