Mengetahui bahwa akhir-akhir ini kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya yang kurang bersahabat, membuat saya melakukan riset kecil-kecilan. Data riset ini saya ambil dari web / aplikasi AirVisual.com dan perangkat pengukur kualitas udara.
1. Berlibur ke luar kota untuk memperoleh udara segar / sehat
Berdasarkan data hari / tanggal, Sabtu, 31 Agustus 2019, ternyata berlibur ke luar kota bukanlah hal yang dianjurkan. Dari pemantuan kualitas udara sepeti yang terlihat pada gambar, kita bisa lihat JARANG ADA kota / daerah di sekitar Jakarta yang kualitas udaranya di bawah angka 100. Padahal kita tahu bersama udara disebut sehat jika batas maksimal 25 - 30cmikrogram/meter kubik (ugram/m3) berdasarkan pengukuran PM2.5. Karena itu pertimbangkan rencana Anda berlibur mencari udara sehat.
2. Kebiasaan membuka jendela pada pagi hari
Pernah dengar nasehat orang tua, setiap pagi bukalah jendela lebar-lebar agar udara segar masuk?
Saya pernah mengukur kualitas udara di kamar yang ber AC, hasilnya sekitar 20 - 30 ugram/m3. Pagi ini, saat jalan pagi, kualitas udara di luar sekitar 60 - 70an. Saat selesai jalan tergopoh-gopoh 30 menit, saya kembali ke kamar yang sudah dibuka jendelanya, hasilnya kualitas udara di kamar jadi mengikuti kualitas udara di luar kamar menjadi 65 ugram/m3.
Udara dalam kaleng
Ada teman yang mengatakan, mau kualitas udara bagus, cari udara kaleng. Kelihatannya main-main, tapi perlu dipikirkan. Untuk saat ini kualitas udara di dalam mobil (tentu yang bersih) dan ruangan berAC (tentu ruangan yang bersih), masih lebih lebih baik dari di luar ruangan.