Ada pasien mengeluh sakit kepala dan flu. Pergilah ia langsung ke dokter spesialis saraf. Hasilnya, selain obat flu, ada juga obat-obatan untuk gangguan saraf.Â
Ada pasien mengeluh nyeri di sekitar ulu hati, langsunglah ia ke dokter spesialis pencernaan. Diangkatlah batu empedunya, tapi sayang meskipun sudah dioperasi, pasien masih tetap mengeluh sakitnya tidak berkurang. Akhirnya diketahui ada penyakit lain yang menyebabkan nyeri tersebut.Â
Dan masih banyak cerita lainnya yang terjadi karena pasien terlalu cepat menentukan berobat ke dokter spesialis (atau super spesialis). Tentu ini dilakukan pasien dengan harapan penyakitnya bisa tertangani lebih baik. Tidak ada salahnya memang, apalagi jika memiliki kemampuan finansial untuk melakukan hal tersebut.Â
Namun, ada hal yang lebih bijaksana dan pantas. Seorang dokter spesialis memang telah menempuh pendidikan kedokteran dasar namun seiring dengan perjalanan waktu, waktu dan pemikiran seorang spesialis (apalagi super spesialis) akan mulai terfokus pada bidang spesialisasinya.Â
Hal ini berbeda dengan seorang dokter umum / dokter keluarga, yang masih tetap memiliki pandangan yang lebih luas secara secara keseluruhan. Oleh karena itu bijaklah dalam memilih dokter. Gunakanlah sistem rujukan berjenjang seperti yang diterapkan oleh JKN.Â
Usahakanlah memiliki dokter keluarga yang mengetahui riwayat penyakit Anda. Semoga dengan cara ini, Anda bisa cepat menemukan dokter yang sesuai dan segera sembuh. Amin
Dr. Erik Tapan, MHA
Praktisi Kesehatan dan Dokter Internet
eriktapan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H