Mohon tunggu...
Eri Kurniawan
Eri Kurniawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya pelajar, pengajar dan orang yang akan senantiasa 'kurang ajar' (dalam makna positif). Sekarang sedang belajar di kota Iowa, negerinya Bang Obama. Motto: "Teruslah merasa kurang ajar, karena kalau merasa terpelajar, kamu akan berhenti belajar."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aneh Tapi Nyata

30 Januari 2011   00:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:04 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="513" caption="SUKSES (sumber: http://4.bp.blogspot.com)"][/caption] Saya terbilang orang yang begitu yakin akan kekuatan sugesti, karena bagi saya sugesti hampir sama dengan berprasangka baik terhadap Maha Pencipta, Allah SWT. Bahkan, saya meyakini bahwa sugesti laiknya do'a, yang mana kekuatannya luar biasa besarnya. Ketika mengikuti ospek jurusan, dalam bentuk pendadaran di lapangan terbuka (Alam Sejuk Lembang), ada seorang pemateri ospek yang begitu dibanggakan oleh senior saya. Dia menuturkan bahwa pemateri itu kakak kelasnya yang aktif berorganisasi, pernah memimpin organisasi himpunan mahasiswa, tapi prestasi akademiknya sehebat aktifitas organisasinya. Beliau mahasiswa cum laude. Jujur saja, saya tidak tahu apa itu cum laude. Tapi satu hal yang saya tangkap, cum laude merujuk prestasi yang bagus. Dalam hati, saya langsung berteriak, "saya bisa seperti dia." Alhamdulillah do'a saya terkabul beberapa tahun kemudian. Saya 'terjerumus' (dalam makna positif) dalam pelbagai organisasi mahasiswa dan LSM. Bahkan sempat menjadi presiden himpunan mahasiswa. Dan, cita-cita cum laude pun terlaksana. Sebagai bonus, saya dianugerahi lulusan terbaik fakultas ketika wisuda. Setelah diserahi amanah menjadi dosen, kebiasaan memraktikkan sugesti diri saya teruskan. Saya perkuat sugesti ini dengan membuat peta mimpi atau peta hidup yang berisikan rangkaian impian, harapan atau cita-cita yang ingin diraih di masa mendatang. Waktu itu, saya rancang peta hidup untuk lima tahun ke depan. Salah satu impiannya adalah memperoleh nilai toefl (paper based) lebih dari 600. Saat itu, perolehan nilai toefl saya masih ada dalam kisaran 580. Cukup sebenarnya untuk persyaratan mendaftar beasiswa. Tapi rasanya belum begitu aman kalau tidak sampai 600, mengingat persaingan yang pastinya ketat. Sauatu hari, seorang kolega 'memanas-manasi' saya karena dia baru saja memecahkan rekor pribadi nilai toefl tertinggi. Seingat saya nilanya 623. Jujur saja saya kaget, karena bagi saya, jangankan lebih dari 620, 600 saja masih berupa impian. Anehnya, muncul tekad besar dalam diri. Sembari mensugesti, saya berkata kepada teman itu, "Hey, nilai toefl saya akan lebih 3 poin dari nilai toefl kamu." Kurang lebih hanya beda satu soal saja. Sambil tertawa, dia merespon, "Kalau sampai terjadi, saya akan hormat sama kamu." Dalam hati saya menjawab, "Lihat saja nanti." Beberapa hari kemudian, saya ambil tes toefl lagi. Tak ada persiapan berarti karena hari penuh kesibukan rutin mengajar. Sebelumnya saya berdo'a dalam hati, semoga nilainya bisa mencapai 600. Saya tidak begitu menghiraukan 'janji' saya pada teman saya itu. "Ah, 600 saja sudah sangat untung," pikir saya waktu itu. Seminggu kemudian, ketika saya sedang istirahat di kantor jurusan, teman saya itu tiba-tiba datang dengan sikap memberi hormat. Saya masih bingung dengan apa yang dia lakukan. Kemudian, dia menjelaskan bahwa dia baru saja menelpon balai bahasa untuk menanyakan nilai yang saya peroleh. Ajaibnya, nilai saya 626, tepat seperti apa yang saya ucapkan kepada dia. Saya terpaku, takjub akan apa yang terjadi. Peta hidup lainnya adalah saya mesti mendapat beasiswa luar negeri sebelum menginjak 25 tahun. Lucunya, itu saya jadikan prasyarat sebelum mencapai peta hidup selanjutnya, menikah. Semua proses aplikasi, wawancara dan bahkan tes sudah semuanya saya lalui. Tinggal pengumumannya saja. Rasa harap-harap cemas mulai menghantui diri karena ulang tahun tinggal hitungan hari. Pesimisme pun mulai hinggap disertai dengan prasangka buruk bahwa kali ini Tuhan tidak merestui mimpi saya. Ulang tahun ke-25 pun terlewati. Ada rasa kecewa, tapi asa masih menyelimuti. Sekalipun target waktunya tidak terpenuhi, tapi beasiswanya siapa tahu saya dapati. Setelah kembali ke kampus, setelah sebelumnya menghabiskan liburan Idul Fitri di kampung halaman, tiba-tiba muncul keinginan kuat disertai rasa penasaran tinggi untuk mengecek email. Setelah akun dibuka, terlihat sebuah email bersubjekkan "Terpilih menjadi calon penerima beasiswa Fulbright". Luar biasanya, email ini bertanggal 23 Oktober 2006, beberapa minggu sebelum ulang tahun. Saya langsung mengucap syukur pada Allah atas semua pemberian ini, sekaligus mengucap istigfar karena sempat berprasangka buruk pada-Nya beberapa minggu sebelumnya. Ajaibnya, beberapa minggu kemudian, setelah semua proses administrasi beasiswa saya penuhi, datang surat pos dari Fulbright Jakarta. "Ah paling surat ucapan selamat yang (seperti biasa) datang terlambat," pikir saya sederhana. Pas dibuka, (Anda mau tebak apa isinya?) surat penyataan dari Jakarta bahwa saya tidak masuk sebagai penerima beasiswa. Bisa dibayangkan betapa kagetnya saya. Anehnya, ketika melihat tanggal surat, di situ tertuliskan 18 Oktober 2006. Yang lebih aneh lagi, surat penolakan (tertanggal 18 Oktober) ditandatangani oleh staf Fulbright Jakarta sementara surat penerimaan (tertanggal 23 Oktober) ditandatangani langsung oleh direktur eksekutif Fulbright. Yang lebih (lebih) aneh lagi, dalam emailnya, staf yang menandatangani surat penolakan tidak pernah menyinggung masalah surat itu. Seolah dia tidak pernah menulisnya. Aneh bin ajaib. Saya amat yakin semua pencapaian ini adalah jawaban atas semua sugesti/mimpi (baca: do'a) selama ini. Selama kita yakin bahwa Tuhan akan menjawab hamba-Nya yang sungguh-sungguh meminta kepada-Nya, semua harapan, impian atau cita-cita InsyaAllah akan menjadi realita. Tinggal perkuat asa dan do'a sembari barengi dengan kerja keras. Jangan lupa ingat-ingat terus firman Allah ini: "Sesungguhnya Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun