Berkelana bersama kereta
Hari ini. Angan angan baru mulai bermunculan.
Disisi lain. Harus ku pendam dan harus dikeluarkan.
Lokomotif kereta uap ini sejenak merenung sembari membolak-balik buku novel. Membaca penuh keheningan.
Dulu. Terimakasih... Untaian yang terpatri di memori kereta ini.
Melihat bunga mekar dan mengatup dan sejauh mata memandang, desa desa hijau asri terperangkap. Potret kamera.
Sejenak terbesit tabir untuk menyingkap makna
Apalah daya, minum makan manis manis terngiang-ngiang dipelupuk jiwa
Telinga lebar, bibir mungil, Kedua kelopak mata, enggan bergeming.
Berkelana bersama kereta. Mimpi sejenak ku tebar dan ku singgahi benih benih.
Sumringah lesung pipi ku hibahkan
Sebentar. Puisi ini harus ku tutup terlebih dahulu. Jangan lupa kasih pembatas halaman. Teringat selalu
Siang ini semakin meradang dengan cuaca semilir angin hanya sekejap.
Sebenarnya masih banyak. Memori kereta api ini?...
Suka duka, canda tawa bertabur renungan.
Kini, hanya bisa mengenang...
Sejarah puing-puing masa lampau penuh kenangan.
"Jas Merah". Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah. Potret dahulu, bingkai kemudian dengan linang air mata.
Jari jemari, merengkuh nya...! Rindu
*Semarang, 28 September 2022*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!