Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

"Moms Mental Health" Pentingkah?

2 April 2024   11:37 Diperbarui: 2 April 2024   11:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang baru-baru ini  viral tentang seorang ibu di Ohio yang tega meninggalkan anaknya untuk pergi berlibur, membuat publik termasuk saya pribadi merasa sangat geram. "Kok  bisa ya, ada seorang ibu yang tega ninggalin anak balitanya sendirian dirumah dan pergi berlibur selama 10 hari?" Sebagai seorang ibu "Normal", biasanya kita punya naluriah alami dimana kita punya keterikatan batin dengan anak, yang membuat kita selalu punya rasa khawatir berlebih dan koneksi emosional yang mendalam. Terkadang naluri dan intuisi tersebut tidak bisa dijelaskan secara logika. Hanya seorang ibu yang memiliki keterikatan emosional bathin yang kuat dengan anaknya, ibu bisa merasakan anaknya sedang sakit, sedih atau terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya. Seorang ibu bahkan rela mengorbankan diri untuk anak-anaknya. Bahkan tidak hanya manusia, hewan pun sangat menyayangi dan melindungi anaknya. 

Namun ternyata pada kenyataannya, tidak semua ibu bersikap selayaknya "Ibu". Dengan terkuaknya kasus Baby Jailyn, membuat saya sadar sekejam-kejamnya hewan, ternyata manusia bisa menjadi makhluk yang jauh lebih kejam. Bagaimana bisa beliau pergi bersenang-senang liburan, dan meninggalkan bayinya yang masih balita dalam kondisi tanpa pengasuh. Padahal kalaupun si ibu "keukeh" ingin melepas stress dengan pergi berlibur, si ibu bisa saja menitipkan bayinya di kerabat atau mungkin Day Care. Tapi dia bahkan tidak melakukannya! Dia membiarkan bayinya sendirian di dalam rumah merasa kelaparan dan ketakutan, sampai akhirnya meregang nyawa. Sungguh sangat miris sekali!

Dibalik mencuatnya kasus tersebut, membuat saya pun mencari penyebab yang melatarbelakangi mengapa seorang ibu bisa setega itu? Dan setelah saya telusuri ternyata ibu dari Baby Jailyn tersebut yang bernama Kristel Candelario adalah seorang single parent, ia sudah lama bercerai dan mengurus anak-anaknya sendiri. Dia juga diketahui memiliki mental yang tidak stabil. Tak bisa dipungkiri bahwa stress yang ditimbulkan dari pengasuhan tunggal memang sangat berat. Disini seorang ibu harus berperan ganda menjadi seorang ibu bahkan juga seorang ayah. 

"Stress pengasuhan tunggal dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu, mengubah perspektifnya dan membuat suasana hatinya buruk bahkan pada saat-saat terbaik sekalipun. Single Mom melakukan tugas dua orang sendirian. Dimana ia harus fokus mengurus buah hati namun disatu sisi juga harus menjadi ayah yang bisa mengatasi finansial rumah tangga."      

Dengan tidak membenarkan perlakuan sang ibu yang tega meninggalkan anaknya, saya rasa perlu juga untuk kita merefleksikan diri, tentang rasa peduli kita terhadap keluarga, orang-orang terdekat kita yang mungkin juga berstatus sebagai single mom agar kita bisa memberikan support system yang membuatnya merasa desperate dan sendiri.  

Ingat bahwa perkara mengurus anak itu bukanlah sesuatu yang mudah. Seorang Ibu terkadang kehilangan banyak waktunya untuk mengurusi seorang anak. Apalagi jika anaknya itu, masih diusia yang butuh pendampingan. Jangankan untuk pergi berlibur dan jalan-jalan bersama teman menghilangkan segala penat dan pikiran, seorang ibu bahkan tidak punya cukup waktu untuk bisa makan dan tidur dengan lelap di malam hari. Setumpuk tugas ibu yang luar biasa itu, tidak bisa dianggap remeh. 

Karena tidak semua orang bisa tetap dalam keadaan "waras" dengan tuntutan tugas sebanyak itu. Jangankan Single Mom, seorang ibu yang masih memiliki pasangan pun bisa terkena Syndrome Baby Blues. Hal ini jelas menandakan bahwa, penting sekali untuk menjaga "Mental Health" seorang ibu agar lebih stabil, tidak putus asa, Hopeless dan tidak memiliki pikiran-pikiran diluar nalar yang bisa membahayakan keselamatan sang bayi. So, jadilah support system yang baik bagi orang-orang disekitar Anda, agar kejadian serupa tidak terulang!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun