Mohon tunggu...
MUHAMMAD ERIK NURHIDAYAT
MUHAMMAD ERIK NURHIDAYAT Mohon Tunggu... Administrasi - Penimba Ilmu

mahasiswa jurnalistik di AKY (Akademi Komunikasi Yogyakarta) Penggemar dunia fotografi, tulis-menulis dan berbagai hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Rakyat, Oase di Era Robotik

11 Januari 2017   16:12 Diperbarui: 17 Januari 2017   11:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai pasar rakyat , mengingatkan saya untuk flashback ke belakang di era tahun 90-an . Kenapa ? Sewaktu kecil , sering diajak berbelanja ke pasar yang letaknya sekitar 2 kilometeran dari rumah . Dan bukanlah hal yang ajaib , saya dan ibu berangkat dengan jalan kaki di pagi hari menuju pasar . Karena waktu itu memang masih sangat jarang orang punya kendaraan bermesin seperti mobil . motor seperti sekarang ini . Tapi justru hal inilah yang membuat saya merasa sangat senang . Banyak manfaat yang bisa saya rasakan dengan berjalan kaki pagi hari sehabis shubuh dan biasanya bisa ikut saat hari libur sekolah  , memang saat itu ibuku berjualan sayur di rumah , warung kecil-kecilan dengan berbagai masakan . Selain membuat badan sehat , dalam perjalanan kita bisa menikmati pemandangan di pagi hari , menghirup udara yang masih segar dan ngobrol asyik selama perjalanan. 

Perlu diketahui pembaca juga ,  lokasi rumah saya di belakang terminal Giwangan Yogyakarta . Dari titik rumah kami menuju ke pasar , melewati jalan-jalan kelok ,aliran kali code , bangunan-bangunan peninggalan kuno Mataram di Kotagede , juga makam kuno mataram . Yang masih terkesan dalam pikiranku sampai sekarang , yaitu kita selalu melewati “jalan tikus” yang seperti labirin dengan dinding-dinding batu bata kuno besar-besar menandakan bahwa disanalah pernah dihuni para leluhur di jamannya hingga peninggalan puing-puing atau bangunan yang masih utuh itu masih ada sampai saat ini . 

Bak labirin atau bisa disebut masuk ke perut ular yang berbelok-belok dan sempit . Hingga perjalanan itu terhenti di sebuah pasar namanya pasar Kotagede , Yogyakarta . Sungguh ramai jika bertepatan di pasaran legi , terdapat berbagai tipe pedagang saling menjajakan dagangannya , yang berbeda tepatnya di weton leginya berjubel para pedagang burung yang memadati  luar pasar sampai menutup jalan utama .

Jika berbicara mengenai pasar tradisional seperti ini , enaknya kalau saya pun berbagi pengalaman yang tak pernah terlupakan mengenai jajanan khas tradisional yang masih populer sampai saat ini . Seperti halnya anak kecil seperti saya minta jatah jajanan saat itu , pasti tak ketinggalan minta kue lupis berjuruh gula jawa asli ( dibaca kuah : bahasa Indonesia )  dan ditaburi parutan kelapa muda , rasanya manis dan legit . Kalaupun tidak ada , bisa memilih jajanan lain seperti tiwul , gatot , cenil , bakmi pentil atau es dawet . Jajanan inilah yang sampai saat ini , kebanyakan masih dipertahankan khususnya di pasar-pasar tradisional seperti ini. 

Berbelanja dengan cara yang sangat humanis , saling tawar –menawar antara penjual dan pembeli , memilih barang-barang yang mau dibeli , disamping itu kalaupun kita sudah akrab dan berlangganan kita bisa juga mendapat potongan harga . Suasana saling bercengkrama antar pedagang , solidaritas antara pedagang , dan canda tawa antar pedagang , pun terkadang bersama pembeli nampak riuh terlihat begitu meninggalkan kesan tersendiri dewasa ini .

Kini pasar rakyat atau disebut sebagai pasar tradisional dikarenakan harga yang merakyat , humanis tinggi dan segi kekeluargaaan antar pedagang / pembeli yang erat sudah jarang dilirik oleh orang kebanyakan . Maka dari itu pencanangan Hari Pasar Rakyat Nasioanl perlu dicanangkan mengingat pentingnya  ruh pasar rakyat di era Robotik ini . Era robotic dilihat dari sudut pandang saya sendiri diartikan sebagai manusia jadi patung , dikarenakan ketertarikan masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisonal mengalami penurunan yang sangat drastis , lebih-lebih dunia gadget yang semakin menjamur sehingga pembeli ( arti yang sebenarnya ) dicekokin dengan aktifitas yang terkesan membentuk pribadi kita menjadi patung .

Berbelanja dengan hanya menonton harga di swalayan modern atau pencet-pencet  gadget dan memesan barang/ membelinya tanpa harus kita repot keluar rumah . Hanya berbekal gadget dan chat di dunia maya barang sudah langsung didatangkan ke rumah pembeli tanpa harus bertemu dengan penjual . Sisi humanis telah hilang dan masyarakat seperti robot sehingga kreatifitas pun mati , kesehatan  jasmani yang menurun , timbul penyakit di masyarakat . Dan anggapan buruk masyarakat  yang menilai  pasar tradisional sangat rawan dengan tindak kejahatan , perlakuan produk yang tidak higienis ataukah tempat yang kotor dan bau . Tak ayal para pedagangpun meresehakan perihal ini . Dari sini pemerintah daerah telah bersepakat akan menjunjung tinggi pasar tradisional  dengan berbagai cara diantaranya memperbaiki strucktural pasar , tempat dan lokasi yang lebih bersih dan higienis , dan  tidak meninggalkan citra pasar rakyat bahkan hiburan

Kebetulan saat kuliah , saya mendapat tugas mengerjakan mata kuliah observasi dan wawancara di tahun 2012 lalu . Dan saya mengambil judul yang lagi ngetren saat itu  “pasar tradisional vs pasar modern”. Menurut pengamatan saya juga hasil wawancara dengan para pedagang juga dinas Pengelolaan Pasar tradisional khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta , bahwasanya dinas Pengelolaan Pasar  bekerjasama dengan para pedagang dan pemerintah akan membuat pasar tradisional lebih dilirik dan tidak ditinggalkan . Sudah terlihat dari tahun ke tahun bahwa pasar-pasar di daerah mengalami perkembangan dan kemajuan, berikut  poin-poin yang bisa saya rangkumkan mengenai pasar rakyat atau disebut pasar tradisional yang tak kalah dengan pasar/swalayan modern , justru ini adalah oase di tengah-tengah era Robotik ini :

  • Pawai para pedagang pasar tradisional dan kirab budaya  :Pawai ini diadakan oleh dinas pengelolaan pasar dan dinas pariwisata  secara berkala dengan menyatukan para pedagang pasar dan juga dengan kirab budaya bida menjunjung nilai kedaerahan atau rating pariwisata . Uniknya di acara ini , para pedangan berdandan lucu-lucuan sambil membawa tenggok bawa sayur-sayuran , ada pula menggunakan dokar / andong yang dihiasi sedemikian rupa , dan juga khas pakaian Jawa , berjarit , caping ataukah berkebaya . Dan para peserta saling berkelompok dan diarak di sepanjang Malioboro . Hal ini cukup menarik dan pastinya akan menarik perhatian umum .
  • Renovasi pasar tradisinal agar lebih nyaman :Sudah terlihat wujud keseriusan pemerintah untuk menjunjung pasar rakyat , banyak pasar-pasar yang sebelumnya di tempat yang terkesan becek , dengan payon (atap : bahasa Indonesia)  bambu / terpal jikalau hujan pun air akan menggenang dan membuat becek atau pembuangan sampah yang tidak teratur . Bisa dilihat sekarang semua berubah , banyak bangunan pasar yang direhabilitasi menjadi tempat yang terlihat bersih dan nyaman dengan pembagian lapak/kios yang lebih teratur .
  • Pengadaan hiburan rakyat : Elekton atau musik dangdut atau pasar malam yang mempunyai daya tarik tersendiri yang tak lepas dengan kesan tempo dulu dan tidak meninggalkan tradisi . Belum lama ini di Pasar Kotagede khususnya , baru saja rampung acara di akhir tahun 2016 Jogja-Jazz yang diadakan di titik keramaian pasar Kotagede , Yogyakarta . Dengan konsep panggung , keroncong, gamelan , wayang dan hiburan rakyat lainnya . Sehingga hal ini pun guna menghidupkan kembali nyawa pasar rakyat itu sendiri .  Bahkan lomba-lomba seperti lomba anak, sepeda gembira, senam sehat dan lain-lain , semua itu sudah berjalan dan masyarakatpun sangat berantusias ikut .
  • Voucher  atau kupon belanja : Mungkin belum banyak diketahui banyak orang . Bahwa ada program Dinas Pengelolaan Pasar dengan menerbitkan voucher/ kupon  belanja berhadiah , dengan belanja di pasar tradisional akan mendapat kupon dan pengundiannya di setiap tahunnya terus berjalan selama program selesai . Hadiah nya pun tidak tanggung-tanggung . dikutip dari Surat Kabar Harian Jogja , “Kepala Dinas Pasar Sleman Tri Endah Yitnani menjelaskan, setiap hari pihaknya menyebar 300 kupon ditujuh pasar tradisional yaitu Pasar Cebongan, Pasar Tempel, Pasar Godean, Pasar Gamping, Pasar Prambanan, Pasar Pakem dan Pasar Sleman. “Total kami membagikan kupon sejumlah 2.100 kupon perhari,” kata Endah di sela-sela Launching Belanja Berhadiah di Pasar Tradisional di Aula Pasar Cebongan, Selasa (5/4/2016).Program tersebut digelar hingga 16 Mei mendatang. Dinas Pasar menyediakan beragam hadiah menarik mulai sepeda motor, televisi, kulkas dan peralatan rumah tangga lainnya. Program belanja berhadiah ini, katanya, dilakukan di tujuh pasar di wilayah area perkotaan “ (www.harianjogja.com  tanggal 6 april 2016 ) .
  • Keamanan Pasar : Security pasar telah disiapkan di pos-pos keamanan jikalau terjadi tindak-tindak kejahatan di pasar  dan juga dipasangkan beberapa CCTV untuk pemantauan pasar itu sendiri .Dan sebagai keamanan barang-barang pribadi sebaiknya jangan menggunakan / memakai barang-barang yang berharga jika tidak bersifat urgen dikenakan karena bisa menjadi daya tarik mata penjahat atau hal-hal yang tidak diinginkan . Ingat kewaspadaan itu penting dan kita ke pasar tujuannya adalah belanja bukan untuk mejeng-mejeng atau pamer , jadi sewajarnya saja jika mau berbelanja ke pasar 

Beberapa poin di atas semoga bisa menjadi tolok ukur bahwa pasar tradisional atau pasar rakyat itu sangat penting atau urgensi penetapan Hari Pasar Rakyat Nasional . Karena berbagai faktor di atas juga tentunya akan sangat menarik pelancong untuk datang dan belanja di pasar rakyat /tradisional di masing-masing daerah . Dengan adanya pasar tradisional , tradisi dan budaya masih terjaga , nilai humanis bisa dirasakan , dan pastinya kata ramah, senyum  , nyaman dan bahagia itu akan terucap bagi setiap pembeli yang datang kalau masyarakat sendiri pun akan terus mendukung program-program penunjang kemajuan pasar rakyat ini .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun