Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di satupena Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Biarkan Pasanganmu Terlalu Mandiri

11 November 2024   07:49 Diperbarui: 11 November 2024   08:11 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bingimage.com AI



Dalam kehidupan pernikahan, ada hal penting yang kerap kali terlupakan oleh pasangan suami istri, yaitu pentingnya kerjasama. Pernikahan adalah sebuah kesepakatan untuk menjalani hidup bersama, mengatasi setiap persoalan sebagai satu tim, dan berbagi suka maupun duka. Namun, banyak pasangan yang tanpa sadar membiarkan pasangan mereka terlalu mandiri. Dalam jangka panjang, ini dapat mengikis makna pernikahan itu sendiri dan berpotensi menimbulkan masalah.

Mengapa Kemandirian yang Berlebihan Bisa Berdampak Buruk dalam Pernikahan?

Kemandirian dalam pernikahan, tentu saja, adalah hal baik. Namun, jika salah satu pihak terus dibiarkan menyelesaikan semua persoalan tanpa melibatkan pasangan, ia akan terbiasa melakukannya sendiri. Jika tidak hati-hati, ini dapat menciptakan jarak emosional dan mengubah dinamika peran dalam hubungan. Akibatnya, pasangan yang terbiasa menyelesaikan segalanya sendiri mungkin mulai merasa bahwa kehadiran pasangannya tidak lagi diperlukan. Misalnya, seorang istri yang berperan sebagai wanita karier sukses dan juga mampu mengurus segala kebutuhan rumah tangga. Dari mengurus anak-anak, memasak, mengatur keuangan, hingga mengantar jemput anak ke sekolah, semua diatur dengan baik. Bahkan, ia mungkin memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan suaminya. Dalam kasus ini, jika suami tidak memiliki inisiatif untuk ikut membantu atau berbagi peran di rumah, ia mungkin tanpa sadar mulai melepaskan diri dari keterlibatan emosional dan praktis dalam kehidupan keluarga. Pada akhirnya, sang istri bisa merasa mampu menjalani hidupnya tanpa dukungan suami. Sebaliknya, jika seorang suami mengambil peran penuh dalam rumah tangga tanpa dukungan istri, mulai dari bekerja mencari nafkah, mengurus anak, dan mengatasi setiap tantangan harian tanpa bantuan, ia juga mungkin merasakan kemandirian yang membuat peran istrinya terasa semakin tidak relevan.

Pernikahan bukan sekadar "status" yang diikat oleh dokumen, melainkan sebuah perjalanan panjang untuk saling mendukung. Saat pasangan terlibat aktif dalam kehidupan satu sama lain, baik dalam tugas-tugas besar maupun kecil, maka perasaan kebersamaan dan saling memiliki akan semakin kuat. Inilah sebabnya, diperlukan keseimbangan dalam peran dan koordinasi. Dengan saling berbagi, pasangan akan merasa dibutuhkan dan mengurangi risiko salah satu pihak merasa "baik-baik saja" meskipun sendirian. Tidak perlu menunggu peran besar untuk berbagi peran dalam rumah tangga. Hal-hal kecil yang dilakukan secara bersama dapat menambah nilai dalam hubungan. 


Sesekali suami bisa mengantar jemput istrinya ke tempat kerja, meskipun sang istri sebenarnya bisa mengendarai kendaraan sendiri. Begitu pula sebaliknya, istri bisa sesekali membuatkan hidangan spesial dirumah meskipun suaminya lebih mahir memasak. Sesekali buatlah jadwal mingguan untuk membersihkan rumah bersama, saling berbagi tugas dan menyelesaikannya bersama. Hal-hal kecil seperti ini akan membuat pasangan merasa saling memiliki, saling tergantung, dan memperkuat ikatan batin. Kegiatan yang tampaknya sederhana itu,  bisa membuat anda dan pasangan saling ketergantungan saling mengisi dan enggan untuk berpindah hati  



Jika pasangan membiarkan salah satu pihak terus menerus melakukan semuanya sendiri, dampak negatif bisa muncul dalam jangka panjang. Rasa kebutuhan dan keterikatan akan mulai memudar, dan salah satu pihak bisa merasa bahwa ia bisa hidup baik-baik saja tanpa pasangan. Ketika hal ini terjadi, makna pernikahan yang sejatinya adalah kebersamaan mulai hilang. Lebih jauh lagi, perasaan mandiri yang berlebihan bisa membuat salah satu pihak merasa tidak dihargai atau tidak dianggap penting dalam pernikahan. Mereka mungkin merasa bahwa pasangan tidak ingin atau tidak mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan. Akibatnya, hubungan pun menjadi hambar dan tidak lagi memiliki kehangatan yang dulu ada. Kemandirian yang terlalu dominan juga bisa membuka celah untuk perselisihan dan perselingkuhan.

Menghindari kemandirian yang berlebihan bukan berarti menjadi bergantung pada pasangan sepenuhnya, tetapi menemukan keseimbangan agar keduanya merasa memiliki peran yang berarti. Terkadang, momen-momen sederhana justru membawa manfaat besar dalam memperkuat pernikahan.  Selain itu, membiasakan diri dengan komunikasi terbuka tentang kebutuhan dan harapan dalam pernikahan akan membantu mencegah kemandirian yang berlebihan. Dengan memahami perasaan dan harapan pasangan, kita bisa lebih peka dan siap memberikan dukungan kapan pun diperlukan.

Dalam pernikahan, masing-masing pihak tetap harus mandiri, tetapi tidak boleh kehilangan keseimbangan dalam kerjasama. Kebersamaan dalam pernikahan berarti berkomitmen untuk saling mendukung, meskipun masing-masing mampu mandiri. Ketika kedua pihak berusaha untuk saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari, pernikahan akan terasa lebih ringan dan lebih bermakna. Di sinilah pentingnya kesadaran untuk tidak membiarkan pasangan terlalu mandiri dalam menghadapi tantangan hidup. Sekalipun pasangan mampu menyelesaikan semua pekerjaan sendiri, bukan berarti Anda tidak perlu hadir atau terlibat. Ingatlah, pernikahan bukan soal siapa yang lebih mampu atau lebih kuat, tetapi soal bagaimana menghadapi segalanya bersama. Pernikahan bukan tempat untuk berlomba menjadi individu paling tangguh, tetapi untuk menjadi pasangan yang saling menguatkan. Dengan saling mendukung, pernikahan akan menjadi tempat yang aman dan penuh makna, di mana kehadiran setiap pihak terasa berarti dan dihargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun