Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Politik

Minim Literasi Berimbas pada Buta Politik

1 Februari 2024   17:36 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:39 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Harianjurnal.com

Maraknya musim kampanye belakangan ini membuat topik Pemilu jadi obrolan utama disetiap tempat, namun ada suatu kejadian yang sangat disayangkan yang tidak sengaja saya temui. Hari itu saat sedang menunggu hujan reda, di satu kawasan Gang di daerah kota Bandung, saya menyimak sebuah obrolan yang berkaitan dengan pemilu. Dimana mereka masing-masing membicarakan partai pilihannya masing-masing. Dan hal terkonyol yang saya tangkap dari obrolan itu adalah, dimana orang-orang tidak mengenal visi misi pemimpinnya dan bahkan alasan utama mereka memilih partai yang disebut adalah karena di areanya partai tersebut banyak pendukungnya. Hal yang lebih lucu lagi ketika ada tawaran untuk berpindah pilihan hanya demi dibagi-bagikan kaos? Beberapa orang langsung menyetujui dan berubah haluan. 

Saya tidak habis pikir, masih banyak orang yang memilih pemimpin tanpa tau Apa visi misinya, dan tanpa benar-benar yakin dengan pilihannya. Padahal siapa yang kita pilih saat ini, menentukan nasib bangsa kita 5 Tahun ke depan. Bukan nasib bangsa lain yang dimaksud! Tapi nasib bangsa kita sendiri! Nasib diri kita! Nasib keluarga kita! 

Penentuan harga bahan pokok, penentuan harga bbm, penentuan tarif listrik, biaya-biaya pendidikan hingga pelayanan kesehatan,  Semua tergantung pada keputusan politik! Bukankah semua kebijakan itu merupakan kewenangan dari pemimpin? Lalu bagaimana jika karena ketidakpedulian kita terhadap politik, lahirlah pemimpin-pemimpin yang buruk yang membuat rakyatnya makin terpuruk dengan kondisi ekonomi yang dibuat makin sulit! Bukankah kita juga akan merasakan dampaknya? 

Contoh misalkan Adanya kebijakan pembatasan usia produktif bekerja! Dimana kebijakan yang dibuat menentukan batasan usia seseorang bisa diterima bekerja di Instansi tidak boleh lebih dari 35 tahun. Bukankah kebijakan itu akan mempersulit orang-orang di atas usia 35 tahun untuk bekerja? Akibatnya mereka yang berusia diatas 35 tahun harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi! Mereka bisa jadi bekerja serabutan atau bahkan hal terburuk yang ditimbulkan dari kebijakan itu adalah meningkatnya kasus kejahatan disekitar kita seperti pencurian, perampokan, pembegalan dan lain-lain. Satu dari sekian kebijakan yang salah, bisa memiliki dampak yang luar biasa.  

Bertolt Brecht, seorang penyair Jerman, yang juga dramawan, sutradara teater, dan marxis pernah mengatakan:

"Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.

Orang yang buta bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri."

Lalu bagaimana agar kita tidak jadi si dungu yang Buta Politik? Maka cobalah untuk memulai dengan membudayakan literasi! Nah, Inilah yang menjadi PR besar dari bangsa kita. Minimnya budaya literasi! Mayoritas Generasi Bangsa kita sangat tidak suka membaca!  Apalagi Generasi muda saat ini, mereka lebih aktif menggunakan gawai dan berselancar di dunia maya, daripada membaca. 

Dari hasil penelitian di tahun 2021 Indonesia dinyatakan  darurat literasi. Literasi masyarakat Indonesia sangat rendah. Terlebih kebiasaan menggunakan gawai saat ini menyebabkan minat baca menjadi kurang. Bahkan dari sebuat Riset berbeda bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Minimnya minat akan literasi ini berdampak pada segala Aspek. Salah satunya adalah Aspek Politik. Keengganan masyarakat untuk membaca, mempelajari lebih jauh dan mencari informasi tentang Politik, akan menumbuhkan sikap Apatis terhadap nasib negeri ini kedepannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun