Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rendahnya Budaya Literasi di Indonesia: Tantangan dan Harapan

27 Januari 2025   16:09 Diperbarui: 27 Januari 2025   16:09 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : galeri pribadi 

Indonesia, sebagai negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan budaya literasi masyarakatnya. Data dari Program for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 79 negara dalam hal kemampuan membaca. Hal ini mencerminkan rendahnya minat dan kemampuan literasi di kalangan masyarakat Indonesia, yang berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi, dan pembangunan sosial.

Rendahnya budaya literasi di Indonesia dapat ditelusuri dari beberapa faktor utama. Pertama, keterbatasan akses terhadap bahan bacaan berkualitas. Di daerah pedesaan dan terpencil, perpustakaan atau toko buku masih sulit dijangkau. Bahkan, jika tersedia, koleksi buku sering kali kurang memadai, baik dari segi jumlah maupun kualitas.

Kedua, rendahnya daya beli masyarakat terhadap buku. Harga buku yang relatif tinggi dibandingkan dengan pendapatan rata-rata membuat buku menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat. Akibatnya, kebiasaan membaca buku belum menjadi kebutuhan prioritas.

Ketiga, kurangnya dorongan dari lingkungan keluarga dan pendidikan formal. Banyak keluarga di Indonesia yang belum menjadikan kegiatan membaca sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari. Di sekolah, metode pembelajaran sering kali masih berorientasi pada hafalan ketimbang analisis dan pengembangan daya pikir kritis, sehingga kemampuan literasi siswa tidak berkembang secara optimal.

Rendahnya tingkat literasi memiliki dampak yang signifikan, tidak hanya dalam konteks individu, tetapi juga pada pembangunan bangsa secara keseluruhan. Individu dengan kemampuan literasi rendah cenderung memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi, memahami isu-isu kompleks, dan mengambil keputusan yang tepat. Dalam jangka panjang, hal ini berkontribusi pada rendahnya produktivitas tenaga kerja dan keterbatasan inovasi.

Lebih jauh lagi, rendahnya literasi juga berdampak pada lemahnya daya kritis masyarakat dalam menghadapi informasi yang beredar, termasuk berita palsu (hoax). Kondisi ini memperparah polarisasi sosial dan menghambat terciptanya diskusi publik yang sehat.

Meningkatkan budaya literasi di Indonesia memerlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat. Pertama, pemerintah perlu memperluas akses terhadap bahan bacaan, terutama di daerah terpencil. Pembangunan perpustakaan digital dan fisik yang mudah diakses dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keterjangkauan literatur.

Kedua, diperlukan subsidi atau insentif untuk menurunkan harga buku, sehingga masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi dapat membeli buku dengan mudah.

Ketiga, pendidikan formal harus mengintegrasikan pendekatan yang mendorong kebiasaan membaca dan berpikir kritis sejak dini. Guru perlu dilatih untuk menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan menarik, sehingga siswa tidak hanya membaca untuk memenuhi tugas, tetapi juga untuk memperkaya pengetahuan.

Keempat, lingkungan keluarga memiliki peran krusial. Orang tua harus menjadi teladan dalam menciptakan budaya membaca di rumah. Membacakan buku kepada anak sejak usia dini, misalnya, dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun