Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stop Seeking Validation for Others!

25 Januari 2024   11:47 Diperbarui: 25 Januari 2024   12:00 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : suara.com

Pada dasarnya setiap manusia butuh Validasi dari orang lain terhadap hal yang dilakukannya, semacam pengakuan bahwa ia mampu melakukan sesuatu yang hebat di mata orang lain. Bagi sebagian orang yang kurang percaya diri, validasi bisa menjadi semacam motivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih hebat. Mereka merasa menjadi lebih kuat, lebih hebat ketika pencapaiannya diapresiasi banyak orang. Sebenernya tidak ada yang salah dengan validasi, karena kita juga tidak bisa menyamaratakan kondisi psikologis seseorang. Setiap orang punya kondisi mental yang berbeda dan latar belakang yang berbeda. Mungkin bagi sebagian orang yang terbiasa menjadi "Pemeran Utama" mereka tidak terlalu membutuhkan validasi dari orang lain, why? Karena ia terbiasa menjadi pusat perhatian, diperhatikan dan diakui. Sedangkan bagaimana dengan orang-orang didunia ini yang cuma jadi figuran?  Mereka Ada!  Butuh diakui! Butuh dilihat! Tapi terkadang terlupakan, karena beberapa alasan. 

Contoh sederhana saja, di lingkup lingkungan keluarga terkadang ada saja yang menjadi benteng pembeda dalam validasi keluarga. Misalkan keluarga yang dari segi ekonomi 'Berada' akan diperlakukan lebih istimewa dibandingkan keluarga yang dari segi ekonominya 'Pas-pasan.'  Si kaya akan menjadi pemeran utama dan si miskin akan menjadi pemeran figuran. Tak hanya dalam Drama, pemeran utama akan selalu dianggap, dibenarkan dan disukai berbanding terbalik dengan si figuran yang keberadaanya pun tidak terlalu dianggap penting dan bahkan kehadirannya pun tidak dinantikan.  Mau tidak mau hal tersebut nyata terjadi di lingkungan kita, baik itu mencakup lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun dalam cirlce pertemanan.

Perbedaan-perbedaan tersebut memicu tindakan seseorang "haus" akan validasi dari orang lain. Mereka butuh diakui keberadaannya sebagai bentuk motivasinya untuk tetap percaya diri. Percaya bahwa mereka mampu melakukannya. Percaya bahwa mereka juga bisa! Percaya bahwa mereka juga dibutuhkan bukan hanya dijadikan pelengkap tapi juga diprioritaskan!

When our self-esteem suffers and we don't believe in our own power, we turn to our community for help. In every sense, this is a wise decision. After all, our communities are there to help support us and lift us when we're feeling down and out.

Yes, its right, I agree with the statement! But, We already know that depending on validation from others disempowers us in living our own life! Semakin lama kita akan semakin bergantung dengan pendapat orang lain. Kita tidak akan bisa bangkit dengan kekuatan diri kita sendiri. Kita akan selalu mengacu pada pengakuan akan diterima dan dihargai, padahal jelas kita sadari bahwa kita tidak pernah bisa mengatur sikap orang lain terhadap kita. Bisa jadi kita sudah berbuat yang terbaik  dengan segala upaya maksimal yang kita lakukan, kenyataannya kebaikan dan perjuangan kita, tidak pernah diapresiasi sedikitpun! Atau bahkan bisa jadi orang lain memandang kita dengan sudut pandang yang berbeda. Perlu diingat bahwa tidak semua kebaikan dibalas dengan kebaikan yang sama!  We have to realize, This is reality!

Lalu haruskah kita berhenti berbuat baik? Haruskah kita berhenti berusaha maksimal? 

Tidak! Kita tetap harus melakukannya, lakukanlah semua itu untuk diri kita, bukan untuk validasi orang lain! Tetap lakukan kebaikan sebanyak-banyaknya, karena bukankah kebaikan apapun yang kita lakukan pasti akan ada balasan di sisi Tuhan, meski bukan dari orang yang sama! Dan tentang perjuangan! Tentang upaya-upaya kita!Jangan pernah jadikan validasi seseorang sebagai tolak ukur pencapaian kita! Ingatlah bahwa mereka tidak pernah tau dan tidak pernah akan peduli seberapa sering kamu jatuh bangun untuk bangkit, mereka hanya bisa menilai dari sudut pandangnya. Hanya kita yang benar-benar paham diri kita. Hanya kita yang tahu titik awal dan segala upaya kita untuk bertahan, maka validasilah dirimu sendiri! Kamu kuat kamu sudah hebat! Kamu juga pemeran utama dalam hidupmu! Kamu punya hak menentukan apa yang Mau kamu lakukan dalam hidupmu! Ada maupun tidak ada yang mengapreasiasi, tetaplah percaya diri dengan apa adanya dirimu. Lupakan dan abaikan mereka yang hanya memandangmu sebelah mata. Ingat bahwa kamu bukan sedang berlomba, jadi berhentilah berpikir untuk mencari validasi penilaian yang sempurna dimata banyak orang.   Fokuslah pada hal-hal yang membahagiakanmu, meski hanya hal yang sederhana dan kecil!  Love yourself! And Be proud of who you are! 

#justsharing

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun