Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Single or Married yang Penting Hepi

23 November 2024   09:03 Diperbarui: 23 November 2024   09:07 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Single atau Married, yang Penting Bahagia: Jangan Terjebak Standar Sosial yang Menyiksa  

Pernah nggak kompasianer mendengar kalimat, "Umur segini kok masih single sih?" atau mungkin "Kapan nikah? Jangan sampai jadi perawan atau perjaka tua!"  Jika iya, tenang, kompasianer nggak sendirian. Di tengah masyarakat yang sering menilai kebahagiaan seseorang dari status pernikahannya, wajar kalau kita jadi merasa tertekan saat usia mulai mendekati angka 30. Banyak yang akhirnya panik, buru-buru mencari pasangan asal mau serius diajak menikah. Tapi, pernahkah kita berpikir, apa risikonya kalau kita memilih pasangan hanya karena takut pada gunjingan?  

Pernikahan bukan perjalanan singkat yang selesai dalam sehari dua hari. Ini adalah komitmen panjang yang membutuhkan kesiapan fisik, mental, emosi, dan finansial. Salah memilih pasangan bukan hanya bisa membuatmu nggak bahagia, tapi juga bisa menyisakan luka yang sulit disembuhkan. Jadi, penting banget untuk menyadari bahwa menikah hanya demi memenuhi ekspektasi sosial atau menenangkan orang lain adalah keputusan yang sangat berisiko.  

Jangan Biarkan Tekanan Sosial Mengatur Hidupmu  

Ketika tetangga, teman, atau bahkan keluarga terus bertanya kapan kamu akan menikah, wajar jika muncul rasa cemas. Tapi pertanyaannya, apakah hidupmu benar-benar ditentukan oleh komentar orang lain? Tetangga yang suka bergosip mungkin nggak tahu apa yang kamu perjuangkan setiap hari. Mereka nggak akan bertanggung jawab atas kebahagiaanmu setelah menikah nanti.   Mengikuti standar masyarakat tanpa mempertimbangkan kesiapan diri ibarat membeli barang tanpa memeriksa kualitasnya. Bedanya, kalau barang bisa dikembalikan, pasangan hidup nggak ada istilah *refund*. Sekali kamu masuk ke dalam pernikahan, perjalanan itu membutuhkan komitmen dan tanggung jawab yang besar. Kamu nggak bisa asal melangkah hanya karena ingin "terlihat normal" di mata orang lain.  

Cinta Bukan Satu-Satunya Faktor  

Banyak orang berpikir bahwa cinta adalah fondasi utama dalam pernikahan. Memang, cinta itu penting, tapi itu bukan satu-satunya faktor. Pernikahan juga membutuhkan komunikasi yang baik, visi hidup yang sejalan, kepercayaan, dan kemampuan untuk saling mendukung dalam segala situasi.  Bayangkan kalau kamu menikah hanya karena cinta tanpa mempertimbangkan aspek lain. Misalnya, kalian ternyata punya nilai atau tujuan hidup yang sangat berbeda. Atau pasanganmu ternyata nggak siap secara emosional dan finansial untuk membangun rumah tangga. Hal-hal ini bisa menimbulkan konflik yang sulit diatasi, bahkan bisa membuat pernikahanmu jadi toxic.  

Kebahagiaan Bukan Hanya Milik Mereka yang Sudah Menikah  

Banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa didapat setelah menikah. Padahal, kebahagiaan adalah sesuatu yang harus kita ciptakan sendiri, terlepas dari status kita. Kamu bisa tetap bahagia walaupun masih single, selama kamu menikmati hidupmu dan menjalani hal-hal yang membuatmu merasa puas.  Lihat sisi positifnya: masa single adalah waktu yang berharga untuk mengenal diri sendiri, mengejar mimpi, dan membangun karier. Kamu nggak perlu memikirkan kompromi dengan pasangan, bisa bebas menentukan arah hidupmu, dan memiliki ruang untuk berkembang. Ada banyak orang yang sudah menikah justru berharap bisa kembali ke masa single karena merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.  

Menikmati Perjalanan Hidup  

Menikah atau tidak, hidup adalah perjalanan yang penuh episode. Ada masa senang, ada masa susah. Entah kamu single atau married, yang penting adalah bagaimana kamu bisa menghadapi setiap tantangan dengan bahagia.  Kalau saat ini jodohmu belum datang, nggak apa-apa. Jangan memaksakan diri untuk menikah hanya karena merasa "ketinggalan." Nikmati masa-masa ini dengan bersyukur atas apa yang kamu miliki. Fokus pada dirimu sendiri: apa yang membuatmu bahagia, apa yang ingin kamu capai, dan bagaimana caranya menjadi versi terbaik dirimu.  

Hidupmu, Pilihanmu  

Pada akhirnya, menikah adalah keputusan pribadi. Bukan tanggung jawab tetangga, teman, atau keluarga untuk menjalani pernikahan itu. Kamu yang akan menghadapi suka dan dukanya, bukan mereka. Jadi, pastikan kamu benar-benar siap secara mental, emosional, dan finansial sebelum mengambil keputusan besar ini.  

Jangan biarkan komentar orang lain membuatmu merasa kurang berharga hanya karena status single. Sebaliknya, jadikan masa ini sebagai waktu untuk membangun kehidupan yang kamu inginkan. Karena yang paling penting adalah bagaimana kamu menjalani hidupmu dengan bahagia, terlepas dari apa pun statusmu.  

Single or married, yang penting bahagia. Karena hidup adalah tentang menemukan kebahagiaan, bukan memenuhi ekspektasi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun