Desa Salahaji adalah desa yang terletak di Pesisir Timur Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Nanggore Aceh Darussalam yaitu Daerah Aceh Tamiang.Â
Dengan masyarakat yang majemuk dari berbagai suku dan pokok mata pencariannya adalah petani dan nelayan tradisional serta buruh tani dan buruh perusahaan.Â
Desa Salahaji adalah desa yang termasuk cukup tua yang sudah ada dan berdiri sejak abad ke 19, hal ini ditandai adanya saksi sejarah dan bangunan tua yang ada maupun arsip yang tertinggal.Â
Masa lalu lintas darat masih minim di segala jalur perdagangan baik dari Aceh menuju salahaji diangkut oleh kapal Tongkang dari jalur laut, melalui Selat Haji (awal nama dari Salahaji) adalah jalur yang dilalui oleh masyarakat Aceh ang berangkat untuk menunaikan Ibadah haji dan berdagang di masa jalur laut masih ramai maka daerah pesisir atau daerah ini disebut " Selat Haji" dan saat ini penyebutannya adalah " Salahaji".
Itulah awal mula nama salahaji. Seiring dengan perkembangannya, di Desa Salahaji pernah ada Dermaga yang disinggahi oleh pedagang-pedagang asing masa itu, di tahun 70-an pernah ada Toko Mas serta Ttoko lainnya yang pernah jaya dan juga PT Mazda, PT Scofindo itu mengangkut hasil karet dan minyak kelapa sawit melalui jalur laut.
Namun saat ini sejak dibukanya jalan darat di tahun 70-an keatas jalur darat lintas Sumatera dengan Aceh maka transportasi laut berangsur-angsur surut dan hilang.Â
Desa Salahaji dahuluanya adalah desa dari kecamatan Besitang, maka saat ini seiring dengan perkembangan zaman dan pemekaran kecamatan menjadi Kecamatan Pematang Jaya.
Maka desa Salahaji sekarang berkecamatan Pematang Jaya yang berkabupaten Langkat. Maka tekat masyarakat saat ini untuk membangun setinggi-tingginya baik swadaya maupun biaya APBN seperti DD (Dana Desa) yang sangat membantu masyarakat secara langsung.
 Dengan adanya RPJMDesa ini maka akan di tuangkan perancanaan pembangunan tersebut. Tempe merupakan makanan asli Indonesia yang telah dikonsumsi selama berabad-abad.Â
Dari segi nilai sosial pangan, tempe pada beberapa tahun sebelum era orde baru termasuk kedalam makanan inferior akibat ungkapan-ungkapan ironis atau sindiran, seperti "jangan menjadi bangsa tempe" melahirkan kesan bahwa masyarakat pemakan tempe adalah masyarakat rendahan, lemah semangat juang dan tidak modern.Â
Tempe menjadi makanan khas Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga Indonesia.Masyarakat sebagai sumberdaya manusia memerlukan konsumsi pangan yang baik untuk memenuhi kecukupan gizi yang diperlukan dalam proses pertumbuhan.Â