Mohon tunggu...
ERIK FEBRIAN
ERIK FEBRIAN Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang bankir yang menyukai traveling, dunia penerbangan, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pelajaran Akan Filosofi Hidup Dari Pendakian Gunung Merbabu

26 Januari 2015   16:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422240138951143003

Awal Bulan Juni 2013 ini menjadi sebuah awal bulan yang sangat istimewa bagi saya. Di tanggal 1 Juni 2013 tersebut saya mewujudkan salah satu mimpi saya yang saat ini sudah terwujud yaitu bisa mendaki gunung. Mungkin mendaki gunung bagi seseorang adalah sebuah hal biasa dan bukanlah merupakan hal besar, namun bagi saya mendaki gunung adalah sebuah impian sekaligus sebuah pengharapan besar. Sebuah impian bagi saya untuk menikmati perjalanan pendakian, mengagumi keindahan puncak sebuah gunung, dan menikmati keindahan permadani awan yang luas terbentang tak terbatas. Disisi lain adalah sebuah pengharapan besar bagi saya untuk dapat menikmati hikmah dari setiap langkah kaki yang saya gerakan, menemukan sebuah arti kehidupan dan arah sebuah perjalanan hidup,dan membuat suatu ringkasan sebuah perjalanan yang indah dan takan terlupakan.

Sebelumnya, saya termotivasi untuk dapat menaiki sebuah gunung oleh orang-orang yang saya kagumi, banyak orang-orang besar yang saya kagumi ternyata mereka menyukai pendakian sebuah gunung. Sebut saja Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (Mantan Dubes RI di Belanda), Mantan Wakil Menteri ESDM RI yang meninggal disalah satu gunung di Nusa Tenggara sekitar beberapa tahun silam, dan beberapa lagi diantaranya. Seolah-olah mereka menyiratkan kepada saya, bahwa begitu nikmatnya mendaki sebuah gunung. Bukan sekedar dari keindahan alam yang mereka dapatkan, namun lebih luas sebuah arti dari kehidupan.

Pendakian Gunung Merbabu ini adalah pendakian pertama saya, sebelum saya memutuskan untuk bergabung dengan tim saya sempatkan untuk browsing mencari informasi terkait Gunung Merbabu, bagaimana jalurnya apakah curam, landai, dan sebagainya, bagaimana keindahan alamnya, dsb. Yang saya dapatkan dari hasil browsing tersebut adalah kesemua informasinya baik artinya tidak menunjukan hal-hal yang bisa menciutkan semangat saya sebagai seorang pendaki pemula. Sehingga saya anggap perjalanan yang akan saya lakukan akan sangat mudah. Haripun tiba, berangkat dari Basecamp Pendakian menuju Pos I, dilalui dengan gembira di 10 menit pertama karena jalur masih landai, namun bermenit-menit dan berjam-jam selanjutnya yang terlihat hanyalah jalan yang menanjak. 20 menit berjalan adalah pertama kalinya saya dalam hidup berkeringat seperti hujan. Disaat itu saya sempat terbesit pemikiran apakah saya akan membatalkan perjalanan, namun saya sangat termotivasi ketika melihat beberapa nenek renta yang masih kuat melangkah dengan cepat menanjaki ladang dan bukit disekitar kaki gunung tersebut, sehingga saya tidak sedikitpun memikirkan lagi untuk membatalkan perjalanan. Ini adalah pelajaran pertama yang saya dapatkan, ibarat sebuah kehidupan, kita harus mempunyai kebulatan tekad dan keyakinan serta kemauan keras untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita harus berangkat dari keyakinan bahwa kita pasti bisa sehingga kondisi apapun yang mendera kita dapat kita lalui dengan baik.

Singkat cerita, kami tim BTN Syariah Adventure sudah sampai di Pos III setelah sekitar 3 jam berjalan. Setelah istirahat selama 30 menit untuk makan siang dan sholat, kita melanjutkan perjalanan menuju ke Pos IV, dari posisi ini sebenarnya anggota tim sudah mulai sedikit lelah karena track yang mulai lebih ekstrem, namun apresiasi dari teman-teman seperti mengatakan misalnya kepada saya “Erik, kamu luar biasa dan pasti bisa” itulah yang membuat saya atau mungkin anggota tim lainnya menyimpan rasa capek dan terus semangat untuk mengarungi Taman Nasional Merbabu. Satu hal penting lagi yang saya pelajari dari perjalanan ini adalah ternyata “The Power of Appreciation”’ itu efeknya sangat luar biasa, hal ini dapat saya pelajari dan saya gunakan nantinya dikehidupan yang lain, hal kecil seperti bagaimana kita mengucapkan kepada orang lain “Kamu Hebat” atau “Kamu Keren” ternyata dapat menimbulkan semangat baru bagi orang lain tersebut. Hal lainnya yang saya senang dan sangat kagum dari tim ini adalah mereka tidak ada sedikitpun dari perjalanan awal sampai dengan akhir yang menyampaikan secara verbal hal-hal negatif “Saya Capek”, “Saya akan gagal”. Puji syukur mereka selalu melontarkan kalimat-kalimat positif sepanjang perjalanan dan malah saling mengapresiasi satu sama lain. Dan saya yakin ini adalah salah satu kunci keberhasilan tim menuju puncak Gunung Merbabu ini. Karena seperti apa yang dikutip dari Buku The Secret karangan Rhonda Byrne dimana apabila kita melontarkan atau memikirkan hal-hal yang positif maka hasilnya juga akan positif, namun apabila kita melontarkan kata-kata atau pemikiran negatif maka hasilnya adalah kegagalan atau hal-hal negatiflah yang eakan terjadi.

Perjalanan menuju puncak Pertama Gunung Merbabu yaitu Puncak Watu Gubug, perjalanannya semakin menguras tenaga karena medan yang sangat curam dan berbatuan, disini kita sudah mulai banyak berhenti dengan melihat tingkat track yang semakin menantang dan kondisi fisik yang sudah berjalan cukup lama sekitar 4,5 jam. Namun karena kita semua anggota tim sudah menentukan goal atau target pertama kita harus bermalam disekitar Pos Helipad yaitu setelah Puncak II atau Watu Tulis (sekitar 2,5 jam perjalanan lagi) sehingga kaki yang terasa berat untuk berjalan pun tetap kita paksakan dan alhamdulillah kita bisa mencapai Puncak I Taman Nasional Gunung Merbabu itu. Ada hal yang dapat kita ambil dari hal ini kedalam kehidupan sehari-hari kita, yaitu kita hidup harus memilih apakah kita akan menjadi orang yang biasa-biasa saja melakoni kehidupan dengan biasa-biasa saja mengikuti arus saja atau kita akan hidup dengan tujuan dan goal yang jelas, goal yang sudah kita bisa tentukan kapan hal itu akan dicapai dan diimplementasikan beserta bagaimana kita berfikir untuk mencapainya. Apabila kita memilih opsi yang kedua beserta konsekuensinya kita akan semakin semangat dalam hidup, penuh antusiasme karena kita sudah membayangkan dan mengafirmasikan apa yang akan kita raih dan merasakan perasaan yang akan kita raih itu sehingga hal-hal yang kita hadapi kedepan dapat kita selesaikan dan minimalisir.

Pukul 17.00 sampailah kami dititik dimana tempat kami akan bermalam. Sorepun berganti menjadi malam, sebagian tim mendirikan tenda dan sebagian lainnya diantaranya saya dan satu teman saya mencari kayu bakar sebagai bahan baku api unggun kita. Udara maghrib disekitar tempat kami tinggal sangatlah dingin mungkin antara 10-12 derajat celcius sehingga jaket anti angin, sarung tangan, dan celana panjang serta kaos kakipun tidak bisa kita tinggalkan. Tenda berdiri, api unggun sudah dinyalakan, barang-barang sudah ditata dengan baik, kegiatanpun dilanjutkan dengan memasak air untuk selanjutnya memasak mie, memakan roti tawar, meminum kopi, dan susu. Satu pelajaran penting disini, jarang sekali saya dapatkan mungkin pada saat saya berorganisasi di kampus dan masyakarat mendapatkannya, namun jarang sekali saya mendapatkan setulus dan sehangat ini, kita memasak dan makan malam bersama, satu dan lainnya saling bahu membantu menyediakan kopi, menyalakan api, dan terkadang satu piring mie yang kita makan kita makan bersama beberapa orang sekaligus, sungguh sangat indah, saya sangat bersyukur bisa mengikuti perjalanan ini. Pola intinya adalah sebuah kerjasama yang kita lakukan secara bersama-sama dan sebuah keberhasilan yang kita capai dan dinikmati bersama ternyata hasilnya akan sangat jauh lebih nikmat. Setelah kita makan bersama, dilanjutkan dengan mendirikan solat maghrib dan solat isya bersama-sama, sungguh nikmat kuasa Tuhan Alloh SWT dapat memberikan saya pengalaman ini saya bisa sholat diatas gunung dengan kondisi gelap gulita hanya diterangi oleh api dan langit, penuh bintang, rindangnya pepohonan dan semilir angin yang menggigil.

Sekitar jam 3 pagi esok harinya, sebagian anggota tim sudah terbangun dan mereka mulai menyalakan api unggun kembali agar tubuh ini tidak terlalu menggigil. Memasak air untuk disajikan didalam mie-mie yang sudah tersaji didalam mangkok dan untuk menyajikan kopi, jahe, atau susu untuk bisa menghangatkan tubuh ini. Setelah semua anggota tim bangun, kita memulai sarapan pagi bersama sebelum kita menaiki Puncak Syarif Merbabu. Dilanjutkan pada pukul 4.20 kita melaksanakan sholat subuh bersama diatas dua buah jas hujan batman dan spanduk yang sudah mulai membasah karena embun. Sebenarnya banyak anggota tim lainnya yang sudah mulai mendaki ke beberapa puncak di Merbabu untuk menikmati pesona Sunrise itu ada yang sudah mendaki jam 2 malam, jam 3 pagi, jam 4, dsb. Apabila kita tarik didalam filosofi kehidupan, ternyata banyak orang-orang yang sudah mempersiapkan diri untuk mewujudkan “wildy important goal” mereka lebih awal dari kita dengan sangat baik dan sangat rapi. Mereka ingin mencapai puncak terlebih dahulu dan menikmati lebih lama keindahan dari kerja keras yang mereka lakukan untuk mencapai puncak. Sehingga dari hal ini kembali mengingatkan kita bahwa, banyak orang-orang yang sudah “start” terlebih dahulu untuk mencapai garis finish yaitu sebuah kesuksesan, sehingga ini menjadi pengingat agar jangan sampai kita tertinggal “start” itu, hal ini menyiratkan agar kita berlomba-lomba untuk bisa start lebih awal dan finish lebih awal dari mereka. Kerja keras dan kesungguhan itu sudah jelas akan dibayar lunas oleh sebuah kesuksesan dan kenikmatan tiada tara. Dari sebuah kerja keras menuju puncak Merbabu yang banyak dilakukan para pendaki ini, ini saya jadi ingat sebuah kalimat mutiara yang disampaikan oleh Andrie Wongso yang sangat terkenal beberapa waktu yang lalu. Dia mengatakan “Jika anda KERAS kepada dunia, maka dunia akan LUNAK kepada anda; namun jika anda LUNAK pada dunia, dunia akan KERAS kepada anda”. Dari kalimat mutiara itu, kita diingatkan harus keras untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diraih seberat dan sekeras apapun itu, karena apabila itu sudah dilakukan dan dapat melewatinya hal-hal lain akan melunak kepada kita, kita akan dengan mudah untuk mewujudkan goal-goal lainnya yang lebih “wildy” lagi, disisi lain atas kerja keras yang kita kejar tersebut kita akan menikmati dengan sangat penuh syukur apa yang telah kita dapatkan dan dengan secara sendirinya rasa capek atas kerja keras itu akan hilang.

Sebelum saya menutup cerita ini, ada satu hal yang ingin saya share kepada seluruh teman-teman sekalian dari apa yang saya dapatkan dari pendakian ke Merbabu ini dimana selama saya berjalan mendaki dan menuruni gunung ini banyak bertemu dengan para pendaki lain dan mereka sangatlah kooperatif, saling menegur sapa sekadar menanyakan berasal dari mana dan berangkat jam berapa, diantara para pendaki yang tidak kita kenal itupun banyak yang saling bantu membantu seperti mereka menawarkan makanan dan minuman hangat kepada kita disetiap tenda atau tempat yang kita lewati saat pendakian, saling bekerja sama menaiki gunung, dan saling memberi akses jalur sempit yang hanya bisa dilalui satu orang secara bergantian atau sekadar mengingatkan jalur pendakian agar pendaki lainnya tidak tersesat. Malahan ditempat kami bermalam, kami dibantu oleh rekan-rekan SMA dari Salatiga yang menawarkan memberikan kayu bakar kering untuk api unggun kita, dipagi harinya juga ada dua mahasiswi UGM yang menyempatkan mampir ke tenda kami untuk membantu memasak mie, merebus air untuk minum susu dan perbekalan makan siang kami. Mereka sangatlah hangat. Ini mengetuk dan mengingatkan kita lagi bahwa, jiwa-jiwa dan sifat-sifat positif seperti inilah yang perlu kita implementasikan didalam kehidupan nyata sehari-hari. Jiwa-jiwa saling membantu, saling mengingatkan, saling tulus, saling menyapa. Sungguh indahnya perjalanan ini.

*) Artikel ini adalah versi untuk dibacakan pada saat Kuliah Pagi di Kantor saya, sementara itu untuk versi artikel lengkapnya terdapat dalam link ini (yang telah di publish di Kompasiana beberapa waktu yang lalu).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun