Sebagian orang tua mungkin berpikir untuk apa menghadiri acara anak di sekolah? Selain karena kesibukan, bisa jadi orang tua enggan untuk ikut terlibat dalam kegiatan anak-anak yang dirasa cukup merepotkan. Memang nggak ada salahnya juga, toh setiap orang tua pasti punya standar prioritas yang berbeda-beda.Â
Tapi bagi saya pribadi, kebahagiaan anak adalah prioritas utama, as a parent I want to give him unlimited love. Saya meyakini bahwa pola parenting yang baik, dibentuk dengan kedekatan emosional sejak kecil, dimana kita tak hanya menjadi orang tua, tapi juga bisa menjadi sahabat yang menyenangkan bagi anak, termasuk menghadiri moment-moment yang penting baginya, seperti hari pertamanya sekolah, pembagian raportnya atau acara-acara lain yang melibatkan peran orang tua dan anak.Â
Percayalah moment yang bisa dibilang sepele itu, akan diingat anak hingga ia tumbuh dewasa. Waktu bersama anak-anak itu hanya sebentar, because they grow up so fast! Kita Meleng dikit aja, anak bayi kita yang biasanya geleyotan sana sini, udah tumbuh aja jadi anak remaja!Â
Dengan waktu kebersamaan yang sangat singkat itu, saya tidak ingin meninggalkan kesan yang buruk dengan anak, karena waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah bisa terulang kembali.Â
Jangan normalisasi anak yang ketika remaja, lebih merasa nyaman dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tua! Mengapa? Karena seharusnya, meskipun sudah tumbuh dewasa, anak  tetap memiliki hubungan emosional yang baik dengan orangtuanya.Â
Seharusnya anak bisa nyaman bercerita apapun dengan orang tuanya daripada dengan teman-temannya. Ia tidak akan merasa sungkan, takut, apalagi merasa terintimidasi, karena ia merasakan komunikasi bisa terjalin dengan baik, saat ia bicara dengan orang tuanya.Â
Kita pasti pernah melihat anak-anak yang berperilaku berbeda pada orang tuanya, saat ia mulai tumbuh dewasa, entah itu menjadi sangat tertutup, kaku, atau bahkan menjadi anak yang pembangkang! Hal itu bisa saja terjadi karena tidak terpenuhinya rasa sayang yang cukup saat ia kecil, entah itu perlakuan orang tua yang kasar, terlalu cuek atau bahkan pola pengasuhan yang terlalu otoriter. Komunikasi yang terbentuk antara orangtua dan anak, sejak kecil sudah buruk!Â
Orangtua enggan menjadi pendengar yang baik untuk anak, sehingga anak sulit terbuka saat ia tumbuh dewasa, karena terbentuknya dinding pembatas antara orangtua dan anak yang sudah dipupuk sejak kecil.
Di Indonesia zaman dulu, pola parenting yang diterapkan lebih banyak mengacu pada pola otoriter, dimana orang tua punya kewenangan penuh terhadap anak yang bisa menjadikan anak sesuai apa yang diharapkan.Â
Pola yang dibentuk dengan penuh aturan ketat, tanpa adanya komunikasi dua arah, akan membuat anak tumbuh dengan kepribadian yang kaku, pemarah, keras dan juga membuat anak cenderung membenci orang tuanya ketika ia tumbuh dewasa. Ia akan merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari sosok orang tuanya, kemungkinan besar anak akan mencari kebahagiaan lain di luar.Â