Mohon tunggu...
Erika Takidah
Erika Takidah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Dosen yang fokus pada bidang ilmu ekonomi dan keuangan syariah khususnya pada perkembangan finansial teknologi. Selain dosen saya juga aktif bergabung dalam beberapa organisasi seperti Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Masyarakat Ekonomi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Perempuan UMKM Indonesia, Aliansi Program Studi Pendidikan Akuntansi , Asosiasi Dosen Indonesia dan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi belajar antara dosen dan mahasiswa Gen Z; Strategi Ethos, Pathos dan Logos

21 Januari 2025   15:16 Diperbarui: 21 Januari 2025   15:16 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Proses perkuliahan di perguruan tinggi saat ini memiliki pergeseran nilai yang cukup signifikan. Mahasiswa generazi X memandang Pada masa lalu dosen sebagai tokoh sentral dalam transfer ilmu pengetahuan kepada para mahasiswa. Namun  masa kini dimana generasi Z menjadi mahasiswa, keberadaan dosen sebagai fasilitator transfer ilmu sudah tidak menjadi penting, bahkan hanya dianggap pelengkap dan formalitas belaka. Hal ini disebabkan karena sumber pengetahuan ada dimana2, dapat diakses tanpa effort yang berlebihan. Generasi Z dikenal sebagai generasi digital native, tidak terbiasa menggunakan kertas untuk mencatat atau mengulang pelajaran, bahkan mereka hanya mengandalkan kamera handphone untuk catatannya. Suatu tantangan tersendiri bagi dosen yang bertugas untuk mengajar Generasi Z ini, karena bagaimanapun caranya, tujuan pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi harus dapat tercapai.

Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, komunikasi antara dosen dan mahasiswa menjadi posisi yang sangat penting. Aristoteles memperkenalkan tiga pendekatan utama yang dikenal sebagai Ethos, Pathos, dan Logos sebagai jembatan komunikasi antar individu.  Ketiga elemen ini telah menjadi fondasi dalam menyampaikan pesan secara efektif dan meyakinkan. Bagi dosen yang menghadapi tantangan unik dalam mengajar Generasi Z, konsep ini sangat relevan untuk menciptakan pengajaran yang inspiratif, bermakna, dan berdampak.

1. Ethos: Kredibilitas dan Karakter Dosen sebagai pengajar

Ethos mengacu pada kredibilitas atau otoritas pengajar yang menjadi landasan kepercayaan mahasiswa. Dalam konteks pengajaran, mahasiswa lebih cenderung memperhatikan dan menghormati dosen yang menunjukkan kompetensi, integritas, dan kepercayaan diri yang tinggi. Dosen yang memiliki keahlian spesifik akan lebih dikenal dan disegani. Sikap moral dan profesional seorang dosen juga menjadi tolak ukur mahasiswanya.  Dengan kecerdasan visual yang tinggi penampilan, perilaku dan bahasa tubuh dosen sedikit banyak akan memperngaruhi mahasiswanya. Dosen yang memiliki kemampuan bertutur serta penguasaan teknologi tinggi menjadi daya tarik tersendiri mahasiswa terutama generasi Z. Selain itu materi pengajaran yang relevan dan kekinian akan mengajak mahasiswa untuk larut dalam kolam pengetahuan. Dengan menujukan Ethos dalam bentuk karakter dosen sebagai pendidik yang berkualitas tinggi sehingga dapat menjadi role model bagi mahasiswanya

2. Pathos: Menghubungkan dengan Emosi Mahasiswa

Pathos adalah seni menyentuh emosi audiens dalam hal ini mahasiswa untuk menciptakan keterlibatan dan kedekatan satu sama lain. Di era digital ini mahasiswa dan dosen hampir tidak berjarak, keterliabatan mereka bukan h anya sekedar fisik tetapi juga keterlibatan mereka dalam platform komunikasi digital. Dalam pengajaran, emosi yang tepat dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih dalam dan merasa terhubung dengan materi yang diajarkan. Memantik emosi mahasiswa agar mereka muncul empati tidaklah mudah. Dalam komunikasi verbal dibutuhkan tone yang kuat agar mereka bisa terhubung emosinya dengan baik. Contoh cerita inspiratif dengan orang-orang yg dikenal oleh mereka akan mempercepat koneksi emosi apalagi jika relevan dengan kehidupan sehari-hari nya. Isu terkini tentang dunia mereka seperti mental health dan family relationship bisa menggugah emosi mereka lebih dalam. Tentunya ini disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan kepada para mahasiswa. Isu sosial atau kesadaran lingkungan juga sangat penting untuk dijadikan sebagai bahan diskusi , disini juga akan meningkatkan empati terhadap kebutuhan dan tantangan dunia global.  Dengarkan pendapat mereka yang terkadang out of the box, namun ini akan memantik ide dan pandangan mereka terhadap isu yang dihadapi. Hal ini akan membuat mereka merasa semakin lebih dihargai.

3. Logos: Membujuk melalui Logika dan Bukti

Logos adalah pendekatan yang menggunakan logika, fakta, dan argumen yang rasional untuk meyakinkan audiens. Dalam konteks pengajaran, ini berarti menyajikan materi dengan struktur yang jelas, berbasis bukti, dan didukung oleh data. Tentunya dosen sendiri telah menyiapkan materi sesuai dengan rencana pengajaran, berdasarkan buku-buku teks yang bermutu dan artikel jurnal yang berkualitas tinggi. Penggunaan data yang valid dan relevan dan ditambahkan dengan visualisasi yang menarik dapat merangsang daya pikir kritis mahasiswa. Konsep 5W dan 1 H dapat diimpelemtasikan untuk praktek critical thinking. Penggunaan  tools mindmapping mendorong mahasiswa dapat mengorganirsir informasi yang didapatkan dari berbagai sumber. Pemanfaatan sumber daya digital telah terbuka lebar, walaupun seperti pisau bermata dua namun mengasah logika para mahasiswa generasi Z memang memerlukan tools tersebut. Kebijakan dalam ilmu pengetahuan dari dosen akan menjaga peran logika mahasiswa dalam pembelajaran yang seterusnya menjadi pembelajar mandiri seumur hidupnya kelak.

Dengan memahami dan menerapkan ketiga pilar komunikasi ini, dosen yang berperan sebagai jembatan ilmu pengetahuan bagi para mahasiswa dapat menjadi komunikator yang lebih efektif dan membangun hubungan yang kuat dengan mahasiswa, menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan transformatif. Adaptasi Ethos Logos dan Phatos dalam pengajaran, membangun komunikasi yang lebih mendalam antara dosen dan mahasiswa. Bahkan hal ini bisa dikembangkan lebih dalam misalkan pada metode pengajaran Problem based learning (PBL) dan project based learning (PjBL). Dengan demikian mengasah kemampuan komunikasi yang baik bagi para dosen menjadi suatu keterampilan wajib agar upaya membangun pengalaman belajar dan menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan transformatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun