Seiring berkembangnya teknologi yang semakin canggih, tak hanya dampak positif yang bisa kita dapatkan tapi juga banyak dampak negatif yang harus kita antisipasi. Salah satunya adalah berkembangnya gadget yang semakin canggih dari masa ke masa.Â
Berbagai gadget menawarkan banyak fitur yang memudahkan dan memberikan fasilitas yang cukup memuaskan. Sehingga tak jarang kita temukan semua kalangan usia menggunakan gadget.Â
Tak hanya orang dewasa tapi juga balita sudah ahli menggunakannya. Padahal sejatinya anak-anak di usia balita akan lebih baik bermain di luar rumah, berinteraksi dengan teman dan mendapat paparan sinar ultraviolet yang cukup daripada terkena sinar radiasi gadget.
Namun banyaknya games menarik yang ditawarkan dalam gadget, menjadi daya tarik utama bagi anak-anak untuk lebih memilih bermain games ketimbang bermain permainan tradisional. Â
Menurut data komunitas NXG Indonesia rata-rata anak-anak sekolah dasar di Amerika bermain games sekitar 37 jam/minggu atau sekitar 5,3 jam/hari sedangkan anak-anak sekolah dasar hingga sekolah menengah di Bandung rata-rata bermain games sekitar 28 jam/ minggu atau sekitar 4 jam/hari.Â
Dari data tersebut, tentu sangat krusial sekali masalah games yang sedang mewabah di kalangan generasi kita. Mengingat banyaknya konten berbahaya yang tanpa kita sadari disisipkan dalam berbagai permainan games diantaranya seperti aksi kekerasan, terorisme, pornografi, alkohol, tindak kriminal, dialog kasar bahkan beberapa games menampilkan kegiatan seks yang tidak pantas dilihat oleh anak.
Bayangkan jika generasi kita dibiarkan untuk terus-menerus bermain games sehingga akhirnya menjadi kecanduan. Tentu  hal tersebut akan berdampak buruk pada kondisi psikologisnya.
Salah satu contoh pengajaran buruk yang akan ia dapat saat bermain games adalah dengan tindak kekerasan yang sadis. Ia akan mendapat skor paling besar dan pangkat tinggi karena berhasil menghabisi banyak musuh. Dengan kata lain, mindset anak di sini diubah.
Ia akan berpikir bahwa menyelesaikan masalah dengan kekerasan akan membuatnya lebih dihargai dan akan membuatnya merasa menjadi pemenang dalam setiap situasi. Mindset seperti ini tentu akan menumbuhkan jiwa terorisme dalam diri anak. Karena secara tidak langsung memberikan pengajaran yang buruk dalam sosialisasinya.
Terkadang masih banyak orangtua yang mengabaikan anaknya saat asyik bermain games, mereka berpikir bahwa permainan games yang sedang dimainkan hanya sekadar games hiburan, mereka tak pernah tahu pengajaran seperti apa yang sedang didapat anak dari games itu.Â
Kebanyakan orangtua merasa tenang saat melihat anaknya bisa duduk manis dengan gadget dan tidak menganggu pekerjaan orangtuanya. Padahal di balik sikap acuh orangtua, anak sedang mengkonsumsi perilaku negatif yang lama-kelamaan akan tumbuh menjadi karakternya.
Terutama anak-anak di masa golden age yang seharusnya mendapat banyak pengajaran positif, tetapi justru malah dibiarkan mendapat banyak pengajaran negatif dengan bermain gadget.
Mengingat banyaknya dampak negatif yang akan ditimbulkan pada anak saat bermain gadget, berikut beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi hal tersebut:
- Dampingi anak saat bermain gadget, sehingga kita bisa memilih mana tayangan dan games yang baik untuk dikonsumsi anak dan mana yang tidak baik untuk dikonsumsinya.
- Batasi waktu bermain anak dengan gadgetnya dengan menawarkan kegiatan lain yang lebih menarik minatnya. Anak-anak memiliki energi yang tinggi, sehingga mereka tidak bisa dibiarkan diam tanpa melakukan aktivitas apapun, maka ada baiknya kita mengarahkan anak pada  kegiatan positif lain, seperti mengajaknya bermain bola di taman, mengajaknya bersepeda, bermain air, atau mengenalkannya berbagai permainan tradisional yang lebih asyik.
- Biarkan anak berkreasi dengan bebas di rumah atau biarkan ia bermain dengan bebas di luar rumah. Banyak orangtua yang tidak suka rumahnya berantakan dan juga tidak suka anaknya bermain di luar dengan alasan 'capek' harus mengejar-ngejar anak diluar. Sehingga mereka lebih memilih memberikan gadget karena dirasa paling aman untuk membuat anak diam di rumah tanpa membuatnya berantakan. Padahal pembiasaan tersebut  akan memicu kecanduan gadget pada anak yang ujungnya berdampak negatif. Bukankah mengatasi rumah yang berantakan jauh lebih mudah daripada mengatasi karakternya yang sudah terlanjur rusak?
   - Setting fitur parental control di aplikasi play store atau you tube sehingga saat anak bermain games atau menonton acara kesukaannya, tayangan yang akan ditampilkan secara otomatis akan di filter sesuai rating usia. Namun meski sudah disetting kita tetap harus mengawasinya, karena settingan tersebut tidak bisa menjamin seratus persen tayangan dewasa tidak muncul.
- Ciptakan waktu family time. Luangkanlah waktu untuk bermain dan berjalan-jalan bersama seluruh anggota keluarga.  Bangun komunikasi dan kedekatan antar orangtua dengan anak, sehingga mereka merasa lebih nyaman berada di dekat orangtua dibanding bermain dengan gadgetnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H