Bandung, yang selama ini dikenal sebagai kota dengan warganya yang someah (ramah), kini semakin jauh dari citra itu. Dulu, Bandung adalah kota yang identik dengan keramahan, tempat di mana orang saling menyapa, jalanan yang tenang tanpa kebisingan klakson, dan suasana yang penuh dengan kesopanan. Tapi, belakangan ini, media sosial sering kali diisi dengan berita-berita yang jauh dari citra positif tersebut. Dari kasus preman yang mengancam pengemudi hanya karena masalah sepele hingga tindakan brutal geng motor yang meresahkan, Bandung kini seolah kehilangan identitasnya sebagai kota yang someah.
Sebagai warga Bandung, saya merasa prihatin sekaligus malu dengan banyaknya pemberitaan negatif yang menyeruak tentang kota ini. Dulu, kita mengenal Bandung sebagai kota yang penuh dengan kehangatan dan rasa saling menghargai. Coba deh ingat-ingat, siapa yang nggak tahu betapa sopannya pengemudi Bandung yang jarang banget pakai klakson? Itu adalah salah satu tanda bahwa masyarakat Bandung cenderung lebih sabar, menghargai, dan menjaga kedamaian di jalan. Tapi sekarang? Banyak berita yang justru mencoreng citra itu.
VIralnya Bandung dan Kasus Kriminal di Media Sosial
Salah satu kasus yang pernah mencuat di media sosial adalah adanya oknum pengendara motor yang mengancam pengemudi mobil hingga membuat baret mobilnya, hanya karena masalah sepele. Belum lagi tentang kasus  geng motor yang sejak dulu selalu menjadi ancaman di Bandung dengan aksi-aksi brutalnya,  bukan cuma bikin takut, tapi juga sangat mengganggu ketenangan kota yang dulu dikenal damai ini.
Bahkan baru-baru ini yang juga viral di medsos, adalah berita tentang pelecehan yang dilakukan oleh tiga remaja Bandung terhadap wisatawan Singapura di kawasan Braga? Sebagai warga yang tinggal di Bandung, saya nggak habis fikir dengan tingkah tiga remaja yang krisis moral tersebut. Bisa-bisanya mereka melecehkan wisatawan wanita dari Singapura yang terang-terangan sedang berjalan beriringan dengan suaminya sambil mereka bawa kamera sedang membuat vlog. Â Kok bisa mereka berani melakukan tindakan kejahatan disaat keramaian seperti itu? Mengapa mereka tidak ada rasa takut terhadap hukum? Apalagi jelas-jelas si korban membawa kamera yang bisa menjadi alat bukti kejahatan yang mereka perbuat. Hal ini bukan hanya sangat mencemarkan kota Bandung tapi juga negara kita Indonesia.Â
Apa yang terjadi dengan generasi muda Bandung? Kok bisa ada remaja yang berdalih melakukan keisengan tidak bermoral seperti itu di kota Bandung? Padahal wisatawan yang datang itu, sedang membuat vlog tentang ulasan positif kota Bandung, tapi semuanya malah berbalik menjadi kenangan yang buruk bagi mereka. Padahal, warga Bandung dulu dikenal dengan keramahannya, bukan hanya terhadap sesama warga, tapi juga terhadap orang luar.
Tarif Parkir Yang Semakin Tak Masuk Akal
Selain sebagian kasus-kasus kriminal, Tarif parkir yang semakin mahal di sejumlah kawasan wisata pun semakin meresahkan, terutama di kawasan wisata seperti Braga. Siapa sih yang nggak kenal dengan kawasan ini? Tempat ikonik yang jadi favorit wisatawan. Tapi sekarang, untuk sekedar mampir dan menikmati suasana, kita harus siap-siap merogoh kocek dalam-dalam. Tarif parkir yang kemarin sempat membengkak membuat banyak warga Bandung merasa terkejut dan kecewa. Warga yang biasanya merasa nyaman menikmati waktu senggang di kawasan itu, kini harus berhadapan dengan preman parkir yang mematok harga yang nggak masuk akal. Sepeda motor yang seharusnya cuma bayar parkir dua ribu, eh malah dibebankan 5 sampai 10 ribu. Ini bikin orang jadi malas datang ke tempat-tempat wisata di Bandung. Coba deh, kalau parkirnya nggak semahal itu, kita bisa lebih nyaman bersantai sambil menikmati suasana Bandung yang sejuk dan indah.
Sebagai warga Bandung yang masih mencintai kota ini, saya merasa ada yang harus segera diperbaiki. Pemerintah kota Bandung seharusnya memberi sanksi lebih tegas dalam menanggulangi masalah-masalah ini. Mulai dari menertibkan parkir liar yang semakin marak, hingga memperketat keamanan kota, terutama di kawasan-kawasan wisata yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Keamanan dan kenyamanan warga dan wisatawan harus menjadi prioritas utama.
Kenapa? Karena Bandung bukan hanya milik warga Bandung, tapi juga milik semua orang yang datang untuk menikmati keindahan kota ini. Jadi, kalau sudah banyak berita negatif yang beredar, apakah kita bisa berharap Bandung tetap jadi kota yang someah? Tentu saja bisa, tapi itu harus dimulai dari kesadaran kita semua untuk menjaga citra kota ini. Kalau kita ingin Bandung kembali dikenal dengan keramahan warganya, kita juga harus ikut berpartisipasi menjaga keamanan dan ketertiban di kota ini.
Masalah geng motor, preman, dan perilaku tidak sopan lainnya harus menjadi perhatian serius. Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan warganya untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kota. Tindakan yang lebih tegas harus diambil, seperti meningkatkan patroli keamanan, memberantas parkir liar, dan memberikan sanksi bagi oknum-oknum yang meresahkan.