Mohon tunggu...
Erika Iswardanti
Erika Iswardanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Psikologi - Universitas Airlangga

Berbagi opini dan bertukar sudut pandang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Negatif Perilaku Silent Treatment terhadap Kondisi Psikologis Korbannya

3 Juni 2022   19:35 Diperbarui: 3 Juni 2022   19:52 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh individu. Individu merespon konflik dengan berbagai cara, mulai dari menghadapinya hingga mengabaikannya. Silent Treatment merupakan salah satu respon individu ketika mengalami suatu konflik. Individu yang melakukan Silent Treatment memilih untuk mengabaikan orang yang sedang berkonflik dengannya alih-alih berdiskusi bersama demi menemukan jalan keluar dari konflik tersebut. 

Penyebab dari perilaku ini yaitu pelaku tidak mempunyai keberanian untuk menghadapi konflik yang menimpanya sehingga memilih untuk menghindar dan mengabaikannya. Alasan lainnya yaitu ketika menyelesaikan suatu konflik melalui diskusi, pelaku khawatir tidak mampu mengontrol emosi sehingga mengeluarkan perkataan yang berisiko menyakiti lawan bicaranya atau bahkan melakukan perilaku agresi berupa penyerangan secara verbal. 

Meskipun terlihat memiliki tujuan yang baik, perilaku ini tidak dapat dibenarkan karena berdampak negatif terhadap kondisi psikologis korbannya. Individu yang menjadi korban Silent Treatment akan merasa bingung karena tidak mengerti secara spesifik dimana letak kesalahannya. 

Korban juga marah karena merasa tidak diterima, tidak dihargai, dan tidak dianggap kehadirannya. Namun, kemarahan tersebut tidak dapat terlampiaskan karena orang yang sedang berkonflik dengannya memilih untuk diam dan mengabaikannya. 

Pada akhirnya, korban akan memendam kemarahan tersebut dan secara tidak sengaja menekannya ke alam bawah sadar. Emosi-emosi negatif seperti kemarahan yang ditekan ke alam bawah sadar dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku. Jika tidak kunjung mendapatkan penjelasan, korban akan mengambil kesimpulan secara sepihak dengan menyalahkan dirinya sendiri. 

Jika terjadi secara terus-menerus, perilaku ini dapat menurunkan tingkat self-esteem korban sehingga mengubah cara pandangnya terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Self-esteem didefinisikan sebagai harga diri individu atau cara pandang individu terhadap dirinya sendiri. Self-esteem merupakan kunci kebahagiaan individu. 

Tingkat self-esteem berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan diri individu. Individu dengan self-esteem yang tinggi percaya bahwa ia mampu menghadapi segala sesuatu yang menimpanya, termasuk peristiwa yang tidak menyenangkan.

Ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan serta mampu mengontrol emosi dan perilakunya agar tetap stabil sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah mudah sekali goyah ketika mengalami suatu peristiwa, terutama peristiwa yang tidak menyenangkan. Ia cenderung berlarut-larut dalam kesedihan dan tidak memiliki kontrol atas dirinya sendiri sehingga menyebabkan emosi dan perilakunya tidak stabil. 

Emosi negatif seperti kesedihan berlarut-larut yang dirasakan oleh individu dapat menimbulkan depresi. Depresi yang tidak segera diatasi dengan meminta bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater menyebabkan individu tidak dapat menjalani hidupnya secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun