Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Eduparenting, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel dan penggiat puisi esai di satupena Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Tone Deaf di Circle Keluarga

3 September 2024   12:05 Diperbarui: 3 September 2024   12:12 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.bing.com/images/create/gambarilustrasi

Tone deaf sebenernya bukan istilah yang baru, karena tipe orang kayak gini udah ada dari zaman dulu! Sebenernya apa sih Tone deaf? kalo secara bahasa tone deaf adalah istilah yang merujuk pada karakter seseorang yang nggak peka dengan lingkungan sosialnya! orang kaya gini nggak bisa dibilang egois, tapi lebih ke nggak peka untuk membaca situasi di lingkungannya. Sebagai contoh misalkan di satu grup forum keluarga besar, isinya pasti kan nggak selalu orang dengan tingkat ekonomi yang sama, pasti ada aja orang dengan kasta Sudra, yang sekarang bisa makan, eh besoknya udah bingung mau ngutang kemana lagi?! 

Terkadang dengan adanya ketimpangan ekonomi yang cukup signifikan, masih saja ada orang-orang tanpa rasa peka, seolah dengan sengaja menunjukkan segala pencapaiannya. Mulai dari beli rumah baru, beli mobil baru bahkan sampai menunjukkan betapa mudahnya ia berlibur ke berbagai tempat di dunia. Memang nggak ada salahnya, karena nggak ada aturan dalam grup yang melarang untuk membagikan moment kebahagiaan! 

Tapi semua itu akan menjadi senjata yang menyakitkan, bagi mereka yang kesulitan setengah mati untuk mencapai posisi itu! Jika konteksnya dibagikan di media sosial sih, nggak terlalu jadi masalah! Karena medsos lebih bersifat umum dan merujuk pada mengabadikan moment berharga. Cuman kalau udah saling share digrup forum keluarga, nah itu yang menurut saya agak kocak! Apalagi namanya satu keluarga besar, konteksnya kan dibuat untuk silaturahmi, bukan untuk adu gengsi! Tapi namanya juga manusia, kita nggak akan pernah bisa mengatur atau merubah sikapnya, but even so we can control our self!   

Gimana cara kita ngatasin karakter tone deaf yang ada di circle keluarga? 

1. Bersikap Cuek (No Baper)

Orang-orang dengan karakter tone deaf sebenernya punya kepekaan emosional yang kurang, sehingga mereka kesulitan memahami perasaan orang lain. Mereka mungkin tidak menyadari dampak dari tindakan mereka kurang tepat dan tanpa sadar menyakiti orang lain. Mereka tidak bisa menyadari pentingnya mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan yang diperlukan dalam situasi-situasi sulit. Cara yang bisa anda lakukan adalah dengan bersikap cuek dan jangan terlalu terbawa perasaan dengan apapun tindakannya. 

2. Memposisikan diri dari sudut pandangnya

Cobalah untuk positif thinking dengan memposisikan diri dari sudut pandangnya. Terutama dengan mencari seribu alasan mengapa dia bersikap tidak empatik. Bisa jadi dia banyak men show up pencapaiannya,  karena ingin ikut membagikan moment bahagia dengan anggota keluarga lainnya. Atau bisa jadi juga dia ingin memberikan banyak inspirasi agar anggota keluarga lain termotivasi untuk bisa lebih struggle menggapai impiannya.

3. Memberikan advise 

Jika keluarga anda bisa diajak bicara dari hati ke hati, cobalah untuk sharing dan lebih terbuka! Bisa jadi selama ini memang dia butuh advise yang bisa memantik rasa empatinya. Mungkin dengan sedikit advise bisa merubah mindsetnya untuk lebih peka pada sekitarnya. Perlu kita sadari bahwa kecerdasan interpersonal seseorang itu berbeda, oleh karena itu tak ada salahnya jika kita saling mengingatkan tentang kebaikan, selama itu bisa membawa manfaat.  

But the main point is kita memang harus belajar bicara lebih bijak dan  bersikap lebih peka, karena tidak semua orang bisa mencapai hal yang kamu anggap itu mudah, bisa mudah juga bagi orang lain! Bahkan sebagian orang mungkin harus berjuang mati-matian untuk mencapainya! Bukan soal siapa yang paling rajin bekerja keras, karena belum tentu mereka yang bekerja lebih keras bisa lebih sukses! Karena pada dasarnya kerja keras itu hanya sebagian dari upaya, tetap saja kesuksesan seseorang paling besar adalah karena takdir dari Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun