Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Pernikahan Menjadi Sesuatu yang Menakutkan Saat Merasa Kesepian

28 Oktober 2024   19:33 Diperbarui: 28 Oktober 2024   21:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : id.pngtree.com

Studi juga menunjukkan bahwa kesepian dalam pernikahan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Perasaan diabaikan atau tidak didengarkan oleh pasangan dapat menimbulkan stres, kecemasan, bahkan depresi. Bagi wanita yang merasa bahwa suami mereka terlalu fokus pada pekerjaan, rasa kesepian ini dapat terasa semakin intens. Mereka mulai merasa bahwa pernikahan hanya melahirkan tanggung jawab tambahan, tanpa kehangatan emosional yang diharapkan.

Tidak mengherankan bahwa banyak wanita kini memilih untuk hidup single. Bagi mereka, menjadi lajang memberikan kebebasan untuk mengejar tujuan hidup dan kebahagiaan tanpa harus terbebani oleh ekspektasi pernikahan. Mereka bisa lebih fokus pada karier, hobi, atau hal-hal yang mereka sukai, tanpa perlu merasa bersalah karena mengabaikan pasangan atau anak. Pilihan untuk tetap single dianggap sebagai jalan keluar yang lebih sehat dan realistis bagi mereka yang merasa bahwa pernikahan hanya akan membawa lebih banyak kesepian.

Selain itu, wanita modern juga mulai menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu harus dicapai melalui pernikahan. Banyak yang merasa bahwa membangun hubungan yang sehat dan mendalam dengan diri sendiri serta orang-orang terdekat bisa lebih memuaskan dibandingkan dengan pernikahan yang penuh dengan kewajiban. Mereka melihat kehidupan single sebagai pilihan yang memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dengan identitas mereka tanpa harus melebur dalam tuntutan peran tradisional pernikahan.

Namun, bukan berarti semua pernikahan harus berakhir dalam kesepian. Tantangan yang dihadapi oleh pasangan dalam pernikahan adalah bagaimana tetap terhubung secara emosional meskipun di tengah kesibukan dan tanggung jawab yang berat. Bagi pasangan, penting untuk memahami bahwa pernikahan bukan hanya tentang tanggung jawab finansial atau membagi tugas rumah tangga, tetapi juga tentang mempertahankan komunikasi yang mendalam dan saling mendukung secara emosional.

Suami dan istri dapat menjadwalkan waktu khusus untuk berbicara, berlibur, atau sekadar menghabiskan waktu bersama tanpa gangguan. Hal ini dapat membantu pasangan tetap merasa terhubung dan menjaga api cinta tetap menyala. Selain itu, penting juga untuk memberikan dukungan terhadap impian dan identitas pribadi masing-masing, sehingga setiap pasangan merasa diakui dan dihargai sebagai individu.

Ketakutan terhadap pernikahan yang tampak menakutkan bagi banyak wanita adalah cerminan dari realita kehidupan modern di mana kesibukan dan tekanan sosial sering kali memudarkan makna sebenarnya dari pernikahan. Kesepian yang dirasakan setelah menikah bukanlah sesuatu yang sepele, tetapi masalah yang nyata dan mempengaruhi banyak istri. Bagi wanita yang takut menikah, pilihan untuk tetap single adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan kebahagiaan yang ingin mereka raih.

Namun, bagi mereka yang ingin menikah, pernikahan yang sehat adalah pernikahan yang penuh dengan komunikasi, pengertian, dan dukungan emosional. Dengan cara ini, ketakutan terhadap kesepian dalam pernikahan bisa diatasi, dan hubungan bisa tumbuh dalam cinta dan kehangatan yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun