Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Sebuah Rindu di Ramadhan

6 Maret 2024   17:01 Diperbarui: 6 Maret 2024   17:05 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : reddit.com

Tidak terasa bulan Ramadhan tinggal hitungan hari. Bicara Soal Ramadhan, saya jadi rindu dengan suasana Ramadhan zaman dulu. Dimana hal-hal yang kelihatannya sederhana, jadi hal yang amat sulit  diwujudkan saat ini.  

Bukan karena Ramadhannya yang berbeda, tapi karena banyak hal yang karena Keadaan, semua jadi semakin sulit untuk dijelaskan. Dulu moment-moment mudik itu paling ditunggu, karena itu adalah moment yang paling dirindukan, dimana semua saudara-saudara jauh bisa berkumpul di suatu tempat, melepas rindu dengan bercengkrama di sebuah Rumah Nenek yang sederhana. Jauh dari kata Mewah tapi bisa membuat rumah itu menjadi tempat tujuan perantauan. Terutama bagi keluarga kami yang jauh merantau di Kota Orang. Jauhnya perjalanan tak menjadi alasan kami tak pulang. Menempuh ratusan kilometer untuk menikmati moment bersama di hari yang fitri. Menikmati semangkok ketupat lemang buatan Nenek yang rasanya tak bisa ditemukan lagi saat ini.

Aku Rindu?

Iya Aku rindu...  sebuah rumah yang tidak terlalu mewah tapi penuh kenangan dan kehangatan keluarga. Kami keluarga besar yang saat mudik terbiasa tidur ditengah rumah, mengampar bagai ikan asin sedang dijemur, hanya beralaskan kasur tipis,  berdesakan sempit, tapi konyolnya kami semua bahagia saat itu. Apalagi saat suara takbir Mulai Berkumandang, para bapak sibuk Takbir Keliling dan para Ibu sibuk memasak Rendang. Anak-anak? Mereka bersenda gurau sambil bermain kembang Api. 

Aku kira semua moment itu tidak akan hilang... 

Semua akan tetap berjalan sama, bahkan saat aku tumbuh mendewasa dan berkeluarga. Tapi ternyata Aku salah! Aku baru sadar bahwa beberapa hal akan berubah seiring berjalannya waktu, dan semua tidak akan menjadi sama lagi. Yang saat ini berstatus "Keluarga" mungkin suatu saat akan menjadi orang yang berbeda, mungkin kita akan mulai ada di fase bahwa keluarga bukan lagi menjadi tempat Ternyaman untuk Pulang. Ada beberapa hal yang seolah menjadi sekat pembeda antar keluarga dimasa kini. Berkumpul dengan keluarga bukan lagi menjadi moment indah yang dirindu, saat kita sadar bahwa dunia menjadi berbeda ketika pencapaian mulai menjadi tolak ukur dan Silaturahmi mulai menjadi ajang Flexing, dimana masing-masing saling menunjukkan keberhasilan diri.

Lalu apa artinya lagi sebuah keluarga? Ketika tujuannya akhirnya untuk saling berlomba. Padahal dilahirkan dari keturunan yang sama, ibarat satu tubuh dan anggotanya, bukankah seharusnya saling berjalan bersama? Saling menopang ketika ada yang kurang, saling mendukung ketika ada yang lemah?

Inilah kenyataan tentang mirisnya empati manusia saat ini, dimana kita sadar bahwa sikap Apatis perlahan mulai menjadi Tradisi generasi yang diterapkan saat ini.  

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun