Jangan Berharap Pelangi Setelah Hujan
Hidup seringkali diibaratkan seperti cuaca: kadang cerah, kadang mendung, dan tak jarang hujan deras mengguyur tanpa henti. Ketika kita menghadapi "hujan" dalam hidup, yaitu masalah, tantangan, atau bahkan kegagalan, sering kali muncul harapan bahwa setelah semua ini berlalu, akan ada pelangi yang indah. Pelangi di sini menjadi simbol kebahagiaan, hadiah, atau "reward" atas kesabaran kita dalam menghadapi kesulitan. Namun, kenyataannya, hidup jarang berjalan sesuai ekspektasi kita. Tidak selalu ada pelangi setelah hujan. Kadang yang datang justru badai berikutnya.
Kenapa kita tidak boleh terlalu berharap pelangi setelah hujan? Karena hidup ini bukanlah sebuah cerita dongeng dengan akhir bahagia yang sudah dirancang sedemikian rupa. Dunia nyata penuh dengan kejadian yang tidak terduga, absurditas, dan ketidakpastian. Jika kita terus menaruh ekspektasi bahwa setiap kesulitan akan diikuti dengan hadiah atau kebahagiaan, maka kita hanya akan berujung pada kekecewaan. Tidak jarang, kekecewaan itu lebih menyakitkan daripada masalah yang kita hadapi sebelumnya.
Harapan yang Tak Selalu Terwujud
Mengharapkan pelangi setelah hujan adalah bentuk wishful thinking -- sebuah pemikiran yang terlalu optimistis, sering kali jauh dari kenyataan. Sebagai manusia, kita cenderung berpikir bahwa kesabaran dan perjuangan akan selalu berbuah manis. Padahal, dunia tidak bekerja seperti itu. Dalam banyak kasus, perjuangan justru tidak mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Misalnya, seseorang yang bekerja keras bertahun-tahun mungkin saja tetap tidak mendapatkan pengakuan atau kenaikan jabatan yang diimpikannya. Atau seseorang yang telah berusaha keras menyembuhkan diri dari luka emosional justru kembali menghadapi tantangan yang lebih berat. Ketika kita berharap bahwa kesabaran kita akan dihargai dengan "pelangi", maka kita juga tanpa sadar menempatkan diri kita dalam posisi yang rapuh. Saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan, kita merasa dihancurkan oleh rasa kecewa yang besar. Harapan itu seperti pedang bermata dua: di satu sisi memberi motivasi, tapi di sisi lain bisa menjadi sumber sakit hati.
Hidup Tidak Adil, Dan Itu Normal!
Fakta lain yang harus kita terima adalah bahwa hidup ini tidak selalu adil. Ada kalanya, kita harus menghadapi masalah bertubi-tubi tanpa jeda. Dalam istilah Inggris, ada ungkapan "When it rains, it pours," yang artinya ketika satu masalah datang, masalah lain sering kali menyusul, bahkan lebih besar dari sebelumnya. Banyak orang yang merasa hidup ini tidak memberikan mereka kesempatan untuk bernafas. Ketika satu badai belum reda, badai lain sudah siap menghantam. Namun, ketidakadilan ini bukanlah sesuatu yang perlu kita lawan dengan ekspektasi bahwa kebahagiaan akan datang setelahnya. Sebaliknya, kita perlu mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan itu sendiri. Alih-alih menunggu pelangi setelah hujan, kita bisa belajar untuk menerima hujan, badai, dan bahkan langit yang gelap tanpa pelangi. Penerimaan inilah yang akan membantu kita bertahan.
Belajar dari Setiap Masalah
Hujan dan badai dalam hidup adalah guru terbaik. Setiap kesulitan membawa pelajaran yang berbeda, meskipun pelajaran itu tidak selalu terasa menyenangkan. Misalnya, ketika seseorang kehilangan pekerjaan, ia mungkin belajar untuk lebih menghargai waktu, mengembangkan keterampilan baru, atau menemukan jalan hidup yang berbeda. Atau ketika seseorang menghadapi kehilangan orang yang dicintai, ia belajar tentang makna kehidupan, tentang ketabahan, dan tentang bagaimana melanjutkan hidup meski hati terasa kosong. Pelajaran-pelajaran ini tidak datang dalam bentuk pelangi yang indah. Kadang, pelajaran itu hadir dalam bentuk luka yang membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Tapi justru dari luka-luka itu, kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Ada istilah dalam bahasa Inggris yang berbunyi, "What doesn't kill you makes you stronger" (apa yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat). Meski terdengar klise, ungkapan ini memiliki kebenaran tersendiri.
Menyesuaikan Diri dengan Realitas
Daripada terus berharap bahwa hidup akan berjalan sesuai keinginan kita, jauh lebih bijak jika kita belajar menyesuaikan diri dengan realitas. Hidup ini seperti sungai yang mengalir, dan kita adalah perahu yang harus mengikuti arusnya. Menghadapi kehidupan berarti memahami bahwa tidak semua hal ada dalam kendali kita. Kadang, yang bisa kita lakukan hanyalah bertahan, beradaptasi, dan terus maju meskipun jalannya berat. Ketika kita berhenti berharap pelangi setelah hujan, bukan berarti kita menjadi pesimis atau kehilangan harapan sepenuhnya. Sebaliknya, kita belajar untuk menghargai proses hidup itu sendiri, tanpa mengukur kebahagiaan kita berdasarkan hasil akhir. Kita bisa menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil di tengah kesulitan, seperti dukungan dari orang-orang terdekat, secangkir kopi hangat di pagi hari, atau momen-momen tenang di tengah kekacauan.
Hidup Tak Selalu Memberikan Pelangi, Tapi Pasti Menjadikan Kita Lebih Kuat
Hidup ini tidak selalu memberikan pelangi setelah hujan. Kadang, setelah hujan datang badai, dan setelah badai mungkin datang malam yang gelap tanpa bintang. Namun, dari setiap hujan dan badai, kita belajar untuk menjadi lebih kuat, lebih bijak, dan lebih tangguh. Jangan jadikan pelangi sebagai tujuan akhir dari setiap masalah yang kita hadapi. Sebaliknya, jadikan perjalanan itu sendiri sebagai pelajaran berharga. Pada akhirnya, hidup bukanlah tentang mencari kebahagiaan di ujung jalan, tapi tentang bagaimana kita menjalani perjalanan itu dengan hati yang tabah dan pikiran yang terbuka. Dan siapa tahu? Di tengah perjalanan, tanpa kita sadari, pelangi itu akan muncul dengan sendirinya, membawa keindahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI