Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Kita Harus Selalu Terburu-buru?

10 November 2024   07:50 Diperbarui: 10 November 2024   08:26 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bingimage.com AI


Mengapa Kita Harus Terburu-buru?

Di tengah dunia yang berputar cepat, kita seringkali merasa terjebak dalam perlombaan tanpa akhir. Pagi datang seperti sebuah alarm yang memanggil kita untuk kembali berpacu dengan waktu, seolah tidak memberi jeda untuk bernapas, apalagi berhenti. Begitu banyak dari kita yang terbangun setiap pagi dengan harapan dapat mengejar mimpi dan cita-cita yang belum tercapai. Tetapi apakah benar, kita harus selalu berlari tanpa henti?

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita dihantui oleh rasa takut tertinggal. Terlalu sering, pikiran kita terfokus pada orang lain yang tampaknya telah mencapai begitu banyak dalam hidupnya. Lalu kita bertanya, "Apakah aku sudah terlalu jauh tertinggal?" Padahal, dalam hati kecil, kita tahu betul bahwa kita telah bekerja begitu keras. Kita tahu berapa kali harus bangkit dari jatuh dan mengumpulkan keberanian untuk melangkah lagi. Tetapi kenyataannya, dunia kerap kali hanya tertarik pada hasil akhir,  ia lebih sering memberi penghargaan pada kemenangan yang nyata, pada pencapaian yang tampak, dan bukan pada perjalanan panjang yang penuh peluh.

Tidak mudah memang, untuk berjuang dalam diam. Terlebih ketika kita merasa lelah dan dunia tidak mengizinkan kita untuk berhenti. Sebentar saja ingin memberi ruang pada diri untuk merasa atau bersedih, ternyata kita sudah jauh tertinggal lagi. Rasanya, hidup menjadi perlombaan marathon dengan juri-juri yang hanya bisa melihat dengan satu sisi. Penilaian subjektif dengan menilai apa yang ingin dipercayai,  mereka tak selalu adil, sebab sering kali mereka tak pernah tahu kisah di balik layar, perjuangan yang kita jalani dengan penuh keringat dan air mata.


Lantas, apa yang sebaiknya kita lakukan?

Jeda Sebagai Bentuk Perlawanan

Menjadi terburu-buru tak selalu membawa kita pada hasil terbaik. Ada kalanya, perlambatan menjadi bentuk perlawanan terbaik terhadap dunia yang menuntut kita terus bergerak. Berikan diri kita kesempatan untuk berhenti sejenak, meresapi setiap langkah, dan mengingatkan diri bahwa perlombaan ini tidak melulu tentang siapa yang tiba paling cepat, tapi siapa yang mampu bertahan paling lama. Kita tak perlu terus berlari tanpa henti. Ada kekuatan besar dalam jeda. Terkadang, saat berhenti sejenak, kita bisa melihat lebih jernih, berpikir lebih luas, dan bahkan menemukan solusi yang mungkin tak terlihat ketika kita terburu-buru. Istirahat adalah cara kita untuk bisa kembali melanjutkan hidup. Karena di balik setiap usaha yang sungguh-sungguh, ada jiwa dan pikiran yang juga butuh istirahat.

Menerima Kekurangan dengan Rasa Syukur

Sebagai manusia, kita pasti pernah gagal, mungkin bahkan berkali-kali. Ada kalanya kita sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi hasilnya tetap belum terlihat. Namun, di sinilah titik di mana kita perlu belajar untuk bersyukur. Bersyukur bukan berarti berhenti mencoba, melainkan mengakui bahwa setiap proses yang kita lalui punya makna dan tujuan. Saat kita mulai bersyukur, kita belajar untuk menerima apa adanya, mengapresiasi proses, dan tidak terfokus semata pada hasil akhir. Syukur adalah perisai dari kekecewaan. Dengan hati yang penuh syukur, kita bisa melangkah dengan lebih ringan. Meskipun mungkin pencapaian besar belum teraih, namun rasa syukur membuat kita lebih kuat dan percaya bahwa apa yang sedang kita upayakan bukanlah sesuatu yang sia-sia. 

Kita belum gagal hanya sedang dibentuk lebih lama agar bisa bertahan lebih kuat. 

Pahami Bahwa Hidup adalah Proses

Hidup adalah proses yang tak pernah selesai. Setiap langkah, baik itu besar atau kecil, adalah bagian dari proses tersebut. Saat kita terburu-buru dan memaksa diri untuk mencapai sesuatu dalam waktu singkat, kita mungkin lupa bahwa setiap manusia memiliki waktunya masing-masing. Ada yang cepat berhasil, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama. Tidak ada yang salah dengan itu.
Proses ini adalah bagian dari siapa kita. Ketika kita menerima bahwa setiap perjalanan memiliki tantangannya masing-masing, kita mulai merasa lebih ringan. Kita tak lagi merasa harus terburu-buru demi mengejar ekspektasi orang lain. Kita tak lagi merasa harus terus berlari demi memenuhi standar yang mungkin bukan milik kita. Sebaliknya, kita akan mulai berjalan dengan kecepatan kita sendiri, menghargai setiap capaian, sekecil apa pun itu.

Lepaskan Diri dari Penilaian Orang Lain

Penilaian dari orang lain kadang bisa begitu membebani, seolah kita hidup hanya untuk memenuhi harapan mereka. Namun, hidup ini adalah milik kita. Kita yang paling tahu betapa kerasnya perjuangan yang telah kita lalui. Orang lain mungkin hanya melihat satu sisi, hanya melihat apa yang tampak di luar. Mereka tidak melihat air mata yang pernah jatuh, atau malam-malam panjang yang penuh kekhawatiran. Maka, lepaskan diri dari penilaian mereka. Bebaskan diri dari ekspektasi yang mungkin hanya membawa beban. Dengan melakukan ini, kita memberi ruang pada diri untuk berjalan sesuai langkah kita sendiri. Hidup tidak selalu harus menjadi perlombaan di mana kita bersaing dengan orang lain. Hidup adalah perjalanan yang kita jalani dengan diri sendiri, pada waktu kita sendiri.

Menghargai Setiap Langkah, Tanpa Terburu-buru

Pada akhirnya, hidup ini bukan tentang seberapa cepat kita mencapai tujuan, tetapi seberapa berarti perjalanan itu sendiri. Berhentilah merasa harus selalu terburu-buru. Nikmatilah proses, hargailah setiap langkah yang sudah kamu ambil. Berikan ruang bagi diri untuk merasa bangga dengan setiap pencapaian, meski mungkin tak terlihat besar di mata orang lain. Berhenti berlari bukan berarti kita berhenti berjuang. Justru, dengan berhenti sejenak, kita bisa mengumpulkan kekuatan untuk melangkah lebih jauh lagi. Kita bisa memperbarui energi dan menatap masa depan dengan hati yang penuh harapan, bukan ketakutan akan ketertinggalan. Kita adalah pribadi yang tengah berkembang, tengah dibentuk untuk menjadi sosok yang lebih kuat. Maka, tak perlu lagi bertanya, "Mengapa kita harus terburu-buru?" Sebaliknya, tanyakan pada diri, "Apakah aku sudah menikmati setiap langkah dalam perjalananku?" Karena pada akhirnya, kehidupan ini bukanlah sebuah kompetisi; ia adalah anugerah yang layak untuk dijalani dengan syukur dan kesabaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun