Â
Brebes (18/11/2022)- Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih banyak terjadi sehingga membutuhkan penanganan yang tepat. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Tidak terpenuhinya secara cukup kebutuhan gizi anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya karena rendahnya pengetahuan orang tua akan pengasuhan gizi anak serta kondisi sosial ekonomi yang lemah sehingga memaksa keluarga tidak dapat memberikan konsumsi pangan yang bernutrisi cukup yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting pada tahun 2021 ialah sebesar 24,4%. Hal ini berarti hampir seperempat balita di Indonesia mengalami stunting pada tahun sebelumnya (2020). Di Kabupaten Brebes sendiri, angka kejadian stunting masih tergolong cukup tinggi. Data SSGI tahun 2021 menunjukkan bahwa angka prevalensi balita stunting di Kabupaten Brebes berada pada urutan tertinggi ketiga (26,3%) di Jawa Tengah.
Dalam upaya penurunan angka kejadian stunting diperlukan inovasi program intervensi yang tepat. Dalam hal ini mahasiswa PKL MBKM SKM Penggerak Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelanggarakan kegiatan sosialisasi pencegahan stunting dan pembuatan puding ubi jalar sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita. Kegiatan dilaksanakan pada Kamis, 10 November 2022 yang diadakan sejalan dengan kegiatan Posyandu balita di RW 03 Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes. Kegiatan ini diikuti oleh 12 orang peserta, yang terdiri dari tiga orang kader kesehatan serta sembilan orang ibu-ibu yang mempunyai anak balita.
Kegiatan diawali dengan penyampaian informasi tentang pengenalan stunting baik pengertian, tanda dan gejala, dampak, serta bagaimana upaya pencegahannya. Setelah itu, dilanjutkan dengan sosialisasi pembuatan puding ubi jalar sebagai sebuah inovasi dalam pembuatan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita. Di akhir kegiatan, mahasiswa memberikan sampel puding yang telah dibuat kepada ibu-ibu yang hadir dalam kegiatan sosialisasi. Menurut Widowati, salah satu kader kesehatan mengungkapkan, "Melalui kegaiatan sosialisasi pengolahan MP-ASI ibu-ibu balita peserta posyandu dapat berdiskusi bersama tentang bagaimana penyiapan dan pengolahan makanan yang baik dan sehat. Selain itu, diharap ibu-ibu juga lebih menyadari akan kejadian stunting sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk menghindari terjadinya stunting pada anak mereka".
Ubi jalar (Ipomoea batatas) adalah salah satu sumber pangan alternatif yang banyak ditemukan di sekitar masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau secara ekonomis. Selain itu, ubi jalar juga memiliki kandungan karbohidrat tinggi, protein nabati yang lebih tinggi dari beras, mengandung antioksidan, vitamin  A dan C serta mineral terutama zat besi (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca). Ubi jalar juga merupakan sumber kalsium yang baik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Oleh karena itu, olahan makanan dari ubi jalar seperti puding MP-ASI ini diharapkan dapat membantu memenuhi kecukupan nutrisi anak sehingga mengurangi risiko terjadinya stunting.
Dengan diadakannya kegiatan sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat lebih menyadari akan fenomena stunting, meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam upaya pencegahan stunting, serta meningkatkan praktik dan ketrampilan ibu balita dalam penyiapan makanan pendamping ASI yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H