Lebih. Saat ini, sepenggal kata itu membuat raut mukaku sedikit mengkerut berangan-angan bahaya yang tersemat di dalamnya.
Senin dingin. Hari ini memang nampak kaku, semu semu, terlebih lagi raut muka orang-orang penuh kecanggungan menatap diri ini.
Lebih. Sepotong roti dan air minum kemasan, seharusnya bisa tuk mengganjal perut yang gersang ini.
Menyambung hidup dan enggan menerka-nerka kehidupan orang lain.
Lebih. Tong kosong nyaring bunyinya. Manakala sepotong omongan, terdengar ditelinga lebar orang kemana-mana, mencuat melanglang buana.
Lebih. Bertandang satu pintu ke pintu yang lain. Salam sapa dan ramah....
Tidak sesuai ekspektasi...! Raut muka mengkerut... Acuh hingga trauma membekas sedikit...
Enggan untuk menyapa kembali...! Namun, menyisir dan membiaskan wajah cerah ceria dengan tatapan sumringah nya.
Kata lebih...
Sejenak ingin bu bertasbih...
Terbesit nikmat-Mu yang enggan untuk berdalih...
Sudahlah... ! Hari semakin sore menilik program kompor listrik yang membuatku sejenak terusik....
Sejenak merehatkan badan...
Muara pinta...! Semoga dikelilingi pelita dan lentera asa hari ini.
Semoga peluh keringat mu...! Tak sia sia...
Ingat...! Lebih itu, baik dari segala penjuru mata angin, pasti tersemat wejangan yang membuat mu meratap dan merenung.
***Sore, 26 September 2022***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Sisa-sisa Makanan Manis
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!