Sebagai mahasiswa biasa-biasa saja dari kampus yang rankingnya terhitung luar biasa, saya ingin membagikan sedikit unek-unek pribadi terhadap beberapa fasilitas yang ada di kampus tercinta saya. Terkadang masih ada beberapa hal yang membuat saya menggumam kecil, "UKT-ku masa nggak bisa dilarikan sedikit pun kesini?" Sebetulnya bukan masalah besar mengingat saya sendiri berasumsi masih banyak hal yang lebih penting untuk disaluri dana-dana ini, mungkin. Walau begitu tetap saja saya merasa berhak untuk berkomentar dan protes kecil-kecilan. Saya berhak menuntut ilmu dengan nyaman. Saya berhak mendapat fasilitas yang memuaskan. Saya berhak menjadi penghuni instansi ini dengan rasa senang.
Berikut 4 fasilitas kampus yang apabila saya jadi rektor akan saya kasih perhatian lebih. Disclaimer, ini saya lihat dari kacamata personal saya.
#1 Kamar mandi tanpa tisu
Apresiasi besar untuk tiap toilet duduk di kampus sana yang siap sedia menyediakan tisu. Sebagai orang yang setidaknya buang air kecil empat kali tiap ada kelas pagi sampai sore, pemandangan dudukan toilet penuh air bekas orang sebelumnya sangat-sangat mengganggu. Bukannya sok suci tetapi saya pribadi alergi dengan bakteri.
"Ah ribet, bawa tisu sendiri lah sana."
Oh, tidak perlu khawatir. Tisu sudah menjadi barang bawaan yang wajib ada di tas saya. Starter pack atau apa pun itu sebutannya. Mungkin sebagian orang tidak menaruh perhatian lebih terhadap hal ini tetapi akan selalu saya pastikan toilet yang telah saya gunakan menjadi kering kembali. Bukan hanya sekadar nyaman untuk diri kita sendiri tetapi orang lain juga berhak menggunakan toilet bersih. Saya pribadi akan sangat senang jika kampus memberikan sedikit bantuan berupa tisu untuk diletakkan di setiap toiletnya.
#2 Sabun cuci tangan pakai botol Aqua
Pernah tau sabun cair yang ditambah air akibatnya jadi nggak ada kental-kentalnya dan waktu dipakai nggak ada busanya? Seperti itu penampakan sabun cuci tangan di dalam toilet lantai 3 fakultas saya. Lebih parahnya lagi tempat sabunnya diganti pakai botol Aqua. Dugaan saya, itu beli sabunnya langsung kemasan besar dan dibagi ke beberapa wadah lagi. Sampai sini tidak masalah sih tetapi haruskah sabunnya ditambah air lagi? Agak gemes sampai kepengen saya beliin sendiri aja tuh tetapi  daripada menuruti ketidakpedulian kampus mending uangnya saya buat kenyangin perut.
#3 Kantin cashless only
Orang se-tunai ini harus bertarung di zaman yang di mana-mana sudah cashless. Termasuk kantin kampus saya. Sebenarnya tidak menjadi masalah besar tetapi yang bikin rumit adalah ketika belum top up e-money dan tidak ada saldo di ATM. Belum lagi ketika baterai hp habis sehingga tidak bisa scan Qris. Hanya bisa pasrah dan terima saja menahan kelaparannya. Saya mengerti kalau alasannya untuk memudahkan dalam mengelola pemasukan tiap tenant. Ada keuntungan pasti juga ada risiko. Sekali lagi ini hanya unek-unek saya pribadi terhadap kantin yang tidak menerima pembayaran tunai sama sekali.
Omong-omong, terima kasih sebesar-besarnya kepada teman saya yang selalu bersedia bayarin dulu. Serta senang ada fitur seperti anda, Line Split Bill.
Â
#4 LCD proyektor yang memprihatinkan
Hal paling bikin males kalo udah ngeliat layar depan kelas yang warnanya rusak karena LCDnya jelek. Kadang juga miring lagi. Ya kalau untuk sekadar presentasi mungkin bisa dimaklumi dan ditahan saja. Namun kalau justru warna layarnya itu yang jadi bahan pembelajaran, hmmm kesel dikit. Berkali-kali menonton klip video yang ditayangkan untuk belajar tetapi justru bikin bingung karena video yang sebenarnya tidak sama dengan yang ditayangkan. Kalau hanya beda sedikit ya bisa saja sabar tetapi ada waktu di mana malah LCDnya bikin warna di layar jadi berubah total. Hadeh. Masalahnya nggak sekali dua kali tragedi LCD jelek ini terjadi. Apakah memang tidak bisa diupayakan agar hal ini tidak menjadi kebiasaan, mengingat ini berkaitan dengan kualitas pembelajaran.
Cukup itu dan beruntungnya hanya beberapa itu yang sejauh ini mengganggu.
Berharap siapa pun pihak kampus yang membaca bisa sedikit tercerahkan oleh suara mahasiswa biasa ini. Maaf ya, tidak sebut nama instansi (saya takut dihakimi).
Mungkin terkesan lebay dan banyak mau tetapi menurut saya justru memang harus lebay dulu untuk bisa merasakan hal-hal yang sebenarnya masih bisa disempurnakan.
Tentunya hal ini tidak menjadi bahan generalisir bahwa fasilitas yang lain juga buruk. Â Ada beberapa fasilitas lain yang patut saya acungi jempol. Salah satunya persediaan mukenah di musola yang tercukupi dan rutin dicuci. Walau ruangannya sedikit sempit tetapi tetap bisa beribadah dengan nyaman. Tak luput juga ruang kelas yang bersih dan selalu dingin. Serta berbagai tempat untuk berkumpul bersama teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H