Kembali ke Hakikat Cinta Â
Untuk mencintai dengan sederhana, kita harus kembali ke esensi cinta itu sendiri. Cinta bukan tentang berapa banyak uang yang bisa kita habiskan untuk pasangan, tapi tentang berapa banyak usaha yang kita berikan untuk membangun kehidupan bersama. Â
Cinta sederhana adalah ketika kita bisa berkata, "Aku memilihmu, meskipun kita harus hidup susah dulu. Aku percaya, bersama-sama kita bisa melewati semuanya." Tapi kalimat seperti ini sering kali terdengar seperti dongeng di zaman sekarang. Â Namun, bukan berarti ini mustahil. Ada pasangan-pasangan yang membuktikan bahwa cinta bisa bertahan di tengah keterbatasan.Â
Mereka mungkin tidak viral di media sosial, tapi kisah mereka nyata. Mereka adalah orang-orang yang berani melawan arus, yang percaya bahwa cinta sejati tidak membutuhkan dekorasi mewah atau pesta besar. Â
Mengubah Paradigma Â
Jadi, bagaimana kita bisa mengubah paradigma tentang cinta dan pernikahan? Pertama-tama, kita harus berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Pernikahan adalah tentang dua orang, bukan tentang memuaskan ekspektasi keluarga besar atau teman-teman. Â
Kedua, kita harus belajar untuk jujur pada diri sendiri dan pasangan. Jika memang belum mampu mengadakan pesta besar, tidak apa-apa. Yang penting adalah komitmen untuk saling mendukung, tidak peduli seberapa sulit perjalanan yang harus dilalui. Â
Terakhir, kita perlu mengingat bahwa cinta sejati tidak pernah tentang materi. Sapardi menggambarkan cinta sederhana sebagai sesuatu yang tanpa syarat, tanpa kepalsuan. Dan mungkin, di situlah letak keindahan sejati dari cinta. Â
"Bisakah aku mencintaimu dengan sederhana?"Â
Jawabannya terletak pada cara kita memandang cinta dan hubungan. Jika kita bisa melepaskan diri dari ekspektasi sosial dan fokus pada makna cinta itu sendiri, maka mencintai dengan sederhana bukanlah hal yang mustahil. Â Namun, seperti halnya cinta, ini membutuhkan usaha. Cinta sederhana bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, tapi sesuatu yang harus diperjuangkan, terutama di tengah dunia yang penuh dengan distraksi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H