Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bandung adalah Puisi yang Tidak akan Pernah Selesai Ditulis

26 Oktober 2024   19:00 Diperbarui: 26 Oktober 2024   19:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: galeri pribadi

Bandung, kota dengan kenangan yang bergelung pada kabut pegunungan,  
mengisahkan rindu pada setiap liku jalan dan lembut cuaca yang meneduhkan


Di Bandung, langit senja adalah pelukis yang tak pernah lekang oleh waktu,  
menggoreskan jingga di antara pepohonan yang menari dalam gerimis lirih,  
seakan memberi salam pada kota yang telah menyimpan ribuan cerita,  
sebagaimana kenangan kita yang tertinggal di sudut-sudut sunyi, di antara bisik angin dan percakapan lampu jalan.

Bandung, kau adalah melodi yang mengalun dalam sendu sore di Dago,  
di antara sejuknya kabut lembah dan hangatnya kopi yang mengepul di cangkir keramik,  
kau ajarkan pada kami bahwa hidup tak melulu cepat dan penuh tuntutan
di sini, di tanah Sunda ini, setiap langkah adalah rima, setiap senyum adalah makna.

Jika hujan turun, Bandung menjelma puisi yang tak pernah selesai ditulis,  
bulir airnya berjatuhan pelan-pelan, membasuh trotoar dan dedaunan yang diam,  
membangunkan bunga-bunga kecil yang bermekaran di sepanjang jalanan Cihampelas,  
seolah kota ini tak hanya hidup, tetapi juga bernapas dan bermimpi.

Aku ingat hari-hari ketika kita menelusuri jalan Braga,  
jalan tua yang masih berdiri megah meski waktu tak henti bergulir,  
di sana, bangunan kolonial berbincang dengan dinding-dinding mural yang penuh warna,  
seperti Bandung yang selalu tahu cara merangkul masa lalu dan merayakan masa kini.

Apakah kau merasakan pesonanya, yang terselip di balik riuh rendah suara angkot,  
di antara semerbak kembang dan alunan musik yang mengalir di kafe kecil?  
Bandung tidak pernah meminta untuk diingat, namun ia selalu ada,  
dalam ingatan kita yang lekat, dalam hati kita yang mendamba akan kehangatannya.

Malam di Bandung adalah bisikan penuh rahasia,  
di mana lampu kota bersinar lembut, menyusup di antara celah gedung,  
menceritakan romansa jalanan dan simpul-simpul persimpangan,  
menjadi saksi bisu bagi mereka yang berjalan berdua, menukar janji dalam senyap.

Maka, Bandung bukan sekadar tempat atau nama di peta,  
ia adalah perjalanan yang kita tempuh dalam langkah-langkah rindu,  
adalah kota di mana cinta menunggu di setiap sudut jalan,  
dan kita, bagai daun yang selalu kembali,  
menemuinya dalam dekap kabut dan peluk cuaca yang menenangkan

Bandung, kau adalah lantunan rindu,  
pada setiap kita yang pernah jatuh cinta,  
pada setiap kita yang tak pernah benar-benar meninggalkanmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun