Pasien vs perawat, jagoan siapa?Â
Latar belakang penulisan ini karena penulis prihatin dengan berbagai informasi yang beredar baik di socmed maupun di ruang tunggu yang diproduksi oleh pasien/pendamping yang baru memahami sedikit mengenai proses cuci darah (HD = hemodialisis) dan para seller produk (yang menjanjikan kesembuhan pasien cuci darah). Yang mana info ini lebih dipercaya pasien dan keluarga dibandingkan bertanya kepada perawat.Â
Mungkin banyak yang tidak peduli, tapi dari pengamatan penulis, info2 yang diberikan kadang cukup berbahaya dan fatal.Â
Misinformasi / kesalahkaprahan ini begitu banyak sehingga penulis bisa memasukkan dalam 1 bab tersendiri di buku Penyakit Ginjal Kronis dan Hemodialisis terbitan Elex Media Komputindo.Â
Penulis merasa tenaga kesehatan (baik medis maupun para medis) bisa mengambil peran yang lebih dalam mengedukasi pasien2 HD. Namun kenapa sebagian pasien masih lebih  banyak terpapar dan lebih mempercayai informasi yang kurang benar dibandingkan bertanya ke pihak yang lebih kompeten yang bisa ditemui setiap HD.Â
Penulis menemukan jawabannya saat melempar pertanyaan ini ke kelompok pasien, seperti:
1. Perawat hanya pandai ambil tindakan dan  membantu dalam kegawatan tapi soal  obat dan tindakan medis lainnya perawat harus menunggu persetujuan dokter. Dalam kasus ini, pasien cuci darah sangat  terbantu dengan pasien senior. Contohnya mengenai durasi cuci darah selama 5 jam. Itu sangat  bagus, tapi perawat diam saja kalau pasien HD melakukannya cuma 4 jam. Tidak ada  edukasi soal itu, hanya  pasien senior yang bisa  menjelaskan dampak baik buruknya .Â
2. Soal Berat Badan Kering, binder fosfat, pantangan makanan, dll., lebih sering diinformasikan oleh sesama pasien.Â
3. Bener banget Dokter, tergantung perawatnya juga. Soalnya kan kondisi pasien beda2.Â
Begitu sekilas rangkuman pendapat para pasien cuci darah.Â