2. Protektif, cinta itu kekuatan yg membebaskan kita untuk berkembang, bukannya mengekang. Ia mendukung perkembangan pasangan kita, bukan mencegahnya berkembang. Protektif itu boleh kalo bertujuan dalam hal positif. Misal: "Kamu kayanya pake pakaian ini terlalu terbuka deh", "Kamu kayanya kalo pake ini terlalu beresiko deh", dll.
Jadi, dapat disimpulkan. Relasi yg sehat itu ciri-cirinya begini:
1. Full of kindness (Dalam hubungan kita itu penuh dengan hal-hal positif yg membuat kita berkembang)
2. Spontaneos warmth & affection (perilaku pasangan kita penuh kehangatan dan kasih sayang spontan, bukan yg dibuat-buat)
3. Enjoying time together & time apart (bersama pasangan kita, kita bisa menghabiskan waktu dan menikmatinya bersama)
4. A method for conflict resolution (kita punya metode dalam mengatasi suatu masalah)
5. Trust in each other love (saling percaya)
6. Listening, understanding, accepting, learning, compromising (mendengar, mengerti, menerima, belajar, dan berdiskusi/kompromi dengan pasangan kita)
Kekerasan Berbasis Gender
Bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender ini seringkali kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Diantaranya adalah KDRT, pelecehan, kekerasan dalam pacaran, kekerasan seksual, hingga trafficking. Faktor pendukung terjadinya fenomena ini biasanya disebabkan pendidikan yang minim, kemiskinan, kondisi kejiwaan, penyalahgunaan zat, konflik, minimnya perlindungan hukum, dsbg. Dimana semua hal tersebut berakar pada masalah utama sosial di Indonesia, yakni ketidakadilan gender, penyalahgunaan relasi kuasa, serta budaya patriarki yang masih kental.
9 Tanda Kekerasan dalam Hubungan Berpasangan:
1. Mengabaikan kita disaat dia sedang marah atau biasa juga disebut silent treatment
2. Mengancam kita bila menolak melakukan sesuatu
3. Meremehkan sehingga menjatuhkan harga diri kita
4. Memanipulasi dan membuat kita melakukan dan mengatakan sesuatu yg bertentangan dengan kita (Misal: saya terpaksa pake baju ini karena ini dipaksa sama pasangan saya, padahal saya tidak nyaman dengan itu)
5. Mencemburui atas segala hal yg kita perbuat (Misal: pergi kemana pun harus shareloc, kemana pun harus vc)
6. Mengontrol kemana kita harus pergi dan cara kita berpenampilan (gaboleh pake baju ini dan itu, gaboleh pergi kalo tanpa izin pasangan)
7. Mengintrusi/melacak keberadaan kita (memasang alat pelacak tanpa sepengetahuan kita hanya untuk memantau kemanapun kita pergi)
8. Mengisolasi, memisahkan kita dari teman dan keluarga
9. Mengintimidasi, menanamkan rasa takut.
Dari penjelasan di atas, mungkin bagi sebagian pasangan itu adalah hal yang wajar-wajar saja. Tapi harus selalu diingat, bahwa dalam hubungan itu kita tidak sendiri. Ada orang lain yang juga harus ikut kita pertimbangkan.
"Dia nyaman gak ya sama keputusan ini?"
"Perasaan dia gimana ya kalau sikapku seperti ini?"
Tidak ada yang namanya satu pihak mendominasi dan mengontrol pihak lainnya. Tak ada yang namanya pihak satu mengatur cara berpakaian dan cara berkehidupan. Kalau cuma sekedar memberi masukan dan saran mungkin it's ok lah ya tapi jangan sampai terkesan mengatur dan memaksa mengikuti aturannya.Â
Beberapa penjelasan di atas ada juga yang bisa masuk ke ranah perundungan. Seperti yang sudah pernah saya bahas di artikel sebelumnya tentang perundungan terhadap wanita (kalian bisa baca di sini), kebanyakan perempuan lah yang rentan mengalami ini. Setiap kali ada pelecehan seksual terhadap wanita, keseringan yang disalahkan adalah perempuannya.