Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di Bandung Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Naik 1 Persen Aja Kok Ribut?

24 Desember 2024   19:09 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bingimage.com AI

Wacana kenaikan pajak menjadi 12 persen yang direncanakan berlaku mulai Januari 2024 menjadi salah satu isu panas belakangan ini. Sebagian orang menganggap ini hal sepele, dengan komentar seperti, "Cuma naik satu persen aja kok ribut?" Tapi, benarkah kenaikan 1 persen ini tidak berpengaruh? Atau sebenarnya ini adalah puncak gunung es dari permasalahan yang lebih kompleks? Yuk, kita coba kupas lebih dalam!

Pajak: Antara Kebutuhan Negara dan Beban Rakyat

Sebagai warga negara, membayar pajak adalah kewajiban. Dari pajak inilah, pemerintah bisa membangun infrastruktur, memberikan layanan publik, hingga menjalankan program sosial. Tapi, pajak juga menjadi beban, terutama bagi masyarakat dengan penghasilan pas-pasan. Ketika pajak naik, beban ekonomi otomatis meningkat, khususnya bagi mereka yang berada di kelas bawah dan menengah.

Kenaikan pajak ini memang terlihat kecil---hanya satu persen. Namun, dampaknya tidak sesederhana itu. Pajak yang naik berarti harga barang dan jasa ikut naik. Sebagai contoh, makanan, transportasi, listrik, bahkan layanan kesehatan yang terkena pajak akan menjadi lebih mahal. Efek ini paling terasa di kalangan masyarakat yang penghasilannya pas-pasan, di mana setiap kenaikan kecil sangat signifikan terhadap keseharian mereka.

"Cuma Naik Satu Persen Aja Kok Ribut?"

Komentar seperti ini sering kita dengar dari mereka yang merasa tidak akan terlalu terdampak. Biasanya, kelompok ini terdiri dari orang-orang yang memiliki penghasilan stabil atau di atas rata-rata. Bagi mereka, kenaikan satu persen mungkin hanya berdampak pada pengurangan sedikit uang untuk jajan kopi atau langganan aplikasi streaming.

Tapi, coba kita bayangkan situasi mereka yang berpenghasilan di bawah rata-rata, seperti buruh harian, pedagang kecil, atau pekerja serabutan. Untuk mereka, kenaikan satu persen ini bisa berarti pilihan antara makan nasi dengan lauk sederhana atau sekadar nasi dan garam. Ketika pengeluaran naik sementara pendapatan tetap, celah ini menjadi sumber masalah besar.

Efek Domino dari Kenaikan Pajak

Kenaikan pajak tidak berdampak secara langsung saja, tetapi menciptakan efek domino yang meluas. Barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan daging akan menjadi lebih mahal karena produsen dan pedagang pasti meneruskan beban pajak kepada konsumen. Lalu, ongkos transportasi, baik itu untuk pribadi maupun umum, juga bisa meningkat karena bahan bakar yang harganya terdampak pajak. Akhirnya, kenaikan ini memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan.

Efek lainnya adalah meningkatnya tekanan finansial pada rumah tangga berpenghasilan rendah. Ketika pengeluaran melebihi pendapatan, mereka mungkin terpaksa mencari solusi instan, seperti meminjam uang dari pinjaman online (pinjol). Di sinilah lingkaran setan dimulai. Pinjol sering kali menawarkan bunga tinggi yang semakin memperburuk kondisi finansial mereka. Alih-alih menyelesaikan masalah, mereka justru terjebak dalam siklus utang yang sulit diakhiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun