Dalam budaya kita, pernikahan sering dianggap sebagai salah satu momen paling sakral dan penting dalam kehidupan. Wajar jika banyak pasangan ingin merayakan hari bahagia tersebut dengan cara yang istimewa. Namun, mengapa banyak orang terobsesi untuk mengadakan pernikahan mewah, bahkan sampai rela jebol anggaran? Apakah kemewahan itu benar-benar diperlukan, ataukah hanya tekanan sosial yang membuat kita terjebak dalam lingkaran ambisi yang sebenarnya tidak relevan?
Obsesi Akan Pernikahan Mewah
Media sosial, budaya populer, dan ekspektasi masyarakat memainkan peran besar dalam membentuk obsesi terhadap pernikahan mewah. Unggahan pesta pernikahan megah selebriti atau influencer seringkali menjadi inspirasi (atau tekanan) bagi banyak pasangan. Pernikahan yang hanya sehari seolah-olah harus menjadi momen "Instagram-worthy" yang penuh kemewahan, dari gaun desainer, venue mewah, hingga dekorasi spektakuler.
Namun, di balik itu semua, ada satu pertanyaan penting: apa tujuan utama dari pernikahan itu sendiri? Apakah untuk merayakan cinta dan komitmen dengan pasangan, atau sekadar memuaskan ekspektasi orang lain? Ketika fokus pernikahan lebih kepada "wow factor" daripada esensinya, kita cenderung kehilangan arah.
Wajar Jika Ingin Pernikahan Mewah, Tapi...
Tidak ada yang salah dengan mengadakan pesta pernikahan mewah, terutama jika pasangan memiliki anggaran yang mencukupi. Toh, ini adalah momen sekali seumur hidup yang ingin dikenang selamanya. Namun, masalah muncul ketika kemewahan ini dibiayai dengan utang atau mengorbankan kebutuhan lain yang lebih penting.
Mengadakan pesta pernikahan yang melebihi kemampuan finansial bisa menjadi awal dari masalah baru. Setelah pesta selesai, tagihan dari vendor, katering, hingga penyedia jasa dekorasi mulai berdatangan. Tidak jarang pasangan baru terpaksa berurusan dengan pinjaman online (pinjol) atau utang lainnya untuk menutupi biaya yang membengkak. Bukankah ironis, hari yang dimaksudkan untuk menjadi awal kebahagiaan justru menjadi pemicu stres?
Pondasi Rumah Tangga yang Stabil
Salah satu penyebab utama perceraian adalah masalah finansial. Ketika pasangan tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang sejak awal, konflik keuangan mudah muncul di kemudian hari. Dalam pernikahan, cinta saja tidak cukup untuk menghadapi tekanan kehidupan, terutama jika masalah utang dan kebutuhan sehari-hari mulai menghimpit.Â
Pernikahan bukan hanya tentang bagaimana membuat pesta terlihat mewah, tetapi juga bagaimana pasangan bisa saling mendukung dan bertahan dalam berbagai kondisi. Oleh karena itu, perencanaan keuangan menjadi hal yang sangat penting.Â
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan pasangan sebelum menggelar pesta pernikahan:
Tentukan Prioritas
Pikirkan, apa yang sebenarnya paling penting bagi kalian sebagai pasangan? Apakah esensi pernikahan yang bermakna atau kemewahan pesta? Diskusikan dengan pasangan dan keluarga untuk menetapkan batasan anggaran.Jangan Berhutang untuk Kemewahan
Jika anggaran tidak mencukupi, pertimbangkan untuk mengurangi skala pesta. Pernikahan sederhana yang intim tidak kalah bermakna dibandingkan pesta besar yang penuh dengan kemewahan.Sisihkan Dana untuk Setelah Pernikahan
Setelah menikah, ada banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi, seperti tempat tinggal, biaya hidup sehari-hari, atau bahkan tabungan untuk masa depan. Jangan sampai semua dana habis hanya untuk satu hari.Investasi dalam Pernikahan, Bukan Hanya Pestanya
Pernikahan yang langgeng membutuhkan komitmen, komunikasi, dan kerja sama. Alih-alih menghabiskan dana untuk pesta mewah, fokuskan energi dan sumber daya pada membangun fondasi yang kokoh untuk rumah tangga.
Pernikahan Adalah Awal, Bukan Akhir
Banyak pasangan yang terlalu fokus pada hari pernikahan hingga lupa mempersiapkan kehidupan setelahnya. Padahal, pernikahan adalah awal dari perjalanan panjang, bukan puncak dari segalanya. Menikah dengan keyakinan bahwa "rezeki pasti ada" tanpa perencanaan yang matang bisa menjadi jebakan. Kehidupan berumah tangga memerlukan stabilitas finansial agar tidak mudah goyah. Jangan sampai pernikahan yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan justru menjadi beban karena pilihan yang kurang bijak. Jika ingin membuat momen yang indah, pastikan itu juga bisa menjadi awal dari kehidupan yang harmonis dan stabil, bukan sekadar pencitraan yang berujung penyesalan.
Mengadakan pernikahan mewah sah-sah saja, asalkan dilakukan sesuai kemampuan dan tidak mengorbankan kebutuhan esensial lainnya. Namun, jika kemewahan hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, pertimbangkan kembali. Kebahagiaan dalam pernikahan tidak diukur dari seberapa megah pestanya, tetapi dari seberapa kuat pasangan saling mendukung dalam menghadapi kehidupan. Pernikahan adalah komitmen yang jauh melampaui satu hari pesta. Jangan biarkan satu hari penuh kemewahan menjadi sumber tekanan di hari-hari berikutnya. Ingatlah bahwa yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan hubungan yang langgeng, harmonis, dan penuh cinta, bukan sekadar pesta yang memukau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!