Di atas langit Korea membawa duka,
Jeju Air melayang di atas samudra putih abu
Mereka meng Angkasa dengan harapan
Menyulam rindu bersama sanak keluarga
Menuju matahari perdana di tahun berbeda
Keping-keping harapan tersimpan rapat
Di balik koper, tawa, yang terbingkai dalam dokumentasi media
Di dalam kabin, kehidupan masih menyeruap hangat
Anak kecil memetakan senyum di udara,
sementara ibu menyulam cerita pada bahu ayah
Rencana terangkai seperti melodi
melewati udara, hingga embun pertama menyapa
Di cakrawala, mereka menakar cahaya
Menantikan kembang api dinyalakan bersama
Menghias gemerlap malam di awal 2025
Namun nyatanya gemerlap itu terlalu cepat
Ledakan datang bukan dari api yang dinantikan
Tapi dari hancurnya sebuah pengharapan
Menggantung di pelupuk langit yang gemetar.
Sayap burung besi itu meratap dalam diam,
Hingga kepulan asap membakar jiwa jiwa yang bernyawa
Seketika api mulai menari, melalap habis mimpi tanpa nurani
Kehendak semesta takkan pernah bisa ditunda,
Ia akan tetap terjadi, sekalipun banyak nyawa mengiba
Kepada desir ombak Jeju,
kepada sinar matahari yang terbit pemalu.
Kini mereka mendarat di cakrawala lain,
Di mana waktu tak mengenal pagi
Dan kegelapan tak berujung
Di daratan, airmata membanjirkan bandara
Tangisan menggumpal menjadi kabut duka
yang tak henti menyelimuti nama-nama mereka.
Keluarga memungut serpihan harap
Dari reruntuhan yang tak dapat bicara,
Menemukan cinta dalam kepedihan
Seorang anak mengirimkan sebaris pesan
Ibu, aku mencintaimu...
Pesan yang ia harap bisa merubah kematian
Sayangnya, sang ibu menjadi puing keganasan
Ketentuan akhir yang tak bisa terelakkan
Catatan Kaki:
Pesawat Jeju Air yang berangkat dari Thailand menuju Korea Selatan mengalami insiden kecelakaan pada tanggal 30 Desember 2024. Kecelakaan itu menewaskan 179 orang dari 181 orang di dalamnya. Saat mendekati pendaratan, pesawat itu meledak, meninggalkan derita yang membekas. Para penumpang, yang sebagian besar keluarga, bermaksud menyambut matahari terbit pertama tahun baru di Pulau Jeju. Namun, matahari yang mereka nanti hanya menjadi saksi bisu bagi duka mendalam yang merambat hingga lintas negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H