"Pak, ini bayi, bukan hewan kurban," kata seorang dokter sambil menahan tawa. Wajah Budi langsung merah padam. Dia buru-buru meralat dan mulai mengumandangkan adzan dengan benar, meski suaranya bergetar.
Setelah semua selesai, Budi keluar ruangan sambil menggendong bayinya dengan lebih percaya diri. Tapi wajahnya masih campur aduk antara bahagia, gugup, dan sedikit malu. "Gimana rasanya jadi ayah?" tanya saya saat kami bertemu beberapa hari kemudian.
Budi menarik napas panjang. "Jujur, aku nggak nyangka jadi ayah itu seseram ini. Aku senang banget, tapi juga overthinking terus. Bisa nggak aku jadi ayah yang baik? Bisa nggak aku ngurus anak? Kalau nanti dia nanya soal kehidupan, aku punya jawabannya nggak?" Semua kekhawatiran itu mengalir deras seperti air terjun.
Dan di situlah saya menyadari satu hal penting: baby blues tidak hanya dialami oleh ibu. Ayah pun bisa merasakannya. Perasaan campur aduk antara kebahagiaan, rasa tanggung jawab, dan ketakutan itu adalah hal yang sangat manusiawi. Bahkan pria yang biasanya cuek seperti Budi pun bisa tiba-tiba berubah menjadi pemikir berat begitu anak pertamanya lahir.
Saya rasa, menjadi ayah adalah proses belajar tanpa akhir. Tidak ada manual atau panduan sempurna. Kita akan membuat kesalahan, tentu saja, tapi dari kesalahan itu kita akan belajar. Seperti Budi yang sekarang sudah jauh lebih mahir menggendong anaknya, bahkan bisa membuat lelucon tentang insiden takbir di ruang persalinan.Â
"Setidaknya anakku lahir dengan nuansa takbir," katanya sambil tertawa.
Untuk para ayah baru di luar sana, ingatlah bahwa perasaan bingung dan takut itu adalah bagian dari perjalanan. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Dan jika momen lucu atau memalukan terjadi, anggap saja itu bumbu dalam kisah hidupmu. Karena suatu hari, cerita-cerita ini akan menjadi kenangan indah yang bisa kamu ceritakan pada anak-anakmu ketika mereka dewasa.Â
Tidak ada sekolah yang bisa mengajarkan untuk menjadi Ayah yang Baik, tapi pengalaman hiduplah yang bisa mengajarinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H