Mohon tunggu...
Erika Pebrianawati
Erika Pebrianawati Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi yang sedang menuntut ilmu dikota pelajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pujian itu Juga Penting

15 Juni 2012   02:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pujian adalah salah satu pola interaksi yang hampir selalu terjadi di dalam kehidupan kita, siapa yang tidak mengenal pujian? Tentunya tak seorang pun yang tidak mengenal pujian. Ketika dipuji tidak kita pungkiri bahwa hati kita akan merasa senang dan bahagia. Iya kan? Pujian bagaikan air menyegarkan di padang gersang dan juga sebagai madu yang memberikan kesegaran pada tubuh kita yang sedang dalam kelesuan. Lesu? Apa hubngannya ya?

Pujian jelas-jelas bentuk apresiasi yang dikemas untuk memberikan semangat dan dorongan secara tidak langsung untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dari sebelumnya, pujian tidak hanya berlaku dalam mendidik anak-anak yang memang harus banyak diberi motivasi dalam bentuk pujian  bahkan orang dewasa saja pasti ingin dipuji juga. Dengan pujian akan menumbuhkan rasa percaya diri atas kemampuan yang kita miliki.

Kita ketahui pujian selalu berhubngan erat dengan Mr. Kritik, jika kita disuruh memilih pujian dan kritikan, pasti banyak orang akan memilih pujian. Terkadang kritikan juga sangat diperlukan dalam kehidupan kita selain pujian. Dimanapun kita berada , yang namanya kritikan maupun pujian pasti dan dan tak akan lepas menghampiri kita.

Ada sebuah cerita yang saya baca ketika googling, Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa, wanita bersuara bagus. Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada, birama dan hal lain di bidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika istrinya menyanyi.

Kalau istrinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi. Lain kali dia berkata, bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik, bagian akhir harusnya "kres", naik sedikit. Selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau istrinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi.

Dia mengambil keputusan, “Wah, tidak usah menyanyi saja , jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran”. Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musil. Yang ia tau istrinya bersuara bagus dan dia selalu memuji istrinya kalau bernyanyi. Suatu ketika istrinya bertanya, “ Pa, bagaimana laguku?” dia menjawab antusias, “ Ma, saya ingin cepat pulang karena mau mendengar engkau menyanyi”.

Lain kali dia berkata, "Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau bernyanyi lagumulah yang terngiang-ngiang”.

Istrinya sangat bersukacita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai rekaman dan mengeluarkan kaset. Volume pertama ternyata disambut baik oleh masyarakat. Wanita itu akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan ia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang dengan setia memberinya pujian ketika dia bernyanyi.

Bagaimana pendapat para pembaca dengan kisah ini? Bukankah dengan pujian wanita tersebut merasa percaya diri dan mendapat sambutan yang hangat dengan kemampuan yang ia miliki, hingga ia bisa melakukan rekaman dan menjadi penyanyi  terkenal. Tetapi kita juga harus memperhatikan isi pujian yang akan kita lontarkan, pujian juga akan berdampak negatif terhadap orang yang kita puji. Apakah kita harus memberi kritik?

Kritik juga sangat dibutuhkan, jika selamanya orang dipuji dan tak pernah dikritik, ia tidak akan sadar untuk belajar memperbaiki diri dari kekurangan yang ada pada dirinya. Tetapi harus diperhatikan juga sebaik apapun kita mengkritik dengan tujuan yang baik, jika penyampaiannya salah atau tidak baik, orang yang dikritik tidak akan menyadari kekurangannya, lalu masalah timing, jika kita ingin memberikan kritik ataupun pujian, kita harus harus memperhatikan kondisi yang akan kita kritik atau dipuji. Jika ia dalam keadaan yang down, janganlah dikritik, tapi pujilah walaupun ia mempunyai kekurangan. Setidaknya itu akan memberikan dukungan dan motivasi memperbaiki kekurangannya, karena kritikan akan tambah melukai dirinya.

Sebuah pujian sama baiknya dan juga sama buruknya, oleh sebab itu kita harus bijak dalam memberi pujian. Oleh karena itu mari kita mulai dengan memberi pujian dan positive thingking sebelum memberi sebuah kritikan. Karena pujian akan menanamkan citra positif dan sesuatu yang sangat patut untuk diusahakan.

Jika bisa membangun dengan pujian, kenapa harus menghancurkan dengan kritikan?


oleh: Erika hime~

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun