Harapan yang telah pupus kini bersemi kembali. Kalimat yang rada puitis ini pantas didengungkan, setelah sebelumnya Timnas Indonesia bermain layaknya hanya untuk lahirnya moment hancurnya keinginan para pecinta sepak bola Indonesia. Keinginan untuk melihat tim kesayangannya berjaya mengangkat nama Indonesia di manca negara. Jangan main-main, bagi rakyat Indonesia, sepak bola itu adalah simbol bagaimana negara ini diatur, dimotori oleh orang-orang yang tepat dan dimainkan dalam management yang tepat dan menghasilkan perubahan-perubahan yang diimpikan.
Maka melihat seorang Evan Dimas Darmono, mirip-mirip dengan melihat seorang tokoh Politik di Indonesia yang dikenal karena kerja keras dan keahliannya. Otak manusia terkadang mengkategorikan bidang-bidang politik, olahraga, hukum dan seni. Tetapi juga terkadang melihatnya dalam kategori yang lain, siapa yang membawa harapan bagi Indonesia dan siapa yang menghancurkan harapan tersebut. Sebelumnya Indonesia telah mengenal dan menyimpan dalam pikiran tokoh-tokoh mengagumkan era sekarang seperti Joko Widodo Presiden Blusukan Indonesia, Tri Rismaharini, Ridwan Kamil dan yang lain. Kini pikiran kita tersebut menyimpan satu nama pembawa harapan Evan Dimas Darmono.
Menghasilkan gol pembuka yang mengagumkan di laga melawan Laos di menit ke 8, sekaligus membuka semangat para pemain yang lain untuk kembali “mempunyai roh” dalam pertandingan. Permainan yang mobile, disusul kemudian sebuah assist yang membuktikan diri bermain untuk tim. Semuanya itu menjadi jembatan baginya dari kesuksesan di Timnas U-19, menyeberang ke Timnas Senior. Bila di Timnas U-19, Evan Dimas adalah Calon Bintang Sepak Bola Indonesia, kini ia adalah bintang Timnas Indonesia. Pantas untuk didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk dijaga, ditempatkan pada sebuah sistem dan iklim yang tepat, guna mengharumkan nama sepak bola Indonesia dan Negara Indonesia.
Sebagaimana tokoh lainnya, Evan Dimas juga menunggu kendaraan yang tepat untuk kiprahnya di dunia sepak-bola. Bukan hanya memilih klub yang tepat, tetapi lebih jauh lagi system dan kultur sepak bola yang tepat. Sama seperti Joko Widodo yang mengutamakan orang-orang yang profesional untuk menjadi menteri di Kabinet Kerja (walau akhirnya ada juga yang “mencoba-coba kerja”), Ahok bersiap-siap memilih wakil yang tepat dengan paradigma kerja), Evan Dimas juga pantas untuk mencari dan menemukan siapa yang mendampinginya di klub dan di persepakbolaan Indonesia. Untuk itu perlu gerakan masive. Bila Joko Widodo didukung oleh para Volunteer demikian juga Ahok didukung oleh masyarakat Jakarta dan sebagian anggota DPRD , maka kini para pecinta sepakbola dan Indonesia harus mendukung Evan Dimas untuk mencari dan menciptakan kendaraan dan budaya yang tepat di lingkungan Sepak Bola Indonesia.
Untuk itu mari melihat dan mari mengkritisi apakah orang-orang yang ada di PSSI, BTN dan kelembagaan sepak-bola Indonesia adalah orang-orang yang tepat, bukan titipan atau yang hanya cari batu-loncatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H