Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Ngedate After Married untuk Mengatasi Lonely Marriage

26 Oktober 2024   17:01 Diperbarui: 27 Oktober 2024   10:35 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: galeri pribadi foto lukisan dari pameran gray art

Setelah bertahun-tahun menikah, hidup memang sering kali terasa seperti berjalan di atas treadmill yang tak ada tombol berhentinya. 

Pagi ke pagi, rutinitas mulai menyatu dengan darah kita, bangun pagi, bekerja, mengurus anak-anak, memenuhi tagihan, dan di akhir hari, kita terkapar di kasur, lelah, dan bahkan terkadang lupa akan kehadiran pasangan di sebelah. 

Tanpa disadari, perjalanan ini membuat kita merasa lebih sebagai "rekan satu tim" ketimbang sepasang kekasih. Dalam sunyi itulah, kadang muncul perasaan sepi yang dikenal sebagai "lonely marriage."

Tak sedikit pasangan yang mengalami hal ini. Bukan berarti cinta itu hilang, tapi bisa jadi tenggelam, terlindas rutinitas dan waktu yang tak kunjung kompromi. 

Maka dari itu, menjaga pernikahan itu mirip dengan menumbuhkan tanaman. Bila ia dibiarkan begitu saja, ia bisa kering, tak berdaya. 

Tetapi, jika kita memberi pupuk, menyiraminya, dan memberinya sinar matahari yang cukup, cinta itu bisa tetap tumbuh subur meskipun musim berganti.

Coba pikirkan, kapan terakhir kali Anda ngedate dengan pasangan Anda? Ya, bukan ngedate sembarangan seperti pergi ke supermarket bersama atau duduk berdua di sofa sambil menonton acara TV favorit. 

Maksudnya, ngedate yang benar-benar menghidupkan momen seperti waktu Anda baru pertama kali jadian. Saat kalian berpakaian rapi, memilih tempat yang romantis, dan saling melempar senyum yang penuh harapan.

Ngedate setelah menikah itu semacam me-restart hubungan. Sebuah cara untuk mengingatkan diri sendiri, "Hei, kita ini masih punya cinta, bukan sekadar kerja tim untuk bayar tagihan." 

Setiap pasangan butuh waktu berdua, di luar rumah, di luar beban rumah tangga, untuk saling mengisi dan mengingatkan mengapa mereka jatuh cinta sejak awal. 

Meski pernikahan sudah berlangsung lama, cinta itu tak boleh berhenti untuk diusahakan. Mengapa? Karena perasaan kesepian itu bisa menjadi bumerang yang berbahaya.

Sumber: galeri pribadi foto lukisan dari pameran gray art
Sumber: galeri pribadi foto lukisan dari pameran gray art

Perasaan sepi dalam pernikahan, jika tak diatasi, bisa jadi masalah besar. Kesepian sering kali mengarahkan seseorang mencari "pemenuh" di luar pernikahan, entah dalam bentuk persahabatan yang berlebihan, "curhat" yang seharusnya tak dibicarakan di luar rumah, atau bahkan lebih dari itu. 

Ini bisa jadi peringatan yang sangat serius, karena ketika cinta dan perhatian pasangan tak lagi cukup untuk menutupi kekosongan, rasa keinginan untuk mencari di tempat lain bisa makin menguat.

Padahal, lonely marriage bukan hanya berbahaya untuk ikatan pernikahan itu sendiri, tapi juga untuk kesehatan mental. Kesepian dalam hubungan bisa membuat kita merasa tidak terlihat, tidak dihargai, bahkan merasa seakan diri kita ini sudah tak penting lagi. 

Ini bukan sekadar perkara "romantisme" semata, melainkan soal kebutuhan dasar sebagai manusia untuk merasa dekat dan terhubung dengan orang yang kita pilih untuk hidup bersama.

Menyediakan waktu untuk ngedate dengan pasangan sebenarnya adalah bentuk investasi kecil yang bisa memberikan dampak besar. 

Kegiatan sederhana seperti pergi nonton film, menikmati makan malam romantis, atau bahkan sekadar berjalan-jalan sore berdua, bisa membantu memperkuat ikatan emosional.

Kencan setelah menikah adalah momen untuk membuka diri kembali pada pasangan, tanpa gangguan. Anda bisa bercanda, berbicara tentang mimpi, harapan, bahkan kegelisahan. 

Kegiatan ini membantu kita keluar dari rutinitas, keluar dari label "suami" dan "istri," dan kembali menjadi "aku" dan "kamu." Dengan begitu, ada ruang untuk berbagi perasaan yang lebih intim, mengingatkan bahwa kita ini masih sepasang kekasih yang sama seperti dahulu.

Banyak yang bilang, cinta itu harus dipupuk agar tidak layu. Sama seperti tanaman yang butuh air dan sinar matahari, pernikahan juga butuh perhatian dan waktu. 

Ketika pernikahan dianggap sebagai rutinitas semata, maka cinta itu lambat laun bisa pudar. Maka dari itu, cobalah untuk memasukkan "waktu berdua" sebagai agenda rutin dalam hidup kalian, bukan hanya sebagai agenda sesekali.

Tak perlu berpikir bahwa kencan harus selalu spesial atau mewah. Yang penting adalah bagaimana momen itu diisi dengan kehadiran yang penuh. 

Dalam kebersamaan tersebut, kita tak hanya bicara soal anak-anak, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, tapi juga hal-hal yang membuat kita jatuh cinta dulu. 

Apa yang menjadi kebiasaan lucu pasangan yang selalu membuat kita tersenyum? Apa yang menjadi impian kita bersama untuk masa depan? Hal-hal sederhana inilah yang kadang terlupakan ketika kita terjebak dalam roda kehidupan yang terus berputar.

 "Ngedate Bukan Hanya untuk yang Baru Jadian"

Siapa bilang ngedate itu cuma untuk yang pacaran? Justru, pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun lebih membutuhkan kencan-kencan semacam ini. 

Ketika kita ngedate, kita belajar untuk melihat pasangan kita dalam sudut pandang yang baru, bahkan mungkin lebih menghargai mereka. Mungkin selama ini kita hanya melihat pasangan sebagai "partner hidup," lupa bahwa mereka adalah orang yang kita sayangi dan kagumi.

Dengan mengajak pasangan kencan, kita mengingatkan diri kita untuk tetap memiliki rasa hormat dan cinta pada pasangan. 

Jadi, jangan pernah ragu untuk meluangkan waktu bersama, bahkan ketika usia pernikahan sudah lebih dari puluhan tahun. Karena menikah itu adalah perjalanan panjang yang sesekali butuh penyegaran.

Momen-momen ngedate ini membantu kita untuk tetap menghangatkan api cinta yang kadang hampir padam karena lelah, kesibukan, atau kejenuhan. 

Pernikahan bukan sekadar hidup bersama di bawah satu atap, tetapi tentang bagaimana kita menjaga nyala api itu agar tak pernah padam. 

Jangan biarkan rasa cinta dan kedekatan hanya menjadi kenangan masa lalu, pernikahan itu hidup, ia perlu disiram, dipupuk, dan disinari dengan usaha.

Jadi, bagi Anda yang merasa pernikahannya mulai terasa "dingin" atau sunyi, mungkin ini saatnya untuk mengajak pasangan kencan lagi. Kembali pada momen di mana Anda hanya berdua, di mana cinta bisa terasa begitu segar, seperti pertama kali Anda bertemu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun